Pertama.
Kita senang bertransaksi atau berniaga dengan manusia dan percaya bahwa mereka akan memberikan keuntungan sesuai dengan kesepakatan bersama. Tapi kita lupa atau seakan tidak pernah membaca berita, bahwa ternyata banyak sekali penipuan yang dilakukan oleh manusia! Tapi kita tidak pernah mendengar atau membaca berita kalau Allah pernah menipu jika berniaga dengan manusia! Oleh karena hal tersebut, ngapain kita takut berniaga dengan Allah yang tidak pernah ingkar janji sedangkan berniaga dengan manusia yang suka menipu, kita tidak takut? Betul tidak.
Kedua.
Ragu katanya. Begini, saya beri pertanyaan, kenapa kita tidak heran terhadap gaji pemain bola yang bisa milyaran rupiah perminggunya? Coba darimana itungannya. Cuman otak atik bola, masukin alhamdulillah gak masukin mungkin nasibnya lagi buruk, tapi tetep aja dibayar milyaran. Sudah gituh mainnya paling maksimal cuma enam jam dalam seminggu. Tapi coba liat nasib buruh pabrik misalnya, kerja delapan jam sehari, fisik terkuras, otak terkuras namun gajih menyedihkan, boro-boro milyaran, bisa dapat upah sesuai UMR pun sudah alhamdulillah. Coba bagaimana hitungannya. Harusnya yang kerja lebih banyak yang dapat lebih uang, tapi ini sebaliknya. Sudah nyambung kan?
Nah, dalam niaga sedekah, tidak usah kita ikut-ikutan menghitung, biar Allah sajalah yang menghitung, wong Beliaulah yang menjanjikan biarlah Ia yang melakukan dan memberi jalannya untuk kita. Bukan begitu?
Ketiga.
Ini hal banyak menghantui pikiran kita. Saya agak ragu terhadap janji Allah, jadi main aman saja. Ngasih sedekah sedikit aja, itupun diwaktu-waktu tertentu, biasanya dihari Jum'at. Karena kebetulan kotak sedekah nyamperin ke hadapan kita. Kalau harus berniat banget ngisi kotak amal tersebut dihari yang lain kayaknya berat banget. Ya iyalah, jangankan ngisi kotak amal, wong sholat di mesjid aja kita jarang, betul tidak?
Atau kita pernah 'trauma', sedekah yang kita keluarkan tidak langsung dibalas sesuai dengan harapan kita. Hmm... Begini deh untuk hal yang satu ini kita putar-putar dikit.
Kalau kita mau makan, ada beberapa langkah yang mesti ditempuh.
Pertama kita mesti menanam terlebih dahulu.
Kedua kita pelihara dan panen.
Ketiga kita olah dan kita makan.
Ini adalah hukum alam. Kalau mau makan kita mengusahakan makanannya terlebih dahulu. Kalau mau untung kita mesti berniaga. Ada jasa ada uang. Ada aksi ada reaksi. Di dunia pasti dua hal tersebut berkaitan. Nah kalau kita sudah sadar dengan hal tersebut, maka ketika kita bersedekah harus diingat pula hukum alam tersebut.
Uang sudah kita sedekahkan. Udah begitu saja. Duduk diam menanti Allah mengirimkan balasannya untuk anda. Begitukah cara kita? Jika iyah, berarti kita sudah melanggar hukum alam yang digariskan oleh Allah. Jadi, jika kita tidak mendapatkan balasan dari Allah secepatnya atas sedekah kita, ya mbo jangan sedih, ngeluh atau marah-marah. Wong kita yang salah kok. Percepatlah keuntungan sepuluh kali lipat atau tujuh ratus kali lipat tersebut dengan berusaha. Yakin, pasti bakal datang keuntungan itu, Allah mah Maha Kaya! Setuju?
Begitu mungkin bahasan niaga sedekah ini. Jika ada salah mohon dimaafkan ya. Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H