"Bay, kita mau ke Pondok Halimun. Kamu mau ikut ngga?", tulisan itu nongol pas saya lagi buka inbox di Facebook. Si pengirim pesan adalah temen saya, Doni namanya. Yang dimaksud Pondok Halimun adalah Curug Cibeureum atau Air Terjun Cibeureum, ada juga yang bilang Curug Cipelang terletak di Sukabumi. "Boleh-boleh. Siapa saja yang ikut", jawab saya. "Mat Ceper, Gepeng, Gue dan Elo. Kalo lo ikut", balasnya "Ya sudah gue ikut. Pake motor?", tanya saya. "Enggak, pake mobil. Kalo pake motor, gempor gue. Jam enam pagi kita kumpul di rumah gue" "Ok" ***** Pagi hari sesuai jadwal yang sudah disepakai kamipun berangkat menuju Sukabumi. Ketika tiba di atas jalan toll, jalanan terlihat lowong, membuat kami kesenangan. Bakalan cepet nih perjalanan. Namun pikiran itu hanya sebentar saja, ketika hendak keluar pintu toll, terlihat antrean sangat panjang. Membuat kami khawatir, sepertinya perjalanan bakal seperti biasanya jika liburan, yaitu terjebak macet. Keluar dari pintu toll, kami lihat jalan menuju puncak macet panjang. "Rasain tuh macet panjang, untung kami mau ke Sukabumi, jadi nggak ikutan antri", kami pada ketawa melihat antrian sepanjang itu. Biadab sekali yah, tertawa di atas penderitaan orang lain. Tiba di Pasar Cicurug, antrian panjang kami dapati, alias macet. Kalau yang mau ke puncak tahu, pasti bilang "Rasakan juga tuh macetnya", hihihi. Selalu, ketika saya melewati pasar ini, terjebak macet. Kemarin, ketika saya pakai motor hendak ke Pelabuhan Ratu, saya harus selap-selip di antara kemacetan. Istilahnya masih mending lah. Namun sekarang, ketika pakai mobil, tak ada selap-selip. Yang ada harus sabar mengantri hingga keluar dari kemacetan. Kira-kira 1 jam kami terjebak disini. Setelah melewati kemacetan 3 pasar yaitu Cicurug, Parungkuda dan Cibadak, akhirnya kami tiba di pertigaan kota Sukabumi. Kami kebingungan, mau kemana, tak tahu jalan mana yang mesti dipilih. Dulu, kami pernah kesini sebelumnya, namun saat itu kami naik angkot, sekarang kami memakai mobil pribadi, tak ada satupun diantara kami arah yang mesti dituju. Akhirnya kami berimprovisasi dengan mencoba belok kiri ke arah Salabintana. Seratus meter dari belokan, sayapun turun bertanya pada orang-orang yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan. Didapat informasi, kalau jalan kami sudah benar, tinggal lurus mengikut jalan saja. Selesai bertanya, sayapun bergegas kembali ke mobil, ketika mau duduk di kursi, tak sengaja mata ini melihat ada wanita di seberang jalan. Wow, cantiknya cewek itu, mirip Dara The Virgin, pikir saya. Spontan, naluri kelelakian saya bangkit, saya lambaikan tangan pada cewek tersebut. Si Doni yang sudah punya isteri ikut menengok ke arah lambaian tangan saya, sepertinya penasaran. Diapun melambaikan tangan, ketika melihat cewek itu. Dasar cowok, prinsipnya seratus meter dari rumah adalah Bujangan!! Apalagi ini, ratusan kilometer, perjaka tingting deh kayaknya. hahaha..... Cewek tersebut ketika sadar ada yang godain, dia spontan cengengesan dan membalikan muka sambil ngomong sesuatu sama temennya yang ada disamping dia. Mungkin, dia bilang begini "Ih, ada cowok-cowok ganteng yang godain saya". Ini versi saya loh, tau kalo versi dia. Kami pun cepat bergegas berangkat menuju Pondok Halimun, takut wanita itu ikut. Pedeeeeeeeeeee banget sih elu. Setelah tanya sana-sini akhirnya, perjalanan kami tiba di perkebunan teh. Hujan rintik-rintik menyambut kedatangan kami. Eksotisnya pemandangan, membuat kami seakan orang-orang yang belum pernah ke sini. Tetap kami terkagum-kagum melihat keajaiban alam. Apalagi ketika melihat ada kabut tipis yang turun menaungi perkebunan teh. Pemandangan yang luar biasa. Tibalah kami di pintu retribusi pertama, kami mesti membayar delapan ribu rupiah untuk empat orang. Beres membayar, kami lanjutkan perjalanan. Di perjalanan kami melewati rumah Kabayan. Yang dimaksud rumah kabayan adalah rumah yang dipake syuting untuk film Si Kabayan dulu. Rumah ini terlihat banyak pengunjung, hingga membuat kami urung untuk singgah di sini. Perjalananpun kami lanjutkan melewati kebun teh dengan jalan yang sempit, jika bertemu dengan mobil dari arah berlawanan, terpaksa kami harus minggir merapat ke dinding kebun teh. Tadinya kami berniat berhenti di kebun teh untuk photo-photo namun urung karena turunnya kabut tebal. Kurang lebih lima belas menit perjalanan dari pos pertama, kami tiba di parkiran tempat pemberhentian terakhir kendaraan. Pengunjung memarkirkan kendaraannya disini, jika ingin ke Curug Cibeureum [Pondok Halimun]. Di pintu gerbang, kami bayar biaya parkir, disini tidak ada patokan harga, seikhlasnya saja. [caption id="attachment_93602" align="aligncenter" width="480" caption="Kebun Teh - Koleksi Pribadi"][/caption] Hari itu sudah lewat dzuhur ketika kami beres parkir. Kamipun berkemas, membawa alat-alat dan bekal yang sudah dipersiapkan menuju Curug Cibeureum. Setelah beres, saya duduk dulu di warung memesan kopi demi mengusir dinginnya cuaca sambil menunggu temen-temen yang ke toilet. Setelah dirasa cukup, kamipun memasuki gerbang utama menuju Air Terjun Cibeureum. Kami diwanti-wanti oleh penjaganya untuk tidak membuka tenda di air terjun setelah membayar biaya masuk, berbahaya katanya. Kamipun mengiyakan. [caption id="attachment_93604" align="aligncenter" width="480" caption="Aliran Sungai - Koleksi Pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H