Senin sudah tiba. Anak sekolah membawa tas mereka masing-masing. Tak lupa, bersalaman dengan orangtua. Sesekali, menatap kembali ke arah rumah. Mungkin, khawatir kalau ada yang tertinggal. Itu juga terjadi di rumah Jarwo. Derap langkah kaki terdengar jelas. Jarwo masih malas untuk bangun. Karena tidur di depan rumah, ia bisa melihat banyak anak sekolah mempersiapkan diri.
"Mungkin mereka harus upacara bendera. Tidak bisa terlambat meski sebentar saja," ujar salah satu tetangga bernama Arif. Arif saat itu sedang menyapu. Mendapati sebuah dompet terjatuh.
"Mas ! Ini dompetmu bukan?" pertanyaan itu membuat Jarwo terbangun. Apalagi, sudah semalam ia kebingungan akan dompetnya. Bukan menjadi masalah, hanya bergambar pria dengan pedang saja. Jarwo menjadi takut dengan dompetnya sendiri.
"Kalau harta hanya titipan. Kenapa titipan saya sedikit?" itu terulang terus hingga Jarwo tertidur. Pagi dan perjumpaan dengan temuan dompet membuat Jarwo tersadar. Kian hari kebutuhan hidupnya makin banyak. Tapi, tak ada penghasilan. Uang seolah selalu kurang.
"Bangun, Jar. Antar adikmu sekolah sana!" ujar Ibunya Jarwo.
Tak ada jawaban, Jarwo hanya sebentar memperhatikan dompetnya lalu kembali tidur. Mungkin dengan tertidur di pagi hari itu bisa memperlama masa sarapan.
"Kalau aku bangun siang, nanti bisa menghemat uang untuk membeli makan pagi. Jadi, makannya sekalian nanti di siang hari!" kata Jarwo dengan ketus.
***
Siang tiba, Jarwo sudah bangun dan siap menuju ke perpustakaan. Itu tujuan pertamanya. Buku ingin dipinjam dengan waktu membaca. Tidak banyak memang koleksinya. Hanya saja, ada sisa dari pameran potensi daerah. Itu membuat Jarwo terkesan.
"Pasti tempat ini ramai. Kalau tidak, mana mungkin sampai sekarang panggungnya saja masih terpasang. Aku mau membaca buku dan menenangkan diri, kalau saja banyak kesempatan untuk bermain," ujar Jarwo ketika melihat banyak tempat berjualan.
"Tidak baik sebenarnya membuat orang menunggu. Itu menjadi semacam notifikasi dalam dirimu!" tulisan itu terpampang di pintu menuju perpustakaan. Tak sengaja Jarwo membacanya. Melihat kumpulan rak buku dan mendapati senyuman petugas keamanan.