Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Cari Duit

6 Oktober 2014   11:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:13 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan Layanan Khusus Menengah Boarding School "Mbangun Desa" merupakan pendidikan untuk anak-anak desayang kurang mampu. Di sekolah ini tidak ada pungutan biaya apapun tapi bukan berarti gratis, namun di sini kita belajar usaha ekonomi produktif.

Adapun proses pembelajaran di Boarding School "Mbangun Desa" tidak samadengan sekolah- sekolah lainnya. Konsep belajar kita ini adalah asrama, jadi apapun yang kita lakukan di sini selalu dalam awasan tutor atau pendamping. Belajar dalam artian kita disini adalah belajar itu bukan hanya menulis, duduk di bangku, di depan guru melainkan apa yang kita kerjakan di kampus ini adalah belajar.

Belajar bagaimana kita hidup bersama dengan teman – teman yang berbeda latar belakang. Selain itu juga belajar  untuk tahu, belajar untuk melakukan, belajar untuk menjadi dan belajar untuk hidup bersama. Sebagai salah satu contohnya pada bulan Febuari saya dan temen –temen di belajar bersama oleh Kang Adib, pada forum itu kami di tugaskan untuk membentuk kelompok, yang masing –masing kelompok terdiri dari tiga orang anak. Setelah itu kami di tugaskan untuk belajar bagaimana cara mendapatkan uang dalam waktu tiga hari dengan cara apapun yang penting halal. Pada waktu itu kelomopk saya beranggotakan  Saya, Anis danMba Yuli.

Sayangnya,, pada waktu itu Mba Yuli salah satu teman kelompok saya ada kegiatan di Yogyakarta selama lima hari. Jadi, terpaksa kelompok saya hanya ada Anis dan Saya. Pagi yang cerah  penuh semangat menyambut saya dan Anis, keluar dari lingkungan Boarding dan melangkahkan kaki tanpa arah tujuan. Berjalan sambil berfikir, akhirnya kami memutusakan untuk ke Terminal Baturraden untuk membantu masak –masak di warung makan, akan tetapi sesampai di sana kami lihat semua warung dan toko sudah  pada tutup. Akhirnya kam balik lagi menuju ke selatan dan menghampiri dua warung makan tapi Tuhan pada saat itu belum berkehendak kami belajar di tempat  tersebut. Semua itu tidak  membakar semangat dalam jiwa kami, kami meneruskan niat kami yaitu mencari rumah makan untuk salah satu sasaran kami belajar mencari pengalaman bagaimana cara cari uang. Terik sinar matahari membakar kulit kami yang sudah hitam jadi tamba hitam. heheh kamipun terus berjalan dan akhirnya kami menghampiri dua warung makan sebelah timur jalan, yaitu warung makan kupat sayur dan rumah makan tempat catringan.

Dan alhamdulilah nya warung tersebut memberi  kesempatan kepada kami, dan akhirnya saya dan Anis mencari pengalaman di situ selama dua hari berturut – turut.Saya yang kebetulan di rumah makan catring sedangkan Anis di kupat sayur. Kami berangkat pukul 08.00 Wib dan pulang pukul 04.00Wib selain belar kami di situ juga menjalin tali persaudaraan.

Setelah usai dua hari ternyata kami mendapat upah kerja kita sebesar Rp. 60.000,00. Penghasilan tersebut kami bagi untuk logistik dan sisanya untuk jajan kami.

Tidak hanya itu, pada bulan Maret pun belajar produktif ini tetap di adakan. Seperti biasanya kami forum dan kami di suruh untuk membentuk sebuah kelompok yang beranggotakan tiga anak, akan tetapi masing – masing kelompok harus ada putra dan putri. Setelah semua berkelompok kami di beri tugas selanjutnya. Pada pemilihan kelompok ini saya bekelompok dengan Fendri dan Jeki. Setiap kelompok untuk berdiskusi menargetkan jumlah uang yang akan di peroleh pada bulan Maret ini dan minimal jumlah uang yang harus di peroleh yaitu Rp. 300.000,00/ kelompok dan memikirkan nama kelompoknya. Setelah selesai masing – masing kelompok presentasi di hadapan teman –teman. Adapun nama kelompok saya yaitu JEFECOM, dimana nama itu di ambil dari gabungan dari tiga anggota kelompok yaitu Jeki, Fendri, dan Qomah.

