Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kabar Sejuk

20 Juni 2023   07:36 Diperbarui: 20 Juni 2023   07:36 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Doa baik untuk mereka penjuang rupiah. Menukar tiap tetesan keringat dengan rupiah. Membawa doa bagi kemuliaan sesama. Tidak hanya pada kepentingan diri sendiri, setiap langkah dikerjakan dengan sepenuh hati. Entah, nanti akan menjadi seperti apa," ujar Timeo.

Belum sempat siang datang. Perjalanan dilanjutkan ke SMP. Mencari pilihan demi pilihan. Membawa banyak doa pada kesempatan. Untuk setiap hal yang masih bisa dikerjakan. Informasi tidak akan tertukar dengan cepat. Semua sudah diatur, bentuk kepasrahan hidup yang menyebalkan. Tidak hanya itu, pada setiap tulisan ada harapan.

"Menulis nama saja salah. Bagaimana nanti memberikan harapan untuk masa depan. Bukanhkah setiap harapan itu dimulai dari tulisan?" kata dalam hati seorang penulis awalan.

Bukan hanya pada pandangan, bentuk semacam perjumpaan terjadi. Ada nilai yang merdeka. Bersama beberapa jumpa. Terus menerus memilih hidup lebih baik lagi.

"Ini tentu menjadi wacana untuk membuat orang peduli, setiap kesempatan itu bermunculan dengan amarah. Bisa jadi, itu membawa dampak buruk pada pilihan hidup. Lalu, setiap hal yang dinilai buruk sebenarnya juga menjadi wacana akan kepentingan," ujar Jarwo.

Kesal karena perjalanan masih panjang, Jarwo memilih bermimpi. Mendoakan setiap harapan untuk tetap bersama. Tidak ada yang lebih penting dari sekedar menikmati hari ini dan masa kini.

"Tidak perlu bilang pada pencapaian, semua akan menjadi percuma saja. Lalu, hanya muncul tidak peduli pada orang lain. Kosong seperti halnya perasaan duka," ujar Timeo.

Langkah menjadi pembuktian. Setiap kabar sukacita menolong untuk tetap berbenah. Membentuk kesempatan dengan harapan. Menuai setiap langkah dengan kasih.

Perlahan, bukan hanya kicau burung yang langka. Tapi, senyuman sebelum perpisahan. Setiap orang memiliki kesempatan sama. Ada kepentingan yang dilupakan. Perlahan, pada setiap hari yang indah ada perpisahan.

"Bukan kematian yang memisahkan, tapi ego dan kepentingan semata. Tidak hanya itu, bentuk lampu menjadi rambu akan rindu. Tidak bersama hidup, kemudian bersama dengan gerakan memaknai hari dan hirup napas sunyi," kata harapan Jarwo dengan sedikit penyesalan.

Tidak ada penyesalan sebenarnya, hanya beberapa kabar sejuk tentang hidup. Untuk terus memberikan makna pada kesepian itu sendiri. Kesepian adalah teman waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun