Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mancing di Pantai Sawarna Pelabuhan Ratu

3 Februari 2011   08:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:56 2673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_173" align="aligncenter" width="575" caption="Pantai Sawarna"][/caption] Tadinya, saya tidak bermaksud untuk mengunjungi pantai ini. Pantai yang terletak di sebelah barat Pelabuhan Ratu yang masuk dalam kecamatan Bayah. Namun ternyata manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Rencana pertama adalah mengunjungi Ujung Genteng, dimana jauh-jauh hari saya sudah persiapkan rencana dan peralatannya untuk berkunjung kesana. Mulai dari alat pancing, kamera dan alat lainnya. Niat Touring ke Ujung Genteng ini timbul karena membaca laporan dari temen-temen di internet yang sudah pernah berkunjung kesana. Katanya… dan katanya indah. Hingga hati ini penasaran untuk membuktikan keindahannya.

Tanggal 5 Desember 2010 akhirnya saya jadi berangkat walaupun sendiri karena tidak ada satupun teman yang bisa diajak bareng. Berangkat dari Jakarta pagi-pagi jam 8. Rutenya adalah Jakarta-Ciawi-Cimanggu-Cikidang-Pelabuhan Ratu.

[caption id="attachment_176" align="aligncenter" width="575" caption="Jalan Ke Peltu"]

[/caption] Tiba di pelabuhan Ratu jam 12, cuaca agak mendung. Nongkrong dan photo-photo. [caption id="attachment_174" align="aligncenter" width="575" caption="Pantai Peltu"]
[/caption]

Iseng telepon temen untuk menanyakan nomor nelayan yang biasa dipakai untuk memancing dengan berpikiran teman lagi ada di tengah laut. Ternyata, dia masih di darat dan katanya lagi ada di Cikidang menuju Pelabuhan Ratu. Dan dia berencana untuk mancing. Pikiran yang tadinya mau ke Ujung Genteng mulai bimbang. Akhirnya diputusin untuk ikut mancing bersama temenku. Saat itu, kami bertemu di pasar ikan pelabuhan. Setelah membeli umpan, kami putuskan untuk makan siang. Saya diajak ke warung langganan mereka untuk makan sop marlin [ikan langka]. Baru pertama kali saya merasakan ikan tersebut. Ada rasa nggak enak hati ketika menyantap ikan ini, karena ikan ini adalah ikan yang dilindungi, tapi apa mau dikata, hidangan sudah ada dan saya belum pernah merasakan ikan tersebut. Dilemma. Setelah makan siang, kami berangkat ke Desa Sawarna. Tadinya saya pikir tempat itu tidak jauh. Namun ketika sudah berjalan begitu jauh, saya terheran-heran, kok ngga nyampe-nyampe. Ternyata Sawarna ini tempatnya sangat jauh dari Pelabuhan Ratu. Kurang lebih 2 jam, waktu tempuhnya. Jalan menuju ke Sawarna begitu ekstrim, tanjakan dan turunan begitu curam dan panjang-panjang. Seumur hidup saya baru sekarang merasakan jalan yang begitu sulitnya. Ada tanjakan terjal panjang yang berujung dengan belokan 90 derajat, luar biasa, motor begitu terengah-engah menaklukan tanjakan tersebut. Tiba di Sawarna, siap-siap untuk turun melaut. Setelah beres kita berangkat ke pantai menuju kapal. Photo-photo dulu buat kenang-kenangan. Pantai sawarna adalah pantai yang lumayan bagus dan namun jarang wisatawan yang datang kesini. Mungkin karena jauhnya atau tidak banyak orang yang tahu, Wallahualam. Perahu yang kami pakai adalah perahu kecil yang hanya muat 6 orang, diparkir di pantai. Jadi jika akan memakai perahu, kita mesti mendorong ke air terlebih dahulu. Lumayan berat. Dan ketika perahu sudah mendarat di air, akan terjadi goncangan karena terhantam ombak, perjuangan lumayan berat untuk memancing. Tiba di laut, hati ini deg-degan, melihat ombak yang begitu tinggi menghantam perahu kami yang kecil. Sepanjang perjalanan ke tempat mancing, perasaan saya was-was terus melihat ombak yang datang silih berganti. Doa-doa diucapkan oleh saya, takut tenggelem. Mana belum kawin lagih... halah. Tiba di tempat tujuan, ombak masih gede, dan yang bikin kesal adalah arus yang kencang dan air yang dingin. Lengkaplah penderitaan. Namun karena ini adalah pertamakalinya saya memancing di pantai selatan, mau tak mau nikmatin saja. Semaleman saya mancing dasar, tak ada satupun ikan yang genit yang menoel-noel pancing. Dan penderitaan bertambah lengkap ketika hujan datang, air tampias masuk ke dalam tenda. Basah lah baju, alah ma mimpi apa semalam. Subuh-subuh terbangun karena kedinginan. Saya mancing lagi dengan harapan serangan fajar dari ikan akan berlangsung. Namun harapan tinggal harapan, tidak ada satupun ikan yang mampir. Tidur lagi aaah.... menunggu pagi. Pagi datang, namun sayang, bukan pagi yang cerah yang datang, tetapi pagi yang mendung dan kelabu. Akhirnya diputuskan untuk merawe, kami pun putar-puter untuk melepaskan rawe. Setelah beres, kita mancing dasaran, lumayan saya dapat 1 ekor ikan 8 jarian. Namun ini adalah ikan pertama dan yang terakhir yang saya dapatkan, dikarenakan spot tempat kami memancing bukan di tempat sarang ikan. Menjelang dzuhur akhirnya kami pulang, dan seperti berangkat, pulangpun kami harus penuh perjuangan untuk mendaratkan perahu di pantai agar tidak terbawa arus. Perlu minimal 6 orang untuk mendorong perahu tersebut agar mendarat di sebelah atas pantai. Sore itu, hujan turun kembali. kami beristirahat sambil makan pisang goreng dan opak yang disuguhkan oleh tuan rumah. Sampai dua jam, hujan tidak berhenti juga. Hingga akhirnya kami putuskan untuk pulang walaupun dalam keadaan hujan. Tulisan sebelumnya. Hiduplah seperti Matahari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun