Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangisan Pasar Malam

10 Januari 2023   22:05 Diperbarui: 10 Januari 2023   22:04 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangisan Pasar Malam

Cerpen Yudha Adi Putra

Agung senang sekali, akhirnya dia bisa ke pasar malam bersama teman-teman. Ketika berjalan menuju lapangan, tempat pasar malam dibuka. Doni, salah satu teman Agung teringat kisah sebelum pasar malam diperbolehkan ada di sana.

         "Mau ada pasar malam seperti ini, drama yang terjadi cukup menguras tenaga dan biaya ya. Bisa juga ternyata," ujar Doni. Tubuh besarnya membuat kesulitan melangkah cepat. Beberapa langkah berjalan, dia berhenti dan mengajak teman lain untuk berbicara.

         "Drama katamu ? Itu benar terjadi, menyebalkan sekali. Aku ingat benar perkataan Pak Dukuh," sahut Dio. Dia masih kesal dengan Pak Dukuh.

         "Sudahlah, itu semua perjuangan kita. Melawan ibu-ibu dengan bantuan bapak-bapak dan pemuda. Pemudinya sebagai calon ibu-ibu malah tidak mau bantu," komentar Agung. Perjalanan menuju pasar malam malah menjadi cerita ulang.

         Pasar malam di desa, apalagi memakai lapangan desa memang penuh dengan konflik. Mereka yang merasa peduli dengan lapangan akan berpendapat lain.

         "Nanti, pasar malam itu hanya akan merusak lapangan saja. Kita sulit merawatnya," kata Pak Amir.

         "Benar sekali, pasar malam di lapangan jadi membuat kita tidak bisa olahraga. Padahal, aku merencanakan untuk bermain sepak bola setelah pulang kerja," sahut Pak Hasan.

         "Kalau kita tolak saja proposalnya, mungkin uang sepuluh juta untuk sebulan tidak sebanding dengan tangisan dan permainan perasaan bagi anak-anak," Pak Dukuh nampak bijaksana.

         "Tapi, di sisi lain. Kita juga perlu perubahan. Ada hal baru yang dapat dipelajari. Nanti, ada ekonomi yang bergerak. Ada kesempatan untuk kerja bakti. Anak-anak mendapatkan hiburan dan mungkin pengalaman bisa bertemu. Pemuda juga dapat ambil bagian ? Dari pada mabuk-mabukkan di pinggir sawah tiap malam?" lanjut Pak Dukuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun