Yudha Adi Putra
Penggunaan plastik di Indonesia cukup tinggi, berdasarkan data dari KLHK tahun 2022, sampah plastik yang ada di laut Indonesia mencapai 6,8 juta ton per tahun.Â
Menarik juga untuk memperhatikan ungkapan Siti Nurbaya, bahwa terdapat prediksi 35 juta kilogram timbunan sampah plastik yang ada dalam momen mudik 2022. Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan plastik sudah menjadi konsumsi wajib untuk banyak keperluan.Â
Data dari Making Ocean Plastic Free (2017) menyebutkan bahwa rata-rata terdapat sekitar 182,7 miliar kantong plastik yang dipakai di Indonesia setiap tahunnya.Â
Tentu itu terus mengalami perkembangan. Berdasarkan jumlah tersebut, setidaknya terdapat bobot total sampah kantong plastik di Indonesia yang mencapai 1.278.900 ton setiap tahunnya.Â
Saat ini, mulai ada banyak respon dalam penggunaan plastik. Misalnya, belanja dengan berbasis pemakaian ulang kantong kain. Perkembangan itu menjadi isu ekologis yang diupayakan dalam merespon banyaknya sampah plastik.Â
Sampah plastik menjadi keresahan saya dalam lingkungan hidup, terutama untuk kelestariannya. Itu menjadi kegelisahan yang memotivasi dalam pandangan saya ketika merespon penggunaan plastik untuk berbagai keperluan.
Penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari seolah tidak bisa dihindari. Bentuk kebiasaan sederhana, seperti belanja misalnya. Itu sangat membutuhkan plastik, entah untuk membungkus atau membawa barang belanjaan.Â
Pemakaian plastik tentunya tidak hanya ketika belanja, ada banyak keperluan hidup yang memakai plastik. Kemunculan gerakan tidak memakai sedotan plastik misalnya, itu menjadi bentuk kegelisahan komunal karena kita tidak bisa lepas dari plastik. Akan tetapi, kita sama-sama ingin bisa meminimalisir penggunaan plastik dalam berbagai bidang.Â
Dalam hal ini, perlu adanya transformasi penggunaan plastik. Keberadaan tranformasi memang menjadi bahasan menarik berkaitan dengan presidensi G-20. Upaya untuk tranformasi penggunaan plastik tentunya menjadi bentuk dukungan terhadap presidensi G-20. Tindakan itu akan membawa dampak perubahan yang baik pada lingkungan hidup.Â
Sehingga dalam presidensi G-20 juga terimplementasikan transformasi sederhana dalam merespon banyaknya persoalan lingkungan hidup karena sampah plastik. Kemunculannya menunjukkan bagaimana keseriusan dalam melestarikan lingkungan hidup supaya lebih baik.