Mohon tunggu...
Satya Permadi
Satya Permadi Mohon Tunggu... Junior Researcher -

Seorang yang senang mengamati banyak hal, terkadang menuangkannya dalam tulisan, lebih sering dituangkan dalam bentuk fotografi. https://permadisatya.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pilihan Kita Untuk Mengurangi Kemacetan Jakarta

4 November 2017   16:25 Diperbarui: 4 November 2017   16:36 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suber Foto: skift.com

Pertumbuhan ekonomi terus tumbuh positif, artinya kemampuan finansial masyarakat secara umum semakin hari semakin membaik. Mobil saat ini bukan lagi dipandang sebagai barang tersier yang hanya mampu dimiliki oleh masyarakat kelas atas saja. Hampir seluruh masyarakat kini mampu membeli mobil, dan menggunakannya sebagai pilihan transportasi untuk pulang dan pergi ke tempat bekerja. 

Sebagai pekerja di Jakarta dan tinggal di kota satelit, kita memilih menggunakan mobil pribadi pasti bukan tanpa alasan. Pilihan terebut diambil atas dasar banyak pertimbangan. Misalnya saja, lokasi rumah yang tidak terjangkau transportasi publik, atau penggunaan transportasi publik yang tidak praktis dengan banyak berganti moda dan tetap terjebak macet. 

Kita lebih memilih untuk menghadapi macet dengan mobil pribadi daripada transportasi publik karena biaya atau usaha yang lebih efisien dari kedua pilihan tersebut. Jika mindsetini tidak berubah, sekalipun Jakarta saat ini memiliki kapasitas jalan yang memadai, permasalah kemacetan tidak akan pernah menghilang.

Suatu ketika, adakalanya kita tidak selalu memiliki energi untuk mengendarai mobil pribadi karena beban pekerjaan yang sedang meningkat, sedangkan menggunakan transportasi publik juga membutuhkan lebih banyak energi lagi dibanding mengendarai mobil pribadi. Pilihan yang diambil pun akhirnya adalah menyewa taksi, sehingga kita bisa menambah waktu istirahat dalam perjalanan. Namun, biaya yang dikeluarkan pasti akan jauh lebih besar lagi dibandingkan dengan kedua pilihan tersebut.

Keterbatasan pilihan membuat kita mencari-cari alternatif pilihan lainnya yang lebih efisien. Beberapa dari kita mungkin kenal dengan tetangga yang berkantor tidak berjauhan dan memiliki permasalahan yang sama dalam bertransportasi, lalu sepakat untuk berbagi tumpangan bergantian setiap harinya. Bahkan ketika kita sedang sama-sama lelah untuk berkendara, menyewa taksi bersama dengan berbagi biaya menjadi solusi praktis. 

Namun, seberapa banyak dari kita yang beruntung memiliki kenalan seperti itu? Hadirnya teknologi sudah seharusnya memberikan solusi bagi permasalahan yang ada. Kini menemukan kendaraan tumpangan bukan lagi sebuah keberuntungan. Dengan adanya inovasi Uber yang berkonsep Ride Sharing,saat ini kita dapat lebih mudah dalam menemukan orang-orang yang tinggal disekitar kita yang juga berkantor tidak jauh ataupun searah dari kantor kita untuk ditumpangi.

Konsep tersebut adalah win-win solution ketika kita menginginkan transportasi senyaman mobil sendiri dan juga mengurangi tingkat stres menghadapi kemacetan jalanan, namun dapat berbagi biaya dengan penumpang lainnya. Bukan hanya mendapatkan teman ngobrol ketika bermacet-macet bersama, kita juga memiliki kemungkinan menambah relasi. Karena mungkin saja dari obrolan-obrolan tersebut membawa kita menemukan peluang bisnis yang baru. Kemacetan yang sebelumnya hanya membuat stres, kini menjadi sebuah peluang dalam menemukan ide-ide baru dan relasi baru.

Konsep ini juga membuat kita ikut berkonstribusi mengurangi kemacetan, bahkan juga ikut berpartisipasi dalam mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi polusi udara. Pilihan itu ada di tangan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun