"Eh kamu anaknya Pak Ujang, makin cantik saja. Sini," ucapku sambil melambaikan tangan pada seorang gadis cantik dan imut yang sedang berdiri di depan pintu rumah itu. Dan diapun menurut, berjalan ke arahku. Tiba di depanku kupeluk dia dan kududukan tubuhnya di atas paha.
"Kamu masih inget nggak sama Om?" tanyaku sambil melihat matanya yang bulat.
"Enggak," jawabnya polos membuatku keheranan.
"Masa sih, kamu lupa sama Om?" dengan rasa penasaran aku bertanya lagi.
"Iyah. Aku lupa," dan seperti tadi, jawabannya tetap polos.
"Aih gimana sih kamu, masa lupa sama Om," ucapku sambil mencium pipinya.
"Aduh geli Om. Kumisnya tajam-tajam," ucapnya. Tampak dia belingsatan menghindari ciumanku yang bertubi-tubi.
"Biarin. Abis kamu lupa sih sama Om"
"Emang Om rumahnya di mana?"
"Jakarta. Kamu tahu Jakarta enggak?"
"Enggak"