Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Anak Desa

12 Juli 2023   18:45 Diperbarui: 12 Juli 2023   18:48 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mimpi Anak Desa

Cerpen Yudha Adi Putra

Semenjak siang, Bli tidak bisa tenang. Ada kegelisahan dalam hatinya. Ia berbohong pada ibunya. Tentang pertemuan terlarang. Pertemuan dengan seseorang yang entah tanpa alasan menjadi penuh kebencian. Semoga, Bli bisa merasakan kedamaian. Tapi, itu hanya harapan saja. Malam didera banyak doa.
"Aku tidak senang kalau kalian masih bertemu. Itu menyakitkan. Bukan karena tidak jujur saja. Tapi, semua berjalan sudah lama. Perkenalan sudah lama berarti menyimpan banyak doa. Bisa juga dengan berbagai harapan saja," ujar suara yang membuat Bli tidak bisa tenang.

Setiap pertemuan dengan orang baru, Bli selalu bercanda. Seolah, cerita yang diungkapkan itu lucu. Bagaimana tidak, Bli mengaku sebagai orang kaya. Punya banyak perumahan dengan aset yang tidak bisa berdampingan. Harapan dan perjuangan bisa saja muncul dalam aset itu. Tapi, Bli mengatakan dan selalu beranggapan kalau memiliki utang.

Tidak hanya utang saja. Bli berkata tentang harapan yang kandas. Bukan karena ia harus menyimpan kebohongan setiap hari. Tapi, orang yang dibohongi teramat dekat dengan dirinya. Mungkin, kalau hanya bertemu sehari dua hari tidak masalah. Tapi, pertemuan itu terjadi setiap hari.

"Begitu menguras tenaga. Dalam rangka menghibur diri sendiri. Selalu saja ada hal yang harus dilakukan. Kalau saja tidak memperhatikan kebiasaan, itu bisa membuat lelah. Akumulasi dari rasa lelah adalah amarah. Banyak amarah terjadi karena lelah tidak istirahat. Sepenting apakah istirahat itu?"

Pertanyaan itu menemani Bli dalam memulai hari. Bukan hanya teh hangat saja. Ada buah dari kebun. Memang, untuk melupakan rasa kehilangan akan dirinya sendiri. Bli memilih untuk berkebun. Berkebun bisa membuat tubuh Bli bergerak. Bisa melupakan banyak tuntutan hidup.

"Pura-pura menjadi orang lain dan menjadikan figur sebagai teladan itu cukup menyedihkan. Bukan hanya kehilangan kesempatan. Tapi, momen untuk jeda jadi tidak dimanfaatkan. Hanya mimpi anak desa. Itu cukup untuk memulai hari dalam langkah yang bijaksana," ujar Bli sebagai penenang akan tuntutan hidup dari banyak orang.

***

Tidak mudah untuk memulai. Kalau sudah memulai, langkah selanjutnya belum tentu mudah. Itu yang dirasakan Bli dalam perjalanannya. Mimpinya sebagai anak desa kerap dihina. Tidak menyadari kalau setiap tindakan itu perlu uang. Dalam pandangan Bli, tidak hanya uang. Ada perjuangan yang militan dalam membawa perubahan.

"Lihat saja. Kegiatan harian hanya menatap kotak. Tapi, seolah berharap bisa mengubah dunia melalui kotak itu. Tidak mau bergaul dan bekerja sama. Dari desa untuk dunia? Itu bualan apa? Hidup hari ini ya cukup hari ini saja," ucap tetangga Bli kala di warung makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun