Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ada Fulus, Kami Infus

30 Maret 2011   01:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:18 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa hari ini saya sakit, dari masuk angin, migrain sampe panas dalem, borongan bener nih sakit. Apakah ada yang perduli? ternyata tidak ada satupun. Mungkin pikir mereka, rasakan sendiri, situ yang sakit, kok kita yang repot. Hehehe... ya sudahlah, aku juga tidak perduli dengan sikap kalian terhadapku. Hidup sendiri di Jakarta yang begitu individual, bagaimana bisa kita mengharap kepedulian dari orang lain.

Jika inget sakit, inget dulu waktu terkena radang tenggorokan. Ketika pertama kali tenggorokan ini terasa nyeri, saya pikir kena panas dalam. Dibelilah segala macam larutan penyegar sebagai obat penawarnya. Namun, sudah 3 hari, tidak ada perbaikan, malahan tenggorokan ini semakin sakit rasanya. Bahkan, air ludah keluar terus dari mulut yang membasahi bantal, sebagai tambahannya. Hingga sudah berapa bungkus tissue saya habiskan untuk mengelapnya. Sepertinya ini bukan panas dalam, mesti berobat ke dokter nih, pikir saya. Namun saya masih ragu-ragu dengan hal itu dan mencoba mengobati penyakit itu sebisa mungkin.

Hingga hari ke 7, sakit ini tidak kunjung juga sembuh, membuat saya menyerah. Akhirnya berangkat juga ke rumah sakit, untuk berobat. Sendirian saya pergi ke sana, tanpa ada teman atau tetangga yang mengantar apalagi keluarga. Karena mereka jauh di sana terpisah jarak ratusan kilometer. Mengeluhkah saya dengan keadaan ini? ah tidak, apa yang harus dikeluhkan. Ini jalan hidup yang harus diterima, hanya tinggal kepasrahan saja bagi kita untuk menjalaninya.

Dengan menumpang mikrolet saya pergi ke rumah sakit rujukan kantor yang terletak di timur Jakarta. Sepanjang jalan kepala cenat-cenut tak kenal kompromi dibarengi dengan tenggorokan yang seperti tertusuk duri yang tak mau lepas. Udara yang panas seakan menambah cobaan yang harus diterima ini, baik dengan kepasrahan atau ketidakrelaan. Terserah mana yang harus anda pilih, mungkin itu jargonnya.

Tiba di rumah sakit, saya pergi ke bagian pendaftaran. Setelah mendaftar, didapat informasi bahwa dokternya belum datang. Ya sudahlah, saya tunggu saja, habis mau gimana lagi, terima kenyataan ini. Saya kira dokter akan datang secepatnya, namun ternyata perkiraan saya meleset. Karena 3 jam saya dipaksa menunggu, di kursi ruang tunggu. Tambah satu lagi penderitaan ini, sabarkah dirimu menerima cobaan wahai manusia. Mungkin itu perkataan yang Tuhan ucapkan kepada saya saat itu.

Akhirnya pak Dokter yang dinanti tiba juga. Kedatangannya ibarat seorang bayi yang ditunggu selama bertahun-tahun oleh pasangan yang belum dikaruniai anak. Atau ibarat kedatangan seorang kekasih dari negeri seberang yang telah dirindu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Ataupun ibarat air hujan yang dirindu oleh tanah kekeringan.

Setelah menunggu beberapa saat, tiba giliran saya dipanggil oleh perawat yang manis. Dengan rasa sumringah sayapun masuk ke ruang pak Dokter yang sejuk karena berpendingin. Dokter menanyakan beberapa pertanyaan yang saya jawab dengan tulisan di kertas karena saya sudah tidak bisa bicara lagi. Ah dasar pak Dokter, diapun akhirnya mengikuti gaya saya, diapun menuliskan beberapa pertanyaan di kertas sebagai balasannya. Yang membuat saya tersenyum-senyum dengan kelakuannya.

Dari hasil analisa beliau, katanya saya harus rawat inap. Saya langsung mengamininya tanpa pikir panjang, karena kebetulan mempunyai kartu asuransi dari kantor, terimakasih sebesar-besarnya kepada HRD atas hal ini. Tadinya saya kira, saya akan langsung di masukkan ke ruang rawat. Ternyata, saya ditelantarkan terlebih dahulu pada sebuah ranjang di sebuah ruangan. Mungkin pihak rumah sakit, mengecek dan mengurus asuransi itu dulu, hingga urusan sakit saya nomor dua. Ibaratnya ada fulus, abang kami infus, tak ada fulus silahkan abang mampus. Ah, mungkin itu hanya pikiran jelek saya saja, saya yakin mereka pun punya nurani (masa sih).

Setelah tersiksa beberapa lama, akhirnya saya dimasukkan ke ruang rawat, hari itu kurang lebih jam 4-5 sore. Sedikit lega perasaan di hati ini, karena pastinya akan segera mendapati jalan keluar dari penyakit yang sudah saya derita selama seminggu ini. Malamnya, mulailah saya menerima berbagai hal pengobatan dari rumah sakit. Ada obat, infus, suntikan dan makanan yang bagi saya tidak enak rasanya, tidak ada rasa asin ataupun gurih, yang ada hanya rasa tawar. Koki di rumah sakit ini sepertinya mereka tidak bisa masak, kok bisa diterima kerja di sini yah, gumam saya dalam hati.

Sehari dua hari, saya sendirian di rumah sakit ini mengalami perawatan. Sedihkah? Sepertinya untuk hal seperti ini rasa sedih saya sudah mati, hingga tak ada perasaan itu sedikitpun, biasa saja. Yang ada malahan perasaan kasihan terhadap teman-teman satu ruangan dengan saya. Ada yang datang dengan sekujur luka di tubuhnya, ada yang tangannya terpotong mesin pabrik dan berbagai macam kecelakaan dan penyakit. Hingga membuat rasa syukur di hati, untung saya tidak mendapat cobaan yang seperti mereka. Bersyukur disetiap saat, ceritanya.

Hingga seminggu kemudian, datang tetangga kos membawakan pakaian ganti. Dia bisa tahu keadaan saya karena kantor menelepon ke kosan. Dan kantor bisa tahu keberadaan saya di rumah sakit ini karena rumah sakit menelepon kantor untuk mengurus masalah administrasi. Sedikit ada rasa bahagia di hati. Aih, ada yang perduli juga dengan keadaan saya. Makasih kawan. Sayapun bersyukur lagi di hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun