[caption id="attachment_141123" align="aligncenter" width="650" caption="doc. @huzera"][/caption]
Kita mungkin tak banyak tahu Timor Leste telah memulai kiprah di Sea Games melalui tim sepakbolanya. Mungkin tak banyak di antara kita yang merasa bersaudara dengan mereka. Tapi bagaimana bisa kita tak merasa bersaudara, puluhan tahun "hidup bersama", baru sembilan tahun belakangan saja kita berpisah. Satu hal lagi tak menutup kemungkinan pula suatu hari nanti kita akan hidup bersama kembali. Bukankah kita tak pernah tahu ?
Tim berjuluk O Sol Nescente (the raising sun) ini bukan hanya pendatang baru, ini kiprah kedua mereka di Sea Games tapi juga nyaris "tak dihitung". Luluh lantaknya Timor Leste dengan membawa pulang 28 gol kebobolan di Laos dua tahun lalu, membuat mereka layak disebut tim semenjana.
Namun, mereka membalikkan prediksi, itu paling tidak yang terjadi di dua laga awal mereka. Kalau selama ini orang menyebut Laos yang akan menjadi "kuda hitam" bisa jadi si kuda hitam kini jadi gelar milik Timor Leste. Dua kemenangan beruntun membuat mereka memuncaki Grup B. Selamat "Saudara-saudara"ku...terbanglah tinggi kami menantimu di Semifinal...(mungkin)
Di Selatan Jakarta The Raising Sun "Berjaya"
Pertandingan pembuka bagi Timor Leste adalah kontra Brunei, ini pertandingan dua tim semenjana di ASEAN. Brunei yang baru kembali dari skorsing 10 bulan dan Leste yang terpuruk di Laos. Namun, di atas kertas Brunei diprediksi akan bisa mengalahkan Leste. Dua tim penghuni 10 peringkat terendah FIFA inipun memulai laga dengan optimisme. Sama-sama mengincar poin penuh.
45 menit babak pertama rasa-rasanya prediksi akan terwujud, Brunei mampu menampilkan sepakbola menarik dengan umpan-umpan pendek yang dipadu dengan sesekali bola-bola area bagi para penyerang. Adi Bin Said, Fakharazi dan Hamizan silih berganti menggedor pertahanan Leste yang dikawal Emerson Carlos di bawah mistar. Emerson berulang kali jatuh bangun menghadang serangan Brunei.
Akhirnya pada menit 28, M Najib mampu menaklukkan Emerson, tendangan yang bermula dari aksi satu dua dengan Adi berujung sepakan keras yang tak mampu dibendung Emerson. Pasca itu kondisi tak berubah, Brunei mendominasi dan pasukan Timor Leste seolah kehilangan arah. Mereka hanya mengirim bola sekenanya dan langsung menuju ke kotak penalti lawan. Kedudukanpun tak berubah. Leste tertinggal 1 gol.
Babak kedua Timor Leste mulai mampu mengimbangi Brunei, disamping permainan Brunei yang menurun juga pola permainan Timor Leste yang banyak memanfaatkan keunggulan postur sebagai senjata. Masuknya Joao Paulo di menit 61 juga ikut mendongkrak permainan mereka.
Murilo Arberio De Almeida menjadi bintang malam itu dengan melesakkan dua gol di menit 62 dan 73, meski dua gol ini banyak dianggap sebagai gol keberuntungan. Namun apapun itu Timor Leste membukuhkan tiga angka pertamanya dalam sepakbola Sea Games. Disinilah sejarah itu bermula.
Menariknya, pasca pertandingan, pelatih tidak mengizinkan satupun pemain pulang ke hotel melainkan mengharuskan mereka duduk di tribun penonton dan menyaksikan laga Vietnam kontra Myanmar. Barulah ketika babak pertama usai mereka pulang. Itu yang saya saksikan langsung di Lebak Bulus.
[caption id="attachment_141008" align="aligncenter" width="650" caption="Almeida, sang bintang Timor Leste/doc@huzera"][/caption] ***
Dua hari (7/11) setelah menorehkan sejarah The raising sun ditunggu Filipina, tim yang dari sejarah dan kondisi terkini jelas berada di atas mereka. Skuad asuhan Michael Weisspun diunggulkan oleh banyak pengamat, sebelum laga iapun sangat optimis tiga angka di tangan.
Saya tak menyaksikan langsung pertandingan laga kedua Timor Leste ini, karena jauh lebih penting menghadiri laga perdana garuda muda ketimbang menunggui the raising sun. :)
Namun dari laporan rangkuman pertanding yang dirilis panitia Sea Games dan pemberitaan media, Timor Leste sekali lagi membalikkan prediksi. The Azkalspun mereka pecundangi 2-1. Bintang mereka Murilo Albeiro di Almeida melesakkan 1 gol di menit 17 dan satu gol penentu oleh pemain belakang Diogo Santos di menit 48. Sedangkan gol semata wayang Filipina dilesakkan Jose Elmer menit ke – 37.
Kemenangan yang membawa Timor Leste menjadi pemimpin sementara di Grup B. Akankah the raising sunmelanjutkan kejutan-kejutannya.? kita tunggunya esok hari (9/11) mereka akan menghadapi lawan yang pernah membungkam mereka 4-0, Vietnam. Akankah esok matahari terbit di senja Lebak Bulus, kita nantikan saja.
Sejarah Buruk 2009, Peran FIFA dan Naturalisasi
Persis tatkala kegembiraaan pecah di Senayan saat timnas U-23 Indonesia menekuk Kamboja kibaran merah putih menyeruak, di saat yang sama bendera merah, kuning, hitam dengan bintang putih milik Timor Leste juga berkibar-kibar. Kemenanganpun mereka rengkuh, Filipinapun bisa dikata angkat koper lebih pagi dari sepakbola Sea Games, adios azkals team ! Menjadi seru karena yang memulangkan mereka justru Timor Leste, tim yang dianggap terlemah di Grup B. Andai yang memulangkan mereka Myanmar atau Vietnam, mungkin biasa. Tapi ini Timor Leste, bung !
Dua tahun lalu di Viantiene (Laos) pasukan muda the raising sun membawa pulang 28 gol kebobolan dan sebuah gol hiburan. Malaysia melumat mereka 11 gol tanpa balas, Thailand 9 gol, Vietnam menghujami mereka dengan 4 gol serta Kamboja juga 4 gol. (28-1). Kepedihan di Viantiene dua tahun silam itu membuat mereka “tak dihitung” di Sea Games kali ini. Namun, mereka sejauh ini mampu menjejakkan eksistensi. Memimpin Grup B dengan enam angka, sementara mengungguli Vietnam dan Myanmar yang baru mengemas 4 angka. Laos dan Brunei 1 angka dan Filipina nihil.
Mantap nian pasukan besutan Antonio Viera (Brazil) ini, tak dinyana sejauh ini mereka masih memelihara asa lolos dari penyisihan grup. Meski 3 partai berat sudah menanti tapi paling tidak anak-anak muda Bumi Lorasae ini telah menengadahkan kepala mereka dan membuat rakyat di Dili bersuka ria.
Jalan Jesse Pinto dan kawan-kawan tentu masih panjang, belum ada kepastian lolos dari grup B, tapi negeri yang baru saja merdeka kembali tahun 2002 (deklarasi 1975) melalui sebuah “revolusi damai” ini telah mampu mensejajarkan diri mereka sebagai tim menengah di ASEAN. Ranking FIFA mereka yang sejauh ini bertengger di 201 (10 terendah) tak membuat mereka patah arang.
Apa yang mereka hadirkan di Jakarta kali ini bukan tanpa perjalanan panjang, bermula dari strategi mengirimkan pemain muda ke Brazil dan Australia dan juga strategi naturalisasi. Serta belakangan FIFA yang mendukung Timor Leste sebagai salah satu basis akademi sepakbolanya. FIFA melalui GOAL Project mengalokasikan 400.000 USD untuk pembangunan technical centre di Dili. Program ini menjadi prioritas FIFA untuk mendorong sepakbola di Timor Leste.
Kini secara pelan mereka mulai mengecap hasil. Lihat saja enam dari 20 anggota tim U-23 mereka adalah pemain di tim-tim junior di Brazil; Emerson Cesario (Keeper-SC Corintian), Welington Rocha (Pemain belakang- Sao Bernando), Marcos Sousa (Pemain tengah-Botafogo FC), Diogo Rangel (Pemain tengah-Radium FC), Alan Leandro (Pemain depan-Villa Nova Jr) serta sang bintang Murilo de Almeida. Ditambah satu lagi Raul Isac (Pemain Belakang-North Sunshine Eagle-Australia).
Mereka bertujuhlah yang menjadi tulang punggung Timor Leste sejauh ini. Kiper mereka di laga kontra Brunei dan Filipina bermain sangat-sangat luar biasa, begitupun Rangel, dan Leandro mampu mengimbangi lawan dengan luar biasa. Inilah the raising sun itu. Apapun komentar tentang stragei naturalisasi mereka, tetap saja acungan jempol layak mereka dapat. Bukankah banyak negara ASEAN bahkan ASIA yang mengandalkan strategi ini termasuk tim garuda..? :)
***
Tentu laga Timor Leste bukan prihal menawan bagi pendukung garuda, tapi apa salahnya sebagai “mantan” saudara sebangsa kita beri dukungan bagi “pasukan xanana”. Siapa tahu kita bisa berjumpa di laga semifinal..tentu akan lebih asyiik buat garuda muda, karena pernah berjumpa di ujicoba.
[caption id="attachment_141007" align="aligncenter" width="300" caption="source: www.galerysinger.com"][/caption]
Akhirnya, selamat berjuang “saudara-saudara”. Semoga keajaiban lahir di Selatan Jakarta untuk kalian. Vietnam memang tangguh tapi bukan tak bisa dikalahkan atau ditahan imbang. Belajarlah dari Myanmar yang berhasil meredam kecepatan Tham Luong dkk. Bukankah kalian menyaksikan pertandingan itu ? Good luck, see you in semis (maybe ?).
Note : Sebelumnya saya menulis serupa namun fokusnya berbeda (repost)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H