Urgensi Etos Kerja : Antara Profesionalisme dan Institusionalisme
Yudha Adi Putra
Ketua BEM 2022 Fakultas Teologi UKDW
Duta Bahasa 2019, Penulis Cerpen, Esai, dan Puisi
Berkarya secara optimal tentu menjadi harapan bersama, termasuk memiliki semangat untuk terus bekerja. Berbicara mengenai bekerja dan berkarya tentu berkaitan dengan bagaimana semangat generasi muda.Â
Awal 2022, mulai muncul diskusi menarik mengenai adanya trend di kalangan generasi muda, khususnya kalangan milenial untuk menolak menekan diri bekerja terlalu keras. Itu dapat dikaitan dengan implikasi adanya pandemi selama dua tahun sejak awal 2020. Menariknya, Suparmono (2022), menyebutkan mengenai generasi muda saat ini memiliki keinginan bekerja seperlunya, sebatas dengan jam kerja.Â
Selain itu, ada penolakan terhadap kerja secara berlebihan dan ada penurunan terhadap ambisi mengejar karier. Kondisi ini tentu tidak dapat digeneralisir, akan tetapi memberikan gambaran krisis generasi muda terhadap produktivitas dalam bekerja. Persoalan itu akan menjadi kompleks ketika dikaitan dengan etos kerja generasi muda saat ini.Â
Etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Dalam etos kerja, terdapat daya ubah dan kreasi dalam bekerja. Potensi pengembangan etos kerja perlu diperhatikan seiring dengan fenomena kemunduran dalam produktivitas.Â
Lebih lanjut, etos kerja juga dapat berkaitan dengan kepribadian, perilaku, dan karakter generasi muda. Berbicara etos kerja juga akan berkaitan dengan bentuk profesionalisme dan tantangan yang dihadapi generasi muda dalam bekerja.
Profesionalisme dalam Etos Kerja
Dalam bekerja, profesionalisme menjadi penting. Orientasi profesionalisme berkaitan dengan manusia beserta kompetensinya. Ada komitmen, kompetensi, dan kemandirian dalam bekerja. Akan tetapi, keberadaan profesionalisme akan banyak terpengaruh dengan iklim bekerja ketika tidak berdasarkan dengan integritas.Â
