Aku duduk terdiam di kamarku, tersenyum melihat banyak nya uang yang aku dapat hari ini. Aku menikmatinya, ya… sangat menikmatinya. Aku bukan seorang pelacur yang menjual diri, aku adalah aku, “Bunga”. Gadis berparas cantik yang dapat membuat semua laki-laki terpesona melihatku. Aku bangga akan semua kelebihanku, tak peduli orang mau berkata apa. Aku hanya berfikir mereka sirik karena mereka tak dapat memiliki kecantikan sepertiku. Bahkan aku juga tak pernah sembarangan memilih kekasih. Harus tampan, cerdas, dan kaya pastinya. Fans nama nya. Dialah kekasihku, tampan, cerdas dan juga sangat kaya raya. Jika ditanya apakah aku mencintainya? Iya aku sangat mencintainya, tapi cintaku padanya tak lebih besar dari cintaku pada uangnya. Aku tak peduli berapa banyak dia memiliki kekasih diluar sana, yang terpenting bagiku, semua kebutuhan hidupku terpenuhi.
Terlalu lama aku terdiam, bunyi ponsel membuyarkan semua lamunanku. “udah sampai rumah sayankk” terdengar suara yang sangat aku kenal, dan baru saja aku lamunkan. “udah baru aja sampai, kamu dimana sekarang?” “dirumah, ya udah kamu istirahat dulu ya. Bye sayankk,,” “iya, mimpi indah syankk,,” kuucapkan agak malas karena aku tau dia berbohong. Aku tau dia. Ah, tapi apalah peduliku, yang penting dia tetap memenuhi semua kebutuhanku.
~~~ o ~~~
Fans, adalah seseorang yang romantis, harus aku akui cuma dan bahkan hanya dia yang mempu mengerti dan memahami perasaanku. Awal pertemuanku dengan dia pun tak pernah kami sangka. Waktu itu dia sedang berkencan dengan kekasihnya di suatu mol di Jakarta. Fans sedang memilihkan gaun indah untuk kekasihnya itu, dan kebetulan dia memilih toko tempatku bekerja. “mbak, bisa tolong pilihkan baju yang cocok untuk saya?” Tanya wanita berparas cantik, dengan kulit putih yang mulus, hanya saja dia terlihat lebih gemuk dariku.
“iya silahkan lihat-lihat dulu mbak” sapaku dengan ramah. Temanku juga ikut sibuk memilihkan baju untuk wanita itu. Sekilas aku memandang seorang lelaki, berparas tampan dan berpakaian serba mewah. Tanpa aku sadari lelaki itu pun memandangku dan tersenyum. Pipiku memerah malu, tapi dia malah mendekatiku. “hai, aku fans. Boleh tau namamu?” ucapnya ramah “bunga” lalu aku pergi meninggalkannya dan menemui pelanggan yang lain. Tapi aku tau, dia masih disana dengan senyumnya yang menawan.
~~~ o ~~~
Hari ini aku kembali masuk kerja karena sudah 2hari aku tidak masuk karena sakit. Aku tak tau, kenapa aku selalu terbayang-bayang senyumnya, ya senyum laki-laki bernama Fans itu. “Bunga udah sembuh?” Tanya seorang teman kerjaku bernama Wiwik. “udah wik, masa’ sakit terus-terusan, kalau nggak kerja, mau dapat uang dari mana aku?” jawabku bercanda, wiwik pun ikut tertawa. “oh iya, ini buat kamu bunga” Katanya sambil memberikan tas plastic yang entah apa isinya. “Untukku? Ini apa?” kuterima bungkusan itu dengan wajah bingung “ Aku juga nggak tau dia siapa, tapi aku ingat dia pernah datang belanja disini. Dari cowok, cakep loh bunga. Wah,, beruntung kamu. Ini, dia juga nitipin surat. “Emmhhhh……..” ketika tanganku akan membuka bungusan itu, wiwik memegang tanganku. “Sabar dulu toh, nanti aja bukanya, sekarang kerja dulu”. Aku lalu tersenyum. “ iya dech..”. Sesampainya dirumah aku tak sabar untuk membuka bungkusan itu. Langsung saja aku masuk kamar dan melihat isinya. Betapa kagetnya aku, melihat gaun berwarna merah yang indah, aku tau harganya sangat mahal, karena sepertinya dia membeli di toko tempatku bekerja. Aku masih mencari-cari sesuatu, surat tadi, dan membacanya.
hai wanita cantik, mungkin kamu sangat terkejut dengan hadiahku ini. Tapi kamu jangan salah sangka dulu