Kemungkinan Minggu
Cerpen Yudha Adi Putra
        Terbangun dengan ledakan. Tatapan kucing orange mengejutkan. Kamar mandi dituju. Untuk menahan kencing, cukup lelah. Belum genap waktu bangun. Jam masih empat pagi. Hanya karena ledakan. Gempa terjadi. Begitu suasana pagi. Burung tak mau berkicau. Ayam memilih kembali berkokok. Bebek menahan telurnya. Bukankah keuntungan bisa didapatkan. Kalau saja, bebek bertelur lebih banyak.
        "Pagi ini mengejutkan sekali, ada apa ?"
        "Seperti suara bom. Untuk itu, kita cek saja belakang rumah. Mungkin maling kabur atau kucing yang malang terjepit ?"
        "Benar kedua, kucing terjepit !" Jarwo menahan tawanya.
        Pagi masih belum sempurna. Kebiasaan dilakukan. Catatan pada agenda. Tertunda pada pagi dingin.
        "Sebelum bangun, aku sebenarnya menahan kencing. Perasaan tidak nyaman tertahan. Mungkin aku lelah,"
        Pagi biarlah. Bentuk puisi dan catatan hidup. Karena bisa saja, pagi menjadi harapan. Nanti akan terjadi apa lagi. Pertanyaan terus bermunculan. Senyuman menjadi balasan. Entah akan ada apa, penuh tanya.
        "Kucing itu apa yang diinginkan. Semua berubah menjadi hidup ! Bahkan, sekarang harapan bermunculan,"
        "Makan dulu, Jar. Sudah terlalu jauh kamu berpikir. Mungkin saja, pagi ini saatnya beristirahat. Kata enggan dan bosan melanjutkan karyanya,"