Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerbang Pertiwi

9 September 2014   13:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:14 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mendengar kata Pesawahan, pikiran kita bisa jadi melayang ke pematang sawah dengan hamparan padi yang menguning. Burung-burung pipit yang beterbangan dan pak tani dengan dangau kecilnya. Tapi tidak dengan Pesawahan yang satu ini. Pesawahan adalah nama sebuah kampung di desa Gunung lurah kecamatan Cilongok kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Sebuah kampung kecil nan terpencil yang masih sangat alami, jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan bersih dari polusi udara. Jarak Kampung Pesawahan dari Ibu Kota Kecamatan Cilongok kurang lebih 8  km dan 17 km dari Ibu kota Kabupaten Banyumas Purwokerto.

Banyak kata yang bisa kita pakai untuk menceritakan tentang kampung Pesawahan. Tergantung dari sudut mana cerita yang akan kita sampaikan. Cerita yang indah dan menyenangkan atau cerita sedih yang memilukan. Karena Kampung Pesawahan adalah salah satu dari ribuan kampung di bumi pertiwi ini yang selalu tidak bisa di lepaskan dari persoalan ketertinggalan, kemiskinan dan kebodohan.

Saat pertama kali kami datang ke kampung Pesawahan pada desember 2011, kami harus menikmati jalan rusak yang menanjak dan berbatu di tengah rerimbunan hutan pinus sepanjang lebih dari 2 km. Jalanan ini sangat sepi. Tidak ada angkutan umum yang melewati jalan ini. Satu-satunya mobil yang menjadi langganan jalan ini adalah mobil pick up. Itupun tidak setiap hari. Mobil pick up biasanya seminggu satu atau dua kali melewati jalan ini untuk mengangkut hasil bumi warga kampung.

Kampung Pesawahan di huni oleh 98 keluarga dengan jumlah penduduk 359 jiwa. Tidak ada sekolahan apalagi mini market waralaba. Saat anak-anak boarding school Mbangun Desa melakukan sensus penduduk dan penyusunan profil keluarga pada bulan juli 2012, di temukan keadaan sebagai berikut :

1.Pendidikan tertinggi warga kampung Pesawahan adalah lulusan SMP sederajat ada 4 orang, lulusan SD sederajat ada 59 orang, Drop Out kelas 4,5,6 SD ada 68 orang, dan “hebatnya” masih ada 129 orang yang tidak bisa membaca dan menulis (buta huruf), yang sedang sekolah di SMP ada 1 anak, sedang sekolah di SD ada 51 anak dan 47 anak di bawah usia lima tahun

2.Pendapatan tertinggi warga kampung di Pesawahan sebesar Rp. 1,2 juta perbulan dan rata-rata pendapatan per keluarga di kisaran Rp. 500.000/bulan. Karena itu banyak warga kampung Pesawahan yang merantau ke Jakarta dan Kalimantan

3.Kampung Pesawahan sangat jarang di kunjungi oleh orang luar, apalagi para pejabat. Mimpi kali yeee…. Orang luar yang  berkunjung ke Pesawahan ya paling orang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan warga kampung Pesawahan. Mereka berkunjung ke Pesawahan ketika ada warga kampung Pesawahan yang memiliki hajat (khitanan atau nikahan). Tapi setiap 5 (lima) tahun sekali, kampung Pesawahan juga sering mendapatkan tamu orang luar. Tamu yang datang biasanya memberikan harapan tentang perubaan untuk kampung Pesawahan dengan catatan warga Pesawahan harus memilih si tamu itu dalam Pemilihan Umum. Dan setelah pesta Pemilu usai, mereka tak pernah datang lagi… mereka sudah terlalu sibuk dengan banyak urusan di gedung Dewan.

Di samping persoalan, ketertinggalan, kemiskinan dan kebodohan, kampung Pesawahan memiliki banyak potensi yang belum di manfaatkan. Terutama potensi sumberdaya alam. Ratusan hektar lahan hutan yang mengelilingi kampung merupakan salah satu sumberdaya alam yang apabila di kelola dengan baik dipastikan bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk mengatasi persoalan kemiskinan yang terjadi di Pesawahan. Terlebih Perum Perutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki kewenangan untuk mengelola hutan Negara di Jawa, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta mengelola dan menikmati hasil sumberdaya hutan melalui system Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang sudah di kembangkan oleh Perum Perhutani sejak tahun 2001.

System PHBM membuka ruang yang sangat luas kepada masyarakat di sekitar hutan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya hutan. Masyarakat bisa menanam berbagai jenis tanaman di bawah tegakan tanaman pokok (Pinus), masyarakat bisa memanfaatkan kawasan perlindungan setempat (KPS) untuk menanam berbagai jenis tanaman konservasi yang bernilai ekonomi tinggi seperti Bambu Rebung, Aren,Pucung dll. Rumput liar yang menyelimuti permukaan kawasan hutan juga bisa di manfaatkan  oleh masyarakat untuk pakan ternak. Tanpa harus membeli.

Air yang sangat bersih, jernih dan melimpah dapat di temui di berbagai sudut kampung Pesawahan. Tak seperti masyarakat di perkotaan yang setiap bulan harus  menghitung berapa volume air yang telah di gunakan dan kemudian harus membayar air yang telah di gunakan, di kampung Pesawahan masyarakat bebas menggunakan air setiap saat.

Potensi lain yang ada di kampung Pesawahan dan menjadikan kampung Pesawahan berbeda dengan kampung lain adalah adanya sebuah telaga seluas kurang lebih 3 (tiga) hektar yang berada persis di pintu masuk kampung. Namanya telaga Kumpe. Nama Kumpe berasal dari tanaman liar yang tumbuh subur di dalam telaga. Telaga ini sudah ada sejak sebelum ada kampung Pesawahan.

Persoalannya, potensi yang sedemikian besar itu tertutup oleh persoalan yang ada. Seperti pada umumnya kehidupan warga kampung lain di Jawa dan juga di nusantara tercinta ini, masyarakat cenderung hidup “menerima keadaan sebagai sebuah takdir”. Mereka menerima kondisi hidup di tengah-tengah hutan sebagai sebuah kepastian dari Tuhan yang harus mereka jalani. Keterpencilan mereka  seperti peribahasa “ bak katak di bawah tempurung”. Mereka “ tak tahu” bahwa Indonesia ini begitu luas. Mereka “tak tahu” bahwa pendidikan itu begitu penting untuk masa depan putra-putri mereka. Mereka “tak tahu” bawa potensi yang mereka miliki sesungguhnya bisa membuat hidup mereka berubah. Berubah menjadi lebih baik. Mereka “tak tahu” ….

Ketidaktahuan warga kampung Pesawahan akan potensi yang di miliki dan bagaimana persoalan mereka bisa di atasi di perparah dengan ketidaktahuan Pemerintah dan masyarakat diluar kampung Pesawahan terhadap keadaan kehidupan warga kampung Pesawahan. Jangankan Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah juga tidak banyak tahu tentang keadaan kampung Pesawahan. Sampai kemudian Pemerintah menjadi tahu ketika “kasus Tasripin” si bocah cilik dengan perjuangan, pengorbanan dan deritanya menghiasi Koran dan televise nasional pada April 2013.

Gerbang Pertiwi BRI.

Kunjungan Ibu Menteri BUMN (Ibu Nafsiah Dahlan Iskan) bersama rombongan (Ibu Upik Rosalina Wasrin, Bapak Agus Suherman, Ibu Lisco dan Tim CSR BRI) pada tanggal 3 Mei 2012 di kampung Pesawahan menjadi tonggak sejarah perubahan kampung Pesawahan.

Kunjungan mendadak dan memang sebenarnya tidak di agendakan oleh Bu Menteri itu terjadi ketika Ibu Menteri selesai panen raya cabe di Serang Pratin Purbalingga. Ibu Upik yang waktu itu menjabat Asdep PKBL di Kementrian BUMN menginformasikan bahwa Bu Menteri memiliki waktu satu malam di Banyumas sebelum pulang ke Jakarta. Saya menawarkan kepada Bu Upik untuk singgah di Boarding School Mbangun Desa Ketenger Baturaden dan kemudian bermalam di Kampung Pesawahan. Di luar dugaan ternyata rombongan Ibu Menteri berkenan untuk bermalam di Kampung Pesawahan. Turut bersama rombongan Ibu Menteri ada Ibu Lisco dan Tim CSR BRI yang kedatangannya waktu itu membuat bahagia keluarga boarding dan warga kampung Pesawahan. Anak-anak boarding dan seluruh keluarga warga kampung Pesawahan sangat bahagia karena mendapatkan bingkisan Mukena dan Sarung.

Kebahagiaan itu bertambah ketika kemudian Tim CSR BRI menunjukkan perhatian dan kepedulian yang sangat luar biasa kepada kampung Pesawahan. Berbeda dengan tamu yang datang 5 (lima) tahun sekali dengan beragam janji yang ternyata tak pernah di tepati, Tim CSR BRI tak sekalipun berjanji kepada warga. Tak sekalipun meminta sesuatu dari warga. Tak juga memberi harapan akan perubahan…. Tapi, kedatangan Tim CSR BRI ternyata kemudian di tindak lanjuti dengan sebuah program yang bernama GERBANG PERTIWI BRI. Program yang kemudian benar-benar merubah wajah kampung Pesawahan. Program yang saat ini menjadikan warga kampung Pesawahan tak lagi terpencil dan terkucil. Program yang kemudian membuat warga kampung Pesawahan merasa menjadi bagian dari nusantara dan Bangga Ber Indonesia.

