"Aku teringat akan tulisan. Di mana setiap pertemuan membawa perubahan. Ada dampak dinantikan, belum sepenuhnya memunculkan pertanyaan. Bisa jadi, setiap kegagalan itu membawa respon untuk terus berjuang. Ada gereja kecil, mungkin boleh jika aku berteduh," ujar Jarwo.
Pertanyaan itu menjadi tindakan. Jarwo memilih berteduh di sebuah gereja. Kelak, gereja ini akan membawa daya ubah bagi kehidupannya. Berjuang dengan harapan setiap doa. Di mana, pohon kecil ditanam. Itu tumbuh tanpa dendam. Menyerap setiap edaran dan perjuangan.
"Kemudian, ini momen untuk merencanakan. Setiap tindakan akan membawa dampak pada perubahan hidup. Belum sepenuhnya dapat diterima, bisa jadi menopang perjalanan hidup sebagai kebingungan," ujar Jarwo.
Jalan damai dijalani, bukan hanya tentang kedamaian. Tapi, setiap belokan jalan membawa pertanyaan. Tentang arah hidup yang kian tidak jelas. Bisa jadi, dalam perjalanan itu ada impian didoakan.
"Membuat doa akan membawa harapan dan perjuangan. Bisa jadi kembali, untuk ke sekian kali. Ada pengulangan. Ulang akan hidup penuh dengan ketakutan, bukan pada harapan yang nyata. Bisa jadi, itu tetap saja bisa jadi. Membosankan sekali," ujar Jarwo.
Jalan damai timur dan banteng utama menjadi cerita. Kalau saja, dirinya masih kecil dan jarang membaca. Tidak cukup hanya memegang harapan saja. Bisa dilakukan dengan diam. Memunculkan setiap penjualan hidup.
"Kucing timeo akan segera mendapatkan makanan. Pasang surut dalam perjuangan itu akan memberikan energi untuk melakukan evaluasi," tulis Jarwo dalam jeda menuju jalan pulang.
Tidak semua menjadi cerita indah dan jelas. Bisa jadi, itu hanya kepentingan kata dan penyesalan saja. Ada relasi kuasa dalam bahasa. Bisa saja, dampaknya tercapai luar biasa. Lama waktu berjalan, utama dan damai tidak kunjung ditemukan. Hanya pada burung, bukan kenyataan.
Godean, 08 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H