Maka, ketika saya selesai bekerja dan masih terbangun di malam hari yang dingin di daerah Patenggang, Bandung Selatan sana, dengan semangat saya melakukan wirid itu. Sebelum wirid, saya wudhu dulu, duh Gusti padahal airnya sangat dingin sekali dan cuaca yang dingin menggigil ditambah kabut yang turun menutupi wilayah tersebut membuat baju yang saya pakai terasa berair.
Namun, semua rintangan dan hambatan akan dihadapi jika semangat kita membara. Ingat yah kata bijak ini jika suatu saat saya terkenal mohon agar dikutip hahaha. Iri saya sama orang-orang terkenal, ucapannya pun dikutip walau biasa-biasa saja, tapi walau kata-katanya bagus jika bukan orang terkenal siapa perduli.
Lanjut ke cerita.
Besoknya saya kembali ke Bandung. Tak ada perubahan apapun saat itu. Namun esoknya, alah maaaak, saya sangat percaya diri sekali. Untuk berkenalan dengan wanita saya tidak malu, padahal biasanya boro-boro mau. Dan yang lebih luar biasa, kalau setiap hari kurang dari lima wanita kenalan saya, perasaan ini ada yang kurang nyaman, Â terasa dari dorongan yang terus menggebu-gebu di dada.
Kalau saya mau, bisa saja lebih dari lima wanita yang ingin saya kenal tiap hari, namun saya menekan perasaan tersebut. Saya pikir tidak baik jika melakukan hal itu. Ada kurang lebih seminggu atau dua minggu semangat ini terus menggebu untuk berkenalan dengan wanita. Hingga akhirnya saya hentikan semangat itu, saya pikir ada yang salah.
Oh iyah sebagai tambahan, saat itu saya seperti mempunyai magnet tersendiri untuk memikat wanita bahkan untuk seorang gay sekalipun!
Pernah saya diajak ngobrol oleh seorang lelaki di pinggir jalan ketika sedang menunggu angkot. Lagi ngobrol, tiba-tiba saya dipegang-pegang, hadohhh... dan sayapun menyingkir cepat-cepat, takut jadinya, oalah mimpi apa semalam pikir saya saat itu.
Tidak lama saya tinggal di Bandung, akhirnya saya kembali ke kota dimana saya pernah sekolah dulu. Di sinilah wanita yang menjadi incaran dan tujuan pelet saya berada. Maka setelah beberapa hari menjejakkan kaki di kota itu, Â saya mencari hasil dari lelaku yang sudah saya lakukan.
Ternyata... tidak ada hasilnya sama sekali. Kecewa? tidak sama sekali. Perasaan yang dulu ada seperti telah terselubungi oleh perasaan lain, yaitu perasaan biasa-biasa saja. Walau, jika berjumpa dengannya saya masih saja kagum dengan kecantikannya.
Begitulah kisahnya, ternyata pelet memelet jika memang karena bukan taqdirNya tidak akan pernah berhasil. Andai ada yang berhasil melakukan pelet memelet, saya tetap kukuh dengan pendirian bahwa hal tersebut taqdir juga.