Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengertilah Kau Bengal

24 Mei 2011   05:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika kukatakan Binal kepadamu, maka janganlah kau marah padaku sayang. Itu merupakan tanda gregetanku padamu. Jangan berburuk sangka, hingga pikiranmu melayang-layang jauh kepada wanita yang menjual harga dirinya. Sumpah, bukan itu maksudku.

Tak ada satupun wanita yang pernah kusebut binal selainmu. Karena mereka bagiku bukanlah pemantik api cinta yang bersemayam di dadaku ini. Mereka hanyalah lilin yang berkelap-kelip di kejauhan. Sepertinya hangat, namun tak pernah terasa olehku baranya.

Lalu jika kupanggil engkau wanita nakal. Janganlah kau merahkan mukamu yang jelita itu. Tanda rasa marahmu padaku. Engkau memang sungguh nakal. Selalu bermain-main di pikiran ini. Tak pernah sedikitpun diam, sehingga berkecamuk sinyal-sinyal di otakku ini karena memikirkanmu.

Hanyalah dirimu yang mampu mempermainkan diriku. Sehingga aku merasa kewalahan untuk menenangkannya. Siang hari, bayanganmu selalu mengajak menari-nari. Tawa dan celotehmu seakan ada di hadapanku hingga membuat gairah hidup bergelora. Sedangkan malam hari, engkau datang mencumbuku dalam mimpi-mimpi indah yang kurajut di sana.

Dan ketika kukatakan bahwa dirimu bengal. Bukan berarti aku sedang merendahkanmu sayang. Kamu adalah cahaya untuk mataku. Tak mungkin aku melecehkanmu. Kata itu kuungkapkan karena, aku tak ingin biasa dalam mengatakannya. Bahwa betapa besar rasa cintaku padamu.

Syair-syair dan kata-kata puitis telah manusia ungkapkan kepada pujaannya. Bertebaran dan berserakan, kata-kata indahnya. Terkadang, membuatku bosan. Aku ingin berbeda. Karena begitu indah cintaku padamu ini. Biarlah orang lain menganggapku aneh. Bahkan mencaci, karena keanehan sikapku dalam mengungkapkan rasa ini padamu.

Selagi kita muda, kan kupanggil dirimu dengan panggilan kesayanganku. Karena jika tua nanti ketika kamu sudah digantikan oleh wanita yang lain yaitu anak kita. Panggilan itu hanyalah tinggal kenangan. Kita berdua akan tertawa-tawa di atas bangku. Menjelang sore hari, menghadap mentari yang akan terbenam. Mencoba mencari sisa-sisa romantisnya pengalaman cinta masa muda.

"Pah, maukah kau panggil aku si Bengal, si Binal atau si Nakal lagi?"

"Ah si Mamah. Malu sama umur dan anak-anak kita mah"

"Ayolah Pah"

"Mah, ingatkah ketika Papah katakan bahwa nikmatilah ungkapan sayang ini selagi kita muda?'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun