Macet Parah, Pembangunan Jalan Bandung-Cilenyi
"Edward Permana ST. (Pemerhati Jasa Kontruksi) Ini Jalan Nasional, Jangan Asal Asalan, Curing Beton Gunakan Plastik"
Bandung, Pembangunan Preservasi jalan Bandung Cilenyi Rancaekek Jawa Barat, di kerjakan PT. Trie Mukti Pratama Putra yang beralamat Tasikmalaya, mengakibatkan kemacetan parah, hingga beberapa kilometer. menurut pengguna jalan, ia merasa terganggu karena terlalu lama antrian kendaraan, hal ini terjadi akibat minimnya pengatur Lalu lintas dari pihak Perusahaan. "Lama kali kang, dari tadi saya nunggu masih gini terus" ketusnya, selasa 16/07/2024.
selain itu , menurut Pemerhati Jasa Konstruksi "Edward Permana ST". Jika merujuk kepada spesifikasi Umum tentang Beton, Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, telah menerbitkan modul mengenai Pengendalian Mutu pada Perkerasan Kaku dan Spesifikasi Umum tentang Beton, dimana dalam dokumen tersebut dijelaskan, mengenai peran penting proses Curing Beton dalam mempertahankan mutu beton yang sesuai harapan, jadi untuk cover penutup beton masih menggunakan plastik, menurut saya itu sudah tidak relevan lagi,apalagi pembangunan jalan tingkat nasional harus lebih optimal dalam mutu dan kualitasnya" ungkapnya.
Preservasi Jalan Bandung - Cileunyi - Rancaekek, yang dikerjakan oleh PT. trie Mukti Pratama, melalui satuan kerja PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH IV PROVINSI JAWA BARAT, dalam Spesifikasi teknik, untuk curing beton, masih menggunakan plastik, itu sudah ketinggalan jaman, jika metode/analisa lama masih di gunakan. ini bukan jalan desa atau pun kecamatan, ini jalan nasional, di butuhkan konstruksi beton yang handal dengan mutu yang berkualitas, saya harap, direksi serta penyedia jasa, jangan asal asalan dengan mutu dan kualitas karena dapat merugikan keuangan negara" tegasnya.
Perlu di ketahui beberapa lokasi di indinesia untuk pekerjaan konstruksi jalan beton, rata-rata telah menggunakan Geotextil" sebagai cover penutup beton, fungsinya, agar kelembaban beton tetap terjaga,sehingga hasil pengencoran tidak cepat kering dan retak akibat paparan panas matahari dan itu di lakukan selama 7 hari berturut turut. pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H