Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keputusan Dinding

22 Juni 2023   07:13 Diperbarui: 22 Juni 2023   07:15 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Handoko sebagai kawan Jarwo hanya bisa beberapa kali mendatangi Jarwo. Memperhatikan kondisi sahabatnya yang tertekan karena tetangga berisik. Itu menjadi momen kreatif dengan olahan apa saja yang dimiliki. Tidak bisa menolak untuk nanti. Tapi, menjadikan hari ini sebagai tindakan untuk dikerjakan.

"Kepulangan pada kamar adalah waktu untuk bertindak saat ini dan di sini. Jadi, harapan untuk memiliki ketenangan itu dikerjakan. Bukan menjadi angan saja. Keinginan untuk berperilaku cukup menjadi bijaksana," kata Jarwo kembali menatap setiap sudut kamarnya.

Perasaan duka bermunculan. Ada yang lebih penting dari sekedar mencari untuk mendapatkan. Ada saja lebih dan lebih. Untuk cukup menjadi tantangan. Bahkan, tentang tetangga yang berisik itu menjadi godaan tersendiri hingga menjadi momen untuk berefleksi. Bagaimana memperjuangkan harapan di tengah penderitaan yang menjadikan putus asa.

"Perlahan. Doa menjadi pikiran positif. Berbentuk cinta. Lama tidak masalah, semua memerlukan proses dalam memaknai realita. Entah, untuk tetangga yang berisik tadi menjadi persoalan seperti apa," ujar Handoko mendorong Jarwo dalam berkembang.

Dukungan teman baik menjadi keputusan. Keputusan untuk membuat dinding kedap suara. Banyak momen terselamatkan dengan adanya dinding itu. Belum lagi, setiap kepentingan menjadi ruang tersendiri untuk menulis dan membaca.

"Kini harus mulai menekuni. Membaca sebagai rangkaian doa untuk terus maju. Bukan hanya untuk hidup. Tapi, hidup sendiri adalah membaca dan menulis seperti langkah kaki. Tidak bisa dihindari harus dilakukan," ujar Jarwo.

Berusaha tidak mempermasalahkan tetangganya, Jarwo terus merapalkan impian. Ada bentuk perjuangan yang indah. Kelak, setiap tindakan akan menuai sebuah harapan.

"Bentuk pembicaraan itu juga melebihi percakapan sendiri. Percakapan untuk menjaga kondisi perasaan dalam menuliskan setiap tanggung jawab kehidupan," ujar Jarwo dalam tulisan yang dibaca tetangganya.

***

"Dia memang tidak pernah mengerti arti dari kebebasan. Tekanan bermunculan kapan saja, tapi tidak bisa dihindari. Lalu, mendengarkan musik dengan keras menjadi hiburan. Hidup kenapa harus disikapi dengan ketenganan," ujar tetangganya Jarwo.

Tetangga yang tidak mengerti perjuangan hidup dalam pandangan Jarwo. Hanya saja, langkah yang ditempu untuk menghibur diri itu merugikan orang lain. Ketidakpedulian itulah yang membuat orang jengkel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun