Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Puber Kedua, Kok Makin 'Ganjen', Ha Ha Ha ...... !

18 Oktober 2024   13:28 Diperbarui: 18 Oktober 2024   13:37 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan ekspresi setengah geli, setengah sedih, bagaimana mendefinisikannyapun saya tak begitu paham, he he he, Bu Anne datang ke ruang praktik saya. Hanya satu rangkaian kata terucap dari mulutnya, "Doctor, help me, because my husband.....!" Tentu saja saya kuaget bukan kepalang, mengira ada hal-hal emergensi yang terjadi pada Pak James, pasien langganan yang sudah seperti saudara bagi saya. "Ono opo tho, Bu ? Kok kelihatannya panik bin geli gitu ?" ujar saya berupaya mencairkan suasana karena saya tahu Pak James pasti tidak sedang mengalami masalah serius.

"Pak James itu nyang bikin masalah, Dok. Dalam beberapa bulan ini perilakunya berubah," lanjut Bu Anne. "Berubah ? Apanya yang berubah, Bu ? Jadi semakin tua ? Ya iyalah, masak ya iya dong ? He he he." "Ya itu, Dok. Tapi kesannya Pak James nggak terima bahwasanya dia semakin tua. So..., dia selalu berusaha tampil muda, layaknya abg, gitu lho, ha ha ha." Saya senang Bu Anne yang tadinya tegang sekarang bisa tertawa lepas, walaupun saya bingung, perasaan Bu Anne yang sebenarnya gimana ya !

"Emangnya Pak James buat apa, Bu ?" tanya saya lebih lanjut. "Beliau sekarang lebih necis kalo keluar rumah. Kalo ke mall, belinya parfum berbagai merek, mahal lagi. Mau keluar rumah langsung srat srot srat srot parfum. Ih, menjengkelkan, Dok !" Saya berujar menggoda, "Tapi Bu Anne masih cinta,kan ?" "Yah, mau gimana lagi, Dok. Barang langka sih, ha ha ha. But, ngomong-ngomong, apa benar suami saya mengalami puber kedua, Dok ? Di usia 49 tahun ?" tampaknya Bu Anne benar-benar penasaran. "Baik Bu, kita bisa bicarakan puber kedua itu lebih jauh dan lebih dalam. Tapi, tentu Pak James harus hadir di sini agar beliau tidak merasa diadili secara 'in absentia', ha ha ha."

Baca juga: Irama Sirkadian:

Benar, dua hari kemudian Bu Anne datang bersama Pak James. Saat saya tanyakan apakah Bu Anne boleh ikut dalam pembicaraan kami, Pak James menjawab, pasrah, "Silakan aja, Dok. Emang dia kok nyang mo tahu buanget tentang itu, ha ha ha."

"Baik, Bapak dan Ibu", saya mengawali pembicaraan yang lebih dalam. "Sebenarnya istilah puber kedua tidak ada dalam dunia medis. Tapi masyarakat kita sering menggunakan istilah slank ini untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada kaum pria, terutama di atas usia 4o tahun." "Ada apa pada usia tersebut, Dok ?" tanya Bu Anne.

Sayapun menjelaskan bahwa sejak pubertas pada usia remaja, kadar hormon seks pria, testosteron, makin lama makin meningkat. Peningkatan kadar hormon ini, ditunjang peran sejumlah hormon lain dan berbagai zat gizi, memunculkan perubahan penampilan fisik pria yang makin macho. Perubahan ini mencapai puncaknya pada usia tiga puluhan. "Mangkanya Anne kepincut saya di usia dua puluhan, Dok, ha ha ha," Pak James nyeletuk tiba-tiba. "Uh, geer lo," sahut Bu Anne tak kalah funny.

Baca juga: Demam itu

"But, tak ada yang abadi ya, Bapak dan Ibu. Dimulai pada pertengahan tiga puluhan, kadar testosteron pria bertahap menurun hingga akhir hayat." "Tandanya apa, Dok ?" tanya Pak James. "Awalnya tidak ada tanda-tanda yang berarti. Namun kemudian terjadi penurunan massa tulang dan pengecilan otot secara bertahap. Kulit juga tidak semengkilap dulu, makin keriput, he he he, dan mulai tumbuh uban." "Bener, Dok", sambar Bu Anne,"makanya dia ngotot ngecat rambut tiap sebentar." Pak James tersenyum, kecut.

"So, Bu Anne mesti ngeh, saat ini pada Bapak sedang terjadi perubahan yang sangat berarti, perubahan secara fisik, emosi, dan juga kognitif atau pemikiran. Tentu saja perubahan yang lebih nyata adalah perubahan fisik, antara lain yang saya sebutkan tadi. Umumnya juga terjadi penumpukan lemak di perut atau dada. Berkaitan dengan sistem reproduksi juga mengalami berbagai perubahan dan mungkin juga gangguan. Begitu ya, Pak James ?" "Bener, Dok," sahut Pak James setuju.

"Kesimpulannya, kok jadinya Bapak makin 'ganjen' ya, Dok ? Ha ha ha." "Justru Bu Anne harusnya bersyukur kalo Bapak makin 'ganjen' daripada makin 'diem' 'n depresi ? Ha ha ha. Semua itu lagi-lagi karena faktor fisiologis dan psikologis, Bu. Di saat mekanisme fisiologis tubuh menurun, secara psikologis, sebagian pria tidak serta merta mapu menerima dengan lapang hati. Jadinya ya, muncul kompensasi psikologis yang kalo Ibu lihat sepertinya ganjen gitu. Tapi, yang penting ganjennya sama Bu Anne saja, ha ha ha."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun