Kedua, meski belum ada kepastian terkait informasi yang didapat, namun warganet membangun upaya pencegahan. Warganet antusias mencari tahu asal usul orang yang diperiksa serta tempat tinggal.Â
Infromasi seperti ini penting bagi warganet agar tidak pergi ke daerah tersebut atau ke tempat tinggal orang yang pulang kampung. Sayangnya, terkadang warganet yang kurang pengetahuan tentang pengelompokan ODP, PDP, dan Suspect "menyulap" infromasi resmi, misal yang awalnya berstatus ODP tetapi warganet membahasakan menjadi positif.
Tetap Optimis Lawan Corona
Perseteruan antara warga dengan pemerintah (khususnya tenaga medis) di masa pandemi tentu suatu yang tidak diinginkan dan tidak terpuji. Di sana sini banyak berita tentang pengaduan dari tenaga medis atau dari rumah sakit dan dinas kesehatan terkait komentar-komentar atau postingan-postingan di media sosial.Â
Ada yang dilaporkan karena tindakan penyebaran kabar bohong, pencemaran nama baik, pelemahan kepercayaan terhadap pemerintah, bahkan penghinaan terhadap tenaga medis. Keduanya bukan menjadi partner melawan corona, malah saling bermusuhan.
Profesi tenaga medis di masa pandemi covid-19 memang menjadi profesi yang dikedepankan dan paling berisiko. Profesi ini dikedepankan karena mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman luas dalam menangani penyakit yang diakibatkan oleh virus.Â
Jadi wajar bila yang lebih banyak tampil dalam sosialisasi maupun pemberitaan terkait penyebaran serta upaya pencegahan dan pengobatan adalah mereka yang berprofesi tenaga medis. Profesi ini pula yang paling berisiko dikarenakan bila mereka tidak diperlengkapi oleh Alat Pelindung Diri (APD) maka mereka rentan diserang virus.
Setiap warga juga mempunyai peran penting dalam menekan penyebaran covid-19. Di masa pandemi sekarang ini kita percaya semua warga optimis ingin mempertahankan hidup. Kepedulian terhadap sesama sudah kita saksikan di masa pandemi ini. Di sana sini warga saling membagikan bantuan untuk sesamanya, protokol kesehatan dituruti, dukungan ke pemerintah juga tidak absen. Hanya saja di media sosial emosi dengan bebas diwujudkan. Sangat tidak bijak bila ditanggapi dengan amarah.
Sumber rujukan:
[1] detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H