Mohon tunggu...
Huzer Apriansyah
Huzer Apriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Pada suatu hari yang tak biasa

Belajar Menulis Disini

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Oknum Aktivis Busuk dan Selebaran Busuk

16 Desember 2011   01:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_149035" align="alignleft" width="300" caption="Halaman depan tabloid/doc@huzera"][/caption]

Underground war, istilah yang bisa mewakili perang selebaran gelap yang mulai terjadi jelang pemilu 2014. Beberapa hari lalu, saya mendapat mini tabloid “LAWAN”. Tabloid yang baru edisi pertama ini mencoba membongkar sisi gelap para aktivis yang selama ini sangat berseberangan dengan pemerintah SBY.

Empat aktivis dengan inisial MP, LK, AYY, dan MBV diulas tuntas sisi gelap kehidupan mereka. MP ditampilkan sebagai aktivis yang suka berpesta pora. LK, broker demo yang untuk sekali demonya saja bisa meraup 500 juta. Kehidupan seksual yang diluar norma juga diangkat.

Menariknya aktivis-aktivis yang diulas adalah mereka yang secara ideologis memiliki kedekatandengan salah satu partai besardi luar koalisi. Jika laku buruk aktivis itu benar, tentu saja hal tersebut telah mencederai spirit perjuangan yang kerap mereka suarakan. Kata lainnya, mereka mengkhianati perjuangan mereka sendiri. Kampreeeet namanya..! (maaf agak emosi)

Namun, mini tabloid ini juga telah melakukan generalisasi dengan tidak bertanggung jawab. Berikut salah satu petikan kalimat di tabloid LAWAN

“Kalau boleh jujur, carut-marut pemerintah saat ini tidah bisa disalahkan pada SBY semata. Aktivis-aktivis yang mengaku pro demokrasi, pro rakyat setidaknya punya andil dalam proses penghancuran bangsa. Mereka sengaja melanggengkan kerusakan bangsa ini sebagai mata pencaharian” Sungguh statamen yang mengada-ada dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Banyak lagi kalimat yang telah melecehakan aktivis, misal saja di halaman 3 ;

“Jadi mulai sekarang, jangan percaya demo-demo yang mengkritik pemerintah. Karena semua itu bayaran. Kalau anda ikut, berarti anda dihitung sebagai peserta tanpa anda pernah nerima duit”

Tentu kita tak dapat menafikkan bahwa ada aktivis yang menangguk untung dibalik aksi-aksi pro demokrasi dan pro perubahan, tentu saja ini laku yang tak bisa dibenarkan, layaklah para penangguk untung itu kita sebut sebagai BAN***T. Namun, ketika tabloid ini melakukan generalisasi tentu saja hal itu sungguh tak bertanggung jawab. Masih banyak aktivis gerakan yang berhati nurani dan berjuang dengan keikhlasan.

Siapa dibalik LAWAN ?

[caption id="attachment_149036" align="alignright" width="300" caption="halaman dalam tabloid/doc@huzera"][/caption] Tabloid ini pastinya tak akan berani memunculkan siapa mereka sebenarnya. Mereka hanya menyebut bahwa tabloid diterbitkan oleh SMID (Solidaritas Masyarakat Indonesia untuk Demokrasi), sepintas akronimnya mengingatkan kita pada gerakan mahasiswa Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi. Namun jelas-jelas tabloid ini tak ad ahubungan dengan mereka. Saya mencoba mengkonfirmasi pada salah satu aktivis SMID, dan mereka berkeyakinan itu bukan kerjaan mereka. Artinya ornag-orang dibalik taloid LAWAN, telah berupaya menyesatkan opini publik dnegan menuliskan SMID sebagai penerbit tabloid.

Selanjutnya, mereka juga tak mencantumkan alamat atau kontak jelas keberadaan redaksi. Hanya dicantumkan alamat email lawan_2014@yahoo.com. Dari alamat email, kita bisa melihat bahwa tabloid ini memang dirancang untuk warming up jelang pemilu 2014.

Tentu kita tak bisa membatasi strategi perang partai-partai, nanun jika hal itu telah menyakiti para penggiat demokrasi dan perubahan di republik ini, tentu saja hal itu perlu dikritisi.

Saya belum bisa menyimpulkan siapa dibalik LAWAN, tapi mungkin anda bisa ?

Semoga kita sebagai publik bisa dengan cerdas memilah informasi yang berseliweran baik dalam kehidupan real, maupun melalui dunia cyber. Bahwa para aktivis busuk dikikis dari semua lini gerakan, itu sebuah keharusan, tapi melakukan generalisasi atas perjuangan pro demokrasi dan pro perubahan sebagai orang bayaran, itu hal yang tak bisa dimaafkan.Bisalah kita sebut, jika terbukti tuduhan tabloid ini, bahwa oknum aktivis itu memang busuk, tapi tabloid ini juga tak kalah busuknya. Saya yakin merekapun dibayar untuk menghadirkan selebaran busuk ini.

Tabik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun