Mohon tunggu...
Huzer Apriansyah
Huzer Apriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Pada suatu hari yang tak biasa

Belajar Menulis Disini

Selanjutnya

Tutup

Catatan

If You Are Feeling Helpless...

17 Januari 2012   23:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:45 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu seseorang men-share sebuah video lagu, “Women of hope” judulnya. Mendengar deretan lirik dari lagu yang didedikasikan untuk perjuangan Aung San Suu Kyi itu, membuatku bertanya pada sendiri. Sejauh mana kepedulianku pada sesama, atau jangan-jangan aku hanya peduli pada keakuanku saja. Keakuan untuk dianggap peduli, keakuan untuk dianggap orang baik.

If you are feeling helpless, help someone, pendek saja kalimat itu tapi kedalamannya membuatku meradang. Merasa terlalu sering meratapi hidup, terlalu kerap mentakzimi diri sendiri. Benarkah selama ini aku peduli?

Banyak tanah kusinggahi, ribuan wajah kujumpai. Rasanya kalimat di lagu itu kutemui kebenaran-kebenarannya. Dalam keterbatasan dan perasaan tanpa pertolongan, justru dengan menolonglah menjadi sanggah yang palinng kukuh.

[caption id="attachment_156271" align="alignleft" width="300" caption="Pak Hanafi dengan topi tani dan toa di tangan/doc KIR MUGA Yk"][/caption] Teringat, Hanafi Endro Utoyo (Alm), guru SMU Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang dalam sakit panjangnya tetap saja mewakafkan dirinya agar anak-anak didiknya kritis dan tak pongah. Masih teringat saat detik-detik terakhir kuangkat keranda mayatnyaempat tahun lalu. Anak-anak didiknya datang memadati peristirahatan terakhirnya. Ia mati muda, 40 tahunan saja. Sesaat habis rutinitas cuci darah, iapun menjumpai sang pemilik hidup.

Urip mung mampir ngombe dan BOM (Boedi Oetomo Muda), itulah dua hal yang selalu berapi-api ia ingatkan kepada kami. Hidup hanya mampir minum, filosofi yang selalu menginngatkan kita betapa rapuh dan fananya kehidupan kita ini. Lewat BOM pak Hanafi ingin mengajarkan kami untuk melakukan yang terbaik, semuda apapun usia kita, seberat apapun hidup kita. Pak Hanafi, bukan pesohor yang dikenal di muka-muka surat kabar, bukan pula begawan yang malang melintang dengan pemikiran yang besar. Pak Hanafi mewakafkan diri di saat dirinya sendiri berada tapi kondisi tak tertolong.

Teringat Pak Hanafi, terkenang pula ‘Antua’. Antua, panggilan akrab untuk almarhum Muhammad Kasim Arifin.

[caption id="attachment_156272" align="alignright" width="300" caption="Kasim Arifin di Waimital bertopi/doc.hutan-tersisa.blogspot.com"]

1326843379687618106
1326843379687618106
[/caption] Mahasiswa IPB yang “hilang” ditelan pulau Seram. Antua, pergi ke Seram untuk kerja praktek tapi ia tak kunjung pulang. Memlih hidup bersama penduduk di Pulau nan jauh itu, wisudapun ia lupakan. Kalaulah bukan karena bujukan-bujukan kawan-kawan termasuk Taufiq Ismail, mungkin Antua tak akan pernah menghadiri wisuda khusus yang digelar alamaternya setelah 15 tahun menghabiskan hidupnya di Seram.

Tak heran kalau Taufiq Ismail pun takjub dna takzim pada pilihan hidup Antua. Begini syair Taufiq Ismail untuk Antua (Sumber : Pusis Taufiq Ismal “Seorang Petani di Waimital”)

Dia mahasiswa tingkat terakhir//ketika di tahun 1964 pergi ke pulau Seram//untuk tugas membina masyarakat tani di sana.//Dia menghilang//15 tahun lamanya.//Orangtuanya di Langsa memintanya pulang.//IPB memanggilnya untuk merampungkan studinya, tapi semuasia-sia.// Dia di Waimital jadi petani//Dia menyemai benih padi//Orang-orang menyemai benih padi Dia membenamkan pupuk di bumi//Orang-orang membenamkan pupuk di bumi Dia menggariskan strategi irigasi//Dia menakar klimatologi hujan//Orang-orang menampung curah hujan//Dia membesarkan anak cengkeh//Orang kampung panen raya kebun cengkeh//Dia mengukur cuaca musim kemarau//Orang-orang jadi waspada makna bencana kemarau//Dia meransum gizi sapi Bali//Orang-orang menggemukkan sapi Bali Dia memasang fondasi tiang lokal sekolah//Orang-orang memasang dinding dan atapnya Dia mengukir alfabet dan mengamplas angka-angka//Anak desa jadi membaca dan menyerap matematika//Dia merobohkan kolom gaji dan karir birokrasi Kasim Arifin, di Waimital Jadi petani.

…..

Panjang lagi puisi Taufiq Ismail ini…

***

Luluh lantak kesadaran naïf yang kupunya tiap terkenang dua sosok di atas. Apalah aku ini, yang hanya berteriak lantang tanpa bukti. Apalah aku ini yang selalu ingin dibantu tapi enggan secara tulus membantu…

Jayalah pula semua perempuan di nusantara, perjuangkan mimpi-mimpimu, rebut hak-hakmu..!

This morning, I feel helpless and I’ll try to help someone..

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun