Mohon tunggu...
Perkumpulan Independen Komunitas Temanggungan
Perkumpulan Independen Komunitas Temanggungan Mohon Tunggu... -

PIKATAN adalah organisasi sosial yang didirikan oleh masyarakat sipil Temanggung, dengan badan hukum perkumpulan. PIKATAN bersifat terbuka dan memperlakukan setara setiap pihak dari berbagai ras, suku, agama, warna kulit, aliran politik, gender, latar belakang sosial ekonomi dari seluruh warga masyarakat Temanggung untuk menjadi anggota, pengurus, mitra kerja maupun untuk mengambil peran dalam organisasi ini dalam rangka memajukan tujuan pembentukan http://www.facebook.com/home.php?#!/profile.php?id=100000971503968&ref=profile PIKATAN.http://pikatan.wordpress.com. millist pikatan@googlegroups.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Temanggung dalam Enam Periode

6 April 2010   02:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:58 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Zaman datang dan pergi. Kuntowijoyo, sejarawan terkemuka dari UGM, pernah membuat kerangka historiografi Indonesia ke dalam empat periode besar : zaman pra-kolonial, zaman kolonial, zaman nasional, dan zaman pasca-nasional. Dengan mengacu pada kerangka itu, kita juga bisa melihat kemungkinan bahwa sejarah lokal Temanggung bisa dibagi ke dalam enam periode sejarah, pada rentang abad 8 hingga abad 21 saat ini.

Namun, penting dicatat, bahwa Temanggung sebagai unit historiografi tidak harus dilihat sebagai aktor pusat sejarah. Pasalnya, dalam hampir semua periode itu, wilayah lereng Sumbing-Sindoro ini hanya merupakan daerah yang menerima pengaruh pergeseran sejarah. Bahkan, nama Temanggung sendiri baru muncul dalam periode ketiga, di zaman kolonial, persisnya tahun 1834.

Adapun pembabakan itu bisa dimulai dari babak pertama yakni periode klasik yang meliputi zaman Kalingga dengan tokoh legendarisnya Ratu Shima hingga kekuasaan wangsa-wangsa Sanjaya dan Sailendra yang membangun membangun monumen-monumen besar seperti candi Dieng, Borobudur, dan Prambanan.

Dalam versi babat, Wangsa Sanjaya lahir dari perkawinan antara Kalingga dan Galuh, kerajaan yang merupakan pelanjut dari Dinasti Tarumanegara di Jawa Barat yang bercorak Hindu-Budha pada abad ke-5 hingga abad ke-8.

Dinasti Sanjaya meninggalkan jejak sejarah dalam bentuk beberapa prasasti. Yang tertua adalah prasasti batu Canggal, di Gunung Wukir, Magelang, bertahun 732. Wangsa Sanjaya yang menganut Hindu Syiwa tumbuh bersamaan, dan saling bersaing, dengan dinasti Sailendra, yang menganut Buddha Mahayana dan sempat membangun Candi Borobudur pada tahun 780.

Perkawinan antara seorang pangeran trah Sanjaya, Rakai Pikatan, yang kemudiaan muncul sebagai penguasa dari dinasti ini, dengan seorang Pramodhawardhani, putri dari dinasti Sailendra, menyebabkan pengaruh Hindu menguat kembali di Jawa Tengah. Walhasil, berdirilah Candi Prambanan yang bercorak Hindu pada tahun 856. Namun, Rakai Pikatan ini pula yang menyerang Dinasti Syailendra dan memaksanya hijrah ke Palembang. Wangsa Sanjaya menjadi penguasa tunggal di Jawa Tengah.

Mengapa Mataram Kuno ambruk? Analisis sementara menyebutkan bahwa ini terjadi akibat suatu peristiwa "pralaya" ketika Merapi meletus hingga mengubur kedua candi besar Buddha dan Hindu, dan menghambat aliran Sungai Progo.

Peristiwa itu masih diperdebatkan kapan terjadinya, ada yang mengatakan pada abad ke-9 dan 10, atau sudah masuk abad 11, persisnya tahun 1006, atau 1017. Prasasti Pucangan menyebutkan bahwa pralaya Jawa kuno itu terjadi secara berentetan dengan serangan Raja Wurawari. Sejak itu Mataram Kuno punah dan para elitnya pindah ke Kediri, Jawa Timur.

Kedua, periode pra-kolonial, meliputi periode waktu ketika terjadi perpindahan pusat kekuasaan politik dan kultural dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, munculnya Kadiri, Singosari, Majapahit, dan bangkitnya Demak, antara abad ke-11 hingga awal abad 16. Sangat sulit menemukan jejak-jejak peninggalan sejarah Temanggung dari periode ini karena pusat penulisan sejarah pra-kolonial memang lebih terfokus ke Jawa Timur. Alhasil, sejarah Temanggung dari periode ini hanya menjadi bagian marginal dari sejarah pusat-pusat kerajaan Hindu Jawa Timuran itu.

Ketiga, periode kolonial, mulai dari jatuhnya Demak, munculnya Mataram (baru), perpecahannya, dan makin kuatnya kekuasaan kolonialisme Belanda untuk menjadikan wilayah Kedu sebagai lumbung pangan dan basis ekonomi perkebunan.

Periode ini berlangsung antara abad ke-16 hingga menjelang abad ke-20. Bahan dokumenter untuk periode ini sudah cukup banyak dan bervariasi. Dalam periode ini Temanggung menjadi tanah koloni dari dua jenis penjajahan: penjajahan feodalisme Jawa dan penjajahahan kolonialisme Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun