Anda pasti pernah merasa kesal dengan HRD suatu perusahaan, ketika melamar pekerjaan. Begitu juga dengan saya. Kita yang sudah cape-cape dan ngeluarin duit untuk ngelamar, boro-boro dapat panggilan. Jawaban pun kagak dapet.
Oke lah, misalnya kita tidak memenuhi kriteria dari lowongan yang ada, tapi ya minimal dijawab. "Pak, mas, mba, maaf anda tidak memenuhi persyaratan yang kami inginkan". Kan enak kedengarannya. Kalau perlu dikasih tahu, apa sih kekurangannya.
Apalagih sekarang, sudah zaman internet. Dimana lamaran bisa lewat email, lebih mudah. Harusnya dalam menangani lamaran pun lebih mudah. Namun ternyata dalam prakteknya, sama saja seperti zaman sebelum ada internet. Ada apa yah?
Padahal katanya, ini juga katanya, orang-orang HRD itu adalah orang yang mengerti psikologi manusia. Tapi dari ribuan orang, kok yang ngerti psikologi manusia malah seperti nyari jarum dalam jerami yah?? Sepertinya ada yang salah.
Pengalaman saya dalam melamar pekerjaan. Hanya sekali saya merasa dihargai sebagai seorang manusia. Yaitu oleh suatu perusahaan minyak, namun sayang saya lupa lagi namanya jadi tidak bisa disebutkan disini.
Waktu itu perusahaan tersebut menyeleksi calon karyawannya di hotel Bidakara, Gatot Subroto. Selain tempat yang nyaman. Alat-alat tulis dan makanan disediakan oleh perusahaan untuk para pelamar. Hebatnya lagi, kami diongkosin pulangnya. Luar biasa bukan?
Taqdir menetapkan lain, ternyata saya gagal bersaing dengan peserta-peserta yang lainnya. Perusahaan mengirimkan surat pemberitahuan lewat pos tentang hal itu. Betapa tersentuhnya saya ketika membacanya. Walaupun gagal namun tidak terlalu kecewa. Karena merasa masih dihargai.
Sampai saat ini saya belum pernah menemukan lagi perusahan seperti perusahaan minyak tersebut. Jika kita melamar, ada nama yang dituju, tapi kita seperti sedang ngirim lamaran ke patung hidup. Masih mending kalau ngirim ke mesin, ada jawaban otomatisnya. Kalo ngirim sama manusia hidup tapi tak perduli, bukankah seperti mengirim lamaran kepada patung hidup!!
Mereka tidak menghargai jerih payah kita. Padahal untuk memasuki lamaran tersebut, ada biaya yang harus dikeluarkan. Kalo lewat internet, minimal untuk bayar sewa warnet. Apalagi kalau lewat pos. Segala tetek bengek persyaratan dimasukan, yang mana tentunya butuh biaya untuk hal tersebut. Misalnya photocopy, print lamaran kerja, photo, perangko dan lain sebagainya.
Jadi, tolonglah wahai HRD, hargai kami. Andapun tentunya seorang karyawan pula. Pastinya merasakan perasaan seperti apa yang kami rasakan ketika menganggur dulu. Dan andapun pasti merasakan, gimana sih rasanya, jika sudah berkorban tapi tidak dihargai.
Tulisan Sebelumnya.
Dapet Jimat di Goa Pamijahan Tasikmalaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H