Gerbang Pertiwi BRI singkatan dari  Gerakan Membangun Pendidikan, Pertanian (dalam arti luas) dan Wisata bersama Bank Rakyat Indonesia adalah sebuah gerakan  untuk mewujudkan Kampung Pesawahan menjadi Kampung Wana Agro Wisata, yaitu Kampung di tengah hutan yang warganya hidup damai, nyaman dan sejahtera dengan usaha pertanian, peternakan,perikanan dan kehutanan serta keindahan alam lingkungan dan aktifitas warganya menjadi tempat tujuan wisata dengan sentuhan Bank Rakyat Indonesia

Gerbang Pertiwi BRI juga dimaknai sebagai sebuah gerakan membangun tanah kelahiran BRI sebagai bagian dari BRI Peduli, karena sejarah kebesaran BRI di mulai dari bumi Satria Kabupaten Banyumas yaitu  Purwokerto. Kondisi Purwokerto, saat pertama kalinya Raden Arya Wiryaatmaja memulai aktifitas menghimpun dan menyalurkan dana untuk membantu warga,pada tahun 1895,barangkali tidak berbeda jauh dengan kondisi Kampung Pesawahan saat ini di tahun 2013. Jika BRI berevolusi dari kota kecil “Satria” menjadi Bangga Ber Indonesia,bahkan mendunia dengan ketulusan hati pelayanannya maka di harapkan Gerbang Pertiwi yang dimulai dari tanah kelahiran BRI  ini akan menjadi virus positiv menyebarkan bangga ber Indonesia dengan bangkitnya desa-desa di nusantara Indonesia.

Gerbang Pertiwi BRI secara luas dapat di maknai sebagai sebuah gerakan membangun desa/kampung melalui peningkatan sumberdaya manusia warganya agar memiliki pengetahuan,kemampuan dan ketrampilan untuk mengelola potensi sumberdaya yang ada dan mengatasi masalah-masalah yang di hadapi guna meningkatkan kualitas kehidupannya menjadi lebih baik dengan semangat bekerja dan berkarya bersama untuk sejahtera bersama.

Peningkatan sumberdaya manusia dilakukan melalui proses pendidikan yang terus dan menerus. Gerbang Pertiwi BRI menjadikan Kampung Pesawahan sebagai kampung belajar,sebagai sekolahan,sebagai kampus kehidupan. Setiap warga kampung Pesawahan adalah warga belajar. Setiap orang yang datang adalah warga belajar dan juga sumber belajar.

Peningkatan kualitas kehidupan dilakukan dengan mengoptimalkan potensi pertanian dalam arti luas, yaitu pertanian,perikanan,peternakan,perkebunan dan kehutanan yang memang menjadi ciri khas kehidupan kampung/desa.

Kombinasi kampung sebagai kampus kehidupan dan pengembangan pertanian yang di dukung dengan keindahan alam dan budaya warganya akan menjadikan kampung Pesawahan sebagai salah satu pilihan untuk berwisata.

Gerbang Pertiwi BRI. Sentuhan Hati Bank Rakyat Indonesia Membangun Pendidikan, Pertanian dan Wisata di Kampung Pesawahan Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah, tidak hanya di wujudkan dalam bentuk bantuan, tetapi yang sangat bermakna dan utama adalah sentuhan hati. Tim CSR BRI telah menempatkan dirinya sebagai bagian dari warga. Tim CSR BRI mulai dari staf lapangan, supervisor, manager dan Kepala Divisi Perusahaan menyatu dengan warga. Merasakan apa yang di rasakan oleh warga. Menikmati apa yang di nikmati warga.

Di saat banyak orang yang seharusnya secara struktural bertanggungjawab akan nasib warga kampung Pesawahan masih enggan untuk datang meskipun dengan banyak alasan pembenaran, di saaat warga merindukan hadirnya pemimpin untuk membimbing mereka mengatasi keadaan, kerinduan itu hanya menyisakan penantian dan penantian, Tim CSR BRI yang nun jauh di Jakarta tidak hanya berkenan datang tetapi berkali-kali datang berkunjung. Dan tidak hanya sekedar datang melainkan juga datang dan  bermalam di rumah warga. Subhanallah…

Tim CSR BRI tidak hanya datang bertandang, tetapi kemudian melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan “mengatasi masalah yang di hadapi warga dan mengembangkan potensi yang ada”. Beberapa kegiatan telah di laksanakan oleh Tim CSR BRI, Yaitu :

:

1.Pelatihan usaha ternak kambing dan domba senilai Rp. 64.250.000,-

2.Bantuan 57 ekor ternak kambing dan domba Rp. 60.000.000,-

3.Sumbangan 100 Al Quran untuk masjid dan Mushola

4.Bantuan pembangunan kandang kambing komunal senilai Rp. 50.000.000,-

5.Bantuan perbaikan jalan Rp. 118.930.500,-

6.Bantuan Rehab Rumah Rp. 20.000.000,-

7.Bantuan bibit buah-buahan sebanyak 2500 batang

Kegiatan-kegiatan tersebut benar-benar sangat berarti bagi warga kampung Pesawahan. Ketulusan BRI membantu warga kampung Pesawahan memunculkan semangat warga untuk memperbaiki dan merubah hidup menjadi lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang di lakukan BRI juga telah menumbuhkan semangat anak-anak boarding school Mbangun Desa dalam berproses dan belajar bersama. Karena kampung Pesawahan merupakan salah satu kampung tempat belajarnya anak-anak boarding school. Kegiatan BRI juga menginspirasi dan mengetuk berbagai pihak untuk turut membantu mengatasi berbagai persoalan di kampung Pesawahan.

Bantuan ternak kambing dan domba serta di bangunnya kandang komunal di Pesawahan, membuat Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman “cancut taliwanda” ikut turun dan mendampingi usaha ternak warga. Bertambahnya jumlah ternak di kampung Pesawahan menjadikan kotoran ternak tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Dan ini menarik Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah untuk turut ambil bagian mengembangkan Pertanian Organik dan berencana menjadikan kampung Pesawahan sebagai kampung Organik.

Perbaikan jalan menuju kampung Pesawahan yang di lakukan oleh BRI membuka mata dan hati pemerintah Kabupaten Banyumas sehingga jalan yang sudah di perbaiki oleh BRI kemudian di sempurnakan dengan aspal oleh Bupati Banyumas

Kegiatan Pendidikan yang dimulai dari membangun tempat belajar Pendidikan Anak Usia Dini, saat ini sudah berkembang dengan di bangunnya Taman Bacaan yang buku-bukunya berasal dari gerakan sedekah buku yang di gagas oelh anak-anak Boarding School Mbangun Desa.

Sekolah Menengah Pertama juga sudah didirikan pada tahun 2013 yang lalu dengan nama Madrasah Tsanawiyah PAKIS. MTs. PAKIS di awali dengan membangun sebuah tempat belajar dari kayu dan bambu di tepi telaga Kumpe di bawah pepohonan Pinus,saat ini sudah memiliki 3 (tiga) ruang belajar permanen yang pembangunannya di bantú oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Apa yang telah di lakukan oleh Tim CSR BRI menarik perhatian Gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo dan Beliau sudah datang dan melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang telah di lakukan oleh BRI di Kampung Pesawahan.

Gerbang Pertiwi BRI sudah berjalan dan sudah menunjukan perubahan yang cukup signifikan bagi hidup dan kehidupan warga kampung Pesawahan. Namun demikian, seperti kalimat bijak yang di sampaikan Bapak Muhamad Ali saat berkunjung ke kampung Pesawahan bahwa Perubahan itu akan terus menerus terjadi sepanjang zaman, dan Gerbang Pertiwi BRI adalah sebuah gerakan yang akan terus berjalan, membuat perubahan dan pastinya perubahan yang di buat adalah perubahan untuk kebaikan.

Perubahan tidak pernah terjadi begitu saja. Perubahan pastilah terjadi karena proses yang terus di jalankan. Beberapa agenda kedepan untuk kampung Pesawahan yang semestinya di lakukan untuk mewujudkan kampung Pesawahan sebagai kampung Wana Agro Wisata antara lain :

1.Peningkatan kualitas sumberdaya warga kampung Pesawahan melalui Pendidikan dan Pelatihan mulai dari anak usia dini sampai dengan pendidikan orang dewasa

2.Pembangunan Gapura pintu gerbang kampung Pesawahan

3.Pembangunan MCK

4.Pembangunan saluran air dari sungai menuju telaga Kumpe

5.Penanaman tanaman buah-buahan

6.Pengembangan usaha ekonomi produktif berbasis potensi sumberdaya local (pertanian, peternakan dan perikanan)

7.Konservasi dan optimalisasi Kawasan Perlindungan Setempat dengan tanaman Bambu Rebung

8.Pembangunan Camping ground

Saya dan keluarga boarding School Mbangun Desa Ketenger Baturaden, atas nama pribadi, lembaga dan warga kampung Pesawahan mengucapkan terima kasih atas kepedulian dan segala yang telah kami dapatkan dari BRI. Semua yang kami dapatkan adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan melalui Tim CSR BRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun