Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Sini, Aku Jatuh Cinta

4 Januari 2021   07:35 Diperbarui: 4 Januari 2021   07:37 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajibarang. Adalah nama salah satu kecamatan dari dua puluh tujuh kecamatan di Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Kota (masih) kecil berada kurang lebih 20 km arah barat dari alun-alun Purwokerto. Meksipun terbilang kota masih kecil, tetapi Ajibarang termasuk kota kecamatan yang sedang dan terus berkembang. Selain pasar Ajibarang yang terkenal sebagai pusat jual beli  hasil bumi dan pasar Sapi setiap pasaran Pon, Ajibarang sudah memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD, fasilitas pendidikan sampai tingkat menengah juga SMA Negeri yang sangat terkenal dengan sebutan SMA "Telo Garden". Juga ada politeknik swasta yang di kelola Nahdhotul Ulama.

Tak jauh dari Ibu Kota Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas, sebuah tempat wisata bisa menjadi pilihan untuk menemukan "sesuatu" yang hilang. Atau bersama keluarga memanfaatkan waktu untuk berahir pekan. Tempat di sebuah kawasan hutan di kaki Gunung Putri. Sebenarnya bukun gunung. Lebih tepatnya adalah bukit. Tetapi dari dulu orang menyebutnya Gunung Putri. Konon, Gunung Putri merupakan tempat "muksanya" Nyi Rantansari istri Adipati Djaka Mruyung yang sakti mandraguna. Adipati yang membakar habis hutan Pakis Aji (Pohon Pakis yang besar dan tinggi) menjadi "arang", hingga kini di sebut dengan nama Ajibarang. Yang berasal dari kata Pakis Aji yang dibakar menjadi arang.

Berbeda dengan Gunung Slamet yang puncaknya adalah kawah berapi, di puncak Gunung Putri ada "Wana Rata" atau hutan yang tanahnya rata. Tidak terlalu luas. Di puncak inilah perempuan nan cantik rupawan Nyi Rantansari muksa. Hanya ada petilasan yang sangat nyaman untuk bermeditasi.

Dari puncak Gunung Putri, kita bisa melihat aliran sungai Tajum yang meliuk-liuk seperti ular panjang. Sungai yang di yakini oleh banyak orang mengandung simpanan kekayaan emas yang belum terungkap hingga sekarang.

Keindahan matahari terbit atau arunika (peristiwa di mana sisi teratas Matahari  muncul di atas horizon di sebelah timur menjadi panorama indah yang harus di rekam ketika kita berada di puncak gunung putri saat pagi hari. Demikian pula pesona keindahan temaran senja. Sungguh menakjubkan.... meyakinkan kita bahwa Tuhan Maha Indah. Dan salah satu keindahan yang Tuhan ciptakan adalah puncak gunung putri.

Di kaki gunung putri, larikan pohon pinus yang berjajar, menghadirkan suasana khas kawasan hutan produksi. Hutan yang di kelola kolaborasi antara Perum Perhutani BKPH Jatilawang KPH Banyumas Timur  dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Sawangan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas.

Saat semilir angin berhembus, pucuk-pucuknya seolah sedang bersenandung. Mendendangkan lagu rindu kekasih yang sedang merindukan kekasihnya nun jauh di rantau.

Diantara pepohonan pinus, meja dan  bangku-bangku panjang yang terbuat dari kayu dan bambu berderet- deret rapi. Menarik setiap pengunjung untuk duduk sambil meminum "wedang rolas". Minuman yang terbuat dari teh dan rempah-rempah. Tak lengkap jika tanpa mendoan. Makanan khas Banyumas yang di olah oleh tangan-tangan lembut perempuan desa.  Tangan-tangan yang sangat terampil memasak aneka makanan tradisional berkat pelatihan Boga yang mereka ikuti di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Ajibarang.

Mendoan masih panas yang baru diangkat dari penggorengan akan terasa lebih nikmat rasanya sambil "nyigit" cabe rawit. Cabe yang di tanam di antara pepohonan pinus oleh pesanggem (Petani Hutan) anggota LMDH.

Gubug-gubug beratap daun nipah terhubung antara satu gubug dengan gubung lainnya, menandakan kerekatan hubungan diantara para penghuninya.

Di belakang panggung, sebuah jembatan bambu terbentang sepanjang dua belas meter dengan ketinggian empat meter. Di ujungnya terdapat sebuah gubug kecil ukuran 3 x 4 meter. Di bawah jembatan bambu, mengalir air diantara bebatuan besar yang membentuk lempengan. Air nan jernih itu mengalir dari sumber di puncak gunung putri

Di jembatan bambu ini ada "sesuatu" yang sangat menarik. Ada permainan yang bukan sekedar main-main. Permainan ini ada hubungannya dengan kisah keramat gunung putri. Permainan yang sesungguhnya permainan anak-anak, tetapi tidak boleh di mainkan oleh anak-anak. Hanya bisa di mainkan oleh mereka yang sudah berusia lebih dari tujuh belas tahun. Dan harus di lakukan berpasangan. Tidak boleh sendiri sendiri.

Menurut kepercayaan orang-orang yang percaya, kalau kita melempar burung-burungan atau pesawat-pesawatan yang terbuat dari kertas dari sisi jembatan bambu, dan burung-burungan/pesawat-pesawatan itu sampai mendarat ke sisi seberang dari jembatan bambu, itu adalah pertanda baik.

Jika di lakukan oleh sepasang muda-mudi yang sedang menjalin ikatan cinta (pacaran), itu pertanda cinta merekan seperti cintanya romeo dan juliet, seperti asamaranya. Awet sampai maut yang memisahkan. Apabila lemparan keduanya tidak sampai, itu pertanda bukan jodoh. Kalau tetap hubungannya di teruskan, akan banyak masalah-masalah yang di temui.

Ketika hanya salah satu yang berhasil melempar dengan baik sampai di sisi seberang jembatan, maka dalam hubungannya akan terjadi perselingkuhan.

Kalau yang melemparkan orang yang sudah berumah tangga, dan lemparannya berhasil sampai ke seberang, itu menjadi pertanda hubungan yang langgeng dan rejeki yang berlimpah akan di dapat oleh pasangan itu.

Jangan percaya pada permainan ini, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Karena kita memang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.

Saat kita sedang menikmati keindahan hutan pinus sambil medang rolas dan nyigit mendoan, alunan musik akan terdengar lembut dari sebuah panggung berukuran 6 x 8 meter yang berdiri kokoh di tengah-tengah. Sesekali  akan terdengar suara akrab menyapa dari pengeras suara di panggung "Selamat datang di Hutan Pinus Sawangan, silahkan Bapak/Ibu, saudara-saudara, para pengunjung menikmati keindahan alam dan kenyamanan suasana di sini. Semua fasilitas yang ada disini adalah pelayanan kami. Mohon tetap patuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker, jaga jarak dan jangan lupa cuci tangan. Jaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempat yang sudah di siapkan. Karena sampah bukan mantan yang (boleh) berserakan"

Di hutan pinus sawangan ini, aku jatuh cinta....

Aku jatuh cinta bukan pada perempuan cantik berambut panjang berkepang satu yang lembut dan keibuan... Apalagi jatuh cinta pada gadis berambut pirang yang pipinya merah dan suka naik trail menerabas hutan pinus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun