Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lemper Bakar

7 Juni 2023   18:52 Diperbarui: 7 Juni 2023   19:00 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lemper Bakar

Cerpen Yudha Adi Putra

"Berbicara itu mudah kok.. Yang sulit itu menjaga pembicaraan dan ketepatan yang dibicarakan sehingga tetap nyaman untuk didengar." -Perempuan berkain merah

Tentang kekhasan diri, tidak ada yang mengira. Bentuk nyaman dari diri bisa merugikan orang lain. Bukan hanya dibenci, tapi tidak nyaman namun terselubung. Percakapan meja bundar mengantarkan pada pesta makan siang. Sebelum piring beradu dengan meja, sudah waktu habis untuk duduk dan mendengarkan.

"Apa yang diperoleh dari pembicaraan tadi ?" tanya Jarwo pada lelaki di sampingnya. Berbicara dengan orang baru perlu kehati-hatian. Tidak hanya itu, ada kepekaan yang harus diasah.

"Hanya mendengarkan orang di samping. Terus, percakapan terjadi antara mereka. Menyebalkan sekali, seorang perempuan selalu menimpali. Kalau tidak direspon, pembicara takut tidak mendapatkan kesempatan. Mungkin juga, takut tidak mendapatkan hormat," ujar lelaki yang mulai mengambil kopi.

Tak ada tuduhan, perjalanan mendengarkan dilakukan seumur hidup. Mendengar untuk meneliti dan mendengar untuk berbicara. Tidak semua harapan perlu didengarkan, tapi dituliskan menjadi kata.

"Semua yang datang ke sini dengan banyak harapan. Mereka pejuang, entah makanan dan minuman, bisa juga kerajinan tangan. Tapi, tidak ada yang lain. Semua membutuhkan uang, semacam keengganan berujar," lanjut Jarwo pada sebuah perumpamaan sebelum masuk ke dalam kelas.

Bukan kelas perkuliahan, tapi pertemuan antar pengusaha. Kata pengusaha seolah seram, menandakan ada yang diusahakan. Pelaku bersama hidup yang lebih maju lagi.

"Orang akan berdampak pada kepentingan. Tidak hanya itu, menyingkirkan penghambat dan orang tak dianggap akan bermunculan. Muncul saatnya, era sebuah pergabungan. Tapi, dimulai dengan mendengarkan," ujar lelaki berambut putih.

Tempat duduk mereka saling berjajar. Menatap ke arah yang sama. Ada suara kecil, tidak hanya kedap suara. Ruangan mereka dibangun berdasarkan harapan akan masa depan. Ada sekat kecil, itu bisa ditutup dan dibuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun