Hari itu seorang mahasiswa ekonomi sudah berhasil meraih ijazah sarjananya. Sudah banyak ilmu yang ia dapatkan dari bangku kuliah. Di sana ia pernah bergaul dengan orang-orang hebat. Dan diajar oleh dosen-dosen terbaik yang ada di negeri ini.
Dan dipagi yang cerah ini, ia sedang berjalan-jalan. Ketika melewati sebuah supermarket, matanya terbelalak melihat harga sebuah kangkung. Kemarin ia mendengar harga kangkung di pasar tradisional, seikatnya hanya dua ribu rupiah. Namun kenapa di sini harganya sepuluh ribu rupiah.
Menurutnya adalah hal yang tidak mungkin, bahwa kangkung ini ada pembelinya dengan harga yang begitu mahal. Baginya, harga kangkung jika mengikuti pasar, paling mahal hanya tiga ribu rupiah. Saya harus bertemu dengan pemilik supermarket ini, gumamnya.
Akhirnya setelah bertanya-tanya dan mengobrol dengan pegawai supermarket itu. Diketahuilah dimana letak rumahnya pemilik supermarket itu berada. Dengan bergegas iapun melangkah ketujuan takut terlalu malam. Hingga bisa menyebabkan pemilik supermarket terganggu oleh kehadirannya yang tak diundang.
“Selamat malam, Pak,” ucapnya ketika sudah berhadapan dengan pemilik supermarket itu.
“Selamat malam, Dek. Ayo duduk di bangku teras," katanya sambil menunjuk pada bangku yang ada.
"Terimakasih Pak"
"Ada yang bisa saya bantu, Dek?” tanya si pemilik supermarket dengan ramah.
“Begini Pak, saya perlu menanyakan sesuatu hal yang mengganjal dalam pikiran saya"
"Apa itu"
"Tadi saya lewat di supermarket Bapak. Dan melihat harga kangkung yang menurut saya kemahalan. Tahukah Bapak, kalau menjual kangkung dengan harga seikatnya sepuluh ribu itu tidak akan laku. Karena dipasaran, harganya hanya tiga ribu seikatnya”
“Iyah, saya tahu persis mengenai itu”
“Lalu kenapa Bapak tidak menjual dengan harga pasar yang berlaku”
“Karena saya tidak menjualnya di pasar tradisional"
"Maksud Bapak?"
"Begini Dek. Pembeli, jika sudah tahu kualitas dan mengenal kredibilitas kita dalam berbisnis. Maka berapapun harga yang kita berikan, mereka akan membeli produknya. Dan selama ini supermarket saya hanya menjual barang dengan kualitas terbaik. Pelanggan saya tahu itu. Jadi ketika saya menjual kangkung yang menurut Adek kemahalan, mereka akan tetap membelinya. Karena yang mereka beli, bukanlah kangkungnya, tetapi kualitasnya.”
“Saya tidak percaya itu. Karena prinsip dagang Bapak, sudah melanggar prinsip dagang pada umumnya”
“Adek ini boleh percaya atau tidak. Tapi kita buktikan nanti. Besok, datanglah pagi-pagi ke supermarket saya. Kemudian pulanglah ke rumah atau terserah kemana saja yang kamu suka setelahnya. Tapi nanti malam, kamu kembali lagi ke supermarket itu. Dan lihat apa yang terjadi dengan kangkung yang ada dalam rak itu. Apakah masih ada dalam raknya atau masih tersisa banyak. Sesudah itu, kamu datang lagi ke sini, saya akan menunggu dengan senang hati. Bagaimana, setuju?”
“Baiklah, mari kita buktikan, Pak”
Dan hari ini sarjana itu sungguh tercengang dengan kenyataan yang ada. Tak terlihat ada satupun kangkung yang berdiam di atas rak itu. Semuanya habis, hingga membuatnya terkagum-kagum.
“Bapak ini lulusan universitas mana Pak?” tanya sarjana itu, ketika mereka sudah berhadap-hadapan lagi.
“Saya tidak kuliah,” jawaban itu sungguh mengagetkan sarjana ekonomi ini.
“Kalau tidak kuliah, darimana Bapak mendapatkan ilmu bisnis seperti itu?” kejarnya penasaran.
“Ilmu bisnis saya dapatkan dari pengamatan, penelitian dan praktek secara langsung. Tidak hanya berkutat dengan teori-teori, tetapi tidak ada tindak nyatanya dalam lapangan. Bagaimana, kamu sudah mengerti sekarang?”
“Sangat mengerti Pak”
Ternyata, sarjana itu baru sadar. Ilmu tanpa praktek, tidak menjadikannya berkembang. Hanya itu-itu saja yang ia dapatkan. Namun jika dipraktekan dan diamalkan, maka akan mendapatkan ilmu baru yang sebelumnya tidak pernah ia duga sebelumnya.
Sumber ide tulisan : Bob Sadino, terimakasih Om, anda memang keren.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H