loneliness'. Hasil penelitian pada tahun 2021 menunjukkan, satu di antara tiga orang dewasa di dunia mengalami hal ini.
Berbahagialah jika Anda hampir selalu mengalami saat-saat yang menyenangkan bersama pasangan dan anak-anak, bersama sahabat dan teman, di mana saja dan kapan saja. Namun, tahukah Anda bahwa di sekitar Anda, bahkan di antara orang-orang terdekat, sangat mungkin ada yang mengalami 'Loneliness secara umum disebut kesepian, keadaan menyendiri atau sendirian. Kesepian itu sendiri merupakan masalah emosional sekaligus pikiran. Kesendirian memunculkan perasaan hampa, sendirian, kesepian, rasa tidak berharga atau tidak dihargai, bahkan perasaan tidak pantas, tidak diinginkan dan ditolak oleh orang lain. Sebenarnya mereka yang mengalami loneliness sering kali mendambakan relasi, kontak, dan komunikasi yang baik dengan orang-orang lain namun ada hambatan dalam pikiran mereka sendiri. Tentunya hambatan itu disebabkan berbagai hal seperti keterpisahan fisik dengan orang-orang terdekat atau teman dan sahabat, rasa asing saat baru pindah ke sekolah, pekerjaan, atau tempat tinggal baru, bullying oleh teman di sekolah atau oleh rekan kerja, kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian, perceraian dengan pasangan, dan yang mungkin paling berat adalah kematian orang yang sangat berperan dalam hidup, seperti pasangan, anak, orang tua, dan yang lainnya.
Hal-hal lain yang juga bisa menyebabkan seseorang merasa kesepian adalah gangguan mental seperti stres, kecemasan atau ansietas, post traumatic stress disorder (PTSD), dan depresi. Dari dalam diri orang itu sendiri juga ada sejumlah hal yang bisa memicu loneliness yaitu kepribadian introvert serta kurangnya prestasi dan rendahnya harga diri sehingga muncul keyakinan dalam dirinya bahwa dia tidak pantas diperhatikan, dihargai, apalagi dicintai. Dan berbagai faktor itu secara sendiri-sendiri atau 'berkolaborasi' satu sama lain berpotensi memicu loneliness. Â
Apakah loneliness berbahaya ? Tentu saja ! Para pakar mencatat sejumlah dampak negatif kesepian terhadap kesehatan fisik dan mental, di antaranya perubahan fungsi otak, penurunan daya ingat dan pembelajaran, penurunan kemampuan pengambilan keputusan bahkan bisa memburuk, demensia, khususnya Penyakit Alzheimer, kemungkinan stres meningkat, perilaku antisosial, penyalahgunaan NAPZA, penyakit kardiovaskular dan stroke, dan kecemasan, depresi serta pikiran dan keinginan untuk bunuh diri. Para pakar bahkan mengingatkan, risiko kematian dini akibat kesepian meningkat lebih dari 20 persen dibandingkan pada populasi yang tidak mengalami kesepian.
Yang perlu juga diingat bahwa loneliness tidak selalu berarti sendirian atau menyendiri. Tidak sedikit orang mengalami loneliness justru di tengah keramaian, di tengah hiruk pikuk, di tengah kegembiraan keluarga dan teman-teman, seperti yang digambarkan dalam pepatah Minangkabau, 'langang di nan rami', 'lengang di tengah keramaian'. Justru keadaan seperti inilah yang jauh lebih berbahaya karena loneliness sering tidak terdeteksi.
Lantas solusinya ? Selama ini kita lebih sering mendorong orang-orang yang kesepian membuka diri, walaupun kita sadari atau tidak, seringkali dorongan itu bisa jadi sangat sulit mereka lakukan. Maka ? Mengapa bukan kita yang mengulurkan hati untuk lebih peka dan selanjutnya memahami apa yang sesungguhnya terjadi dengan mereka. Bukankah sewaktu kecil kita sangat akrab satu dengan yang lain di antara saudara seibu dan seayah ? Bukankah di waktu kecil kita bersenda gurau begitu lepas dengan teman dan sobat ? Bukankah semua yang bisa dan telah kita lakukan sewaktu kecil itu seharusnya tidak kita tanggalkan dan tinggalkan saat dewasa ? Bukankah seharusnya orang-orang itu tetaplah saudara sedarah dan teman serta sobat di sepanjang perjalanan hidup kita ? Ulurkan hati berselimutkan cinta bagi mereka, dan pada gilirannya ulurkan tangan semampu kita, agar semakin banyak orang 'terselamatkan' dari rasa dan pikiran yang sangat membuat menderita bahkan bisa mematikan ini, loneliness ! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H