Pada saat presentasi kami di beri waktu beberapa menit untuk memikirkan dengan cara apa uang itu di dapat dan dengan syarat tidak boleh dengan tenaga atau kasar –kasar seperti halnya cuci piring, bantu masak, dan lain –lain melainkan dengan modal skiil yang kita miliki. Seperti menjual lukisan karya sendiri, menjual sandal dan lain sebagianya. Setelah selesai kami di beri modal oleh kang adib untuk menjalankan usahanya, dan mengusahakan untuk membuat surat pinjaman uang modal untuk tiap –tiap kelompok.

Setelah forum selesai kelompok kami mulai bingung mau ngapain?.. tapi dengan jalannya waktu saya melihat temen – temen sibuk dengan pekeraannya masing – masing. Akhirnya saya ada bayangan dengan jualan donat mungkin saya bisa” terlintas di hati. Akhirnya saya minta pendapat dan bantuan kepada mba eva selaku tutor disini. Dengan keputusan yang bulat saya ambil jualan donat. Berhubung dua teman kelompok saya pulang dan tinggal saya sendiri di sini akhirnya saya mengajak anis dari kelompok lain kami buat untuk bekerjasama jualan donat bareng.

Pada siang harinya saya dan anis memulai belanja bahan – bahan donat yang akan kami buat dan kemudian akan ku jual.  Hari pertama saya membuat donat, seneng – seneng bingung sia… kenapa saya bingung? Pasalnya ini pertama kali membuat donat dan masih bingung cara membuatnya. Saat itu saya dan berusaha membuat dengan semampunya dengan panduan resep dari internet. Satu persatu saya memasukan bahan – bahnnya untuk di buat adonan, setelah semua selesai dan adonan sudah di banting – banting sampai kalis. Adonan tersebut di diamkan di sebuah panci besar selama beberapa jam sampai adonan tersebut mengembang. Setelah adonan mengembang lalu  adonan dibentuk seperti bakpao, lalu di diamkan kembali selama kurang lebih  15 menit untuk di kembangkan lagi. Selanjutnya adonan di goreng dengan api yang sedang. Cara penggorengannya pun tidak asal goreng. Menggoreng donat harus memakai bambu/ sada yang bersih untuk membuat lingkaran pada tengahnya. Kemudian angkat adonan kalau sudah berwarna merah kecoklatan. Untuk memberi misis pada donat, terlebih dahulu donat di dinginkan supaya blueband yang hendak di oles tidak meleh. Setelah dingin olesi donat dengan blueband lalu taburi dengan misis.  Huuuhhh… selesai dehhh.. donat siap di jual. Saya menjual donat persatunya dengan harga Rp. 500,00.

Sayangnya, waktu itu ketika saya mau jualan donat tiba – tiba  kedatangan tamu, dan tamu tersebut ternyata pak kyai yang katanya mau belajar bareng disini. Jadi, sore itu saya gagal jualan donat. Pengalaman hari pertama cukup senang dan sedikit kecewa.

Awalnya saya khawatir karena donat yang saya buat terbuang tanpa hasil. Saya dan anis bimbang dan kecewa  tapi alhamdulilah alloh berkehendak lain. Semua donat terjual semua oleh temen – temen Boarding. Pada hari kedua saya senang karena bisa jualan keliling di Ketenger. Selain itu pak lurah pun juga membeli duh. Senangnya..

Dari kegiatan belajar produktif  ini saya mendapat banyak pelajaran yang bisa saya ambil. Mencari uang itu ternyata tidak mudah, tidak semudah kita meminta kepada orang tua kita. Jadi apapun  yang kita lakukan itu semua belajar, apapun itu dan sekecil apapun itu.

Nurul Qomah. Peserta didik boarding School Mbangun Desa Baturaden

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun