[caption id="attachment_149566" align="aligncenter" width="650" caption="Inilah Kapal mewah itu dengan logo AG/doc@huzera"][/caption]
Berulang kali saya berpikir, apakah perlu menuliskan pengalaman kurang menyenangkan ini. Maklum saja, hal ini menyangkut seorang konglomerat papan atas, Tommy Winata (TW). Tidak secara langsung sih, tapi tetap saja bayang-bayang bagaimana kantor tempo di obrak-abrik, masih berbekas di ingatan saya.
Namun, setelah berpikir bahwa saya, bukan sedang menulis TW dengan isu judi, atau gossip seputar pulau-pulau yang ia “miliki” di gugusan kepulauan Seribu. Jadi saya berpikir tak ada salahnya menuliskan pengalaman ini.
Bermula dari keinginan saya mencari informasi mengenai paket wisata ke kepulauan Seribu. Kemarin (17/12) saya menuju ke Ancol. Setelah mendapat informasi yang cukup dari salah satu biro wisata di kawasan dermaga Ancol. Saya tertarik untuk foto-foto. Karena, jarang-jarang bisa datang ke sisi Ancol bagian dermaga ini.
Untuk mendapat angle yang asyik, saya menyusuri dermaga hingga ke ujung. Di dekat sebuah café. Saya ambil foto-foto ke arah pusat rekreasi Ancol dan ke arah laut lepas. Lalu, mata saya tertarik dengan kibaran bendera di sebuah kapal pesiar mewah. Langsung saja saya foto bendera itu, sekitar lima kali jepret. Tiba-tiba seorang petugas keamanan menghampiri.
[caption id="attachment_149568" align="alignleft" width="300" caption="Mulanya bendera ini yang saya foto"][/caption]
“Maaf pak, buat apa foto-foto ?” Begitu petugas keamanan itu menyapa saya
“Lha, emang kenapa mas ?” Kaget saya mendengar suara agak tinggi dan tatapan yang mengintimidasi dari petugas keamanan itu. Saya juga tak tahu petugas keamanan apakah orang tersebut, keamanan kawasan wisata Ancol atau keamanan dermaga atau keamanan khusus. Tubuhnya agak tinggi dengan pakaian safari biru-biru dan potongan rambut pendek.
“Kalau foto-foto ke arah sana boleh pak, tapi kalau ke kapal yang itu jangan coba-coba” Petugas itu, mengarahkan tangannya ke arah lautan lepas kemudian mengarahkan telunjuknya ke arah kapal mewah dengan logo AG di sisi depan kapal.
“Saya cuma foto benderanya saja pak, silahkan lihat” Tapi saya tak menunjukkan kamera, malah agak menjauh dan terus mengarahkan kamera ke arah kapal-kapal yang bersandar di sisi lain Ancol. Petugas keamanan itu berdiri mematung di belakang saya. Sayapun risih, terus saya ucapkan “Tenang aja bos”
Dengan tatapan yang mengintimidasi iapun berlalu sambil berujar “Asal tau aja pak, itu kapalnya Pak TW”, “Tommy Winata, maksudnya ?” sambar saya. “Iyalah emang TW mana lagi..” Petugas itu menjawab keras.
Lelaki-lelaki yang semula duduk bersama petugas itu tiba-tiba berdiri dan tatapan mata mereka sangat intimidatif. Saya yang sendirian, mikir juga. Akhirnya, saya arahkan langkah ke tampat saya memarkir motor.
Namun, diam-diam saya mengendap di belakang mobil dan mencoba tetap membidik kamera ke arah kapal pesiar mewah itu. Awalnya saya tak tertarik mengambil foto kapal itu, gara-gara “promo” dari si petugas akhirnya saya malah terpancing ambil fotonya.
Toh, pikir saya, tak sedang menjpret TW sedang rapat di kapal itu, atau sedang berpesta. Itu hanya kapal yang kebetulan saja milik TW. Apa salahnya saya foto ? Kalau tak mau dilihat orang ya masukin kamar saja, pikirku. Tapi, lalu saya berpikir apa ada larangan undang-undang tentang property yang saya langgar ? Ah, entahlah. Toh saya tak ada maksud mencuri kapal itu. J
Di parkiran saya mencoba memastikan kepemilikan kapal itu. Benar saja, orang-orang disana hampir semua hafal bahwa kapal itu miliknya TW. Mereka bilang, kapal itu biasanya digunakan oleh orang-orang dari luar negeri. Tak heran, karena TW memang punya usaha pariwisata.Ah sudahlah..
***
Saya membagi cerita ini, hanya untuk mengingatkan, kadang keisengan kita bisa saja menjumpai hal-hal “besar”. Termasuk cerita saya ini. Coba kalau saya tak iseng foto-foto bendera di kapal orang. Mungkin saya tak akan pernah tahu kalau TW punya kapal, yang kalau dilihat-lihat di sepanjang dermaga Ancol salah satu kapal terbesar dan dari luar tampak mewah.
Kalau toh akhirnya, harus merasa terintimidasi oleh petugas-petugas itu. Ya, anggap saja perkenalan tak biasa dengan mereka yang sedang menjaga harta majikannya. Hanya saja, saya tak habis pikir. Mobil RI-1 saja masih boleh difoto, masak iya kapal pesiar TW tak boleh difoto. Ah, entahlah. Mungkin banyak kisah dibalik kapal itu, hingga si empunya melarang siapapun ambil foto kapalnya. Kapal itu, menurut orang-orang di sekitar dermaga disewakan, anda berniat menyewanya ? Silahkan hubungi TW atau karyawannya di dermaga Ancol.
[caption id="attachment_149569" align="aligncenter" width="650" caption="Ini bukan kapal TW../doc@huzera"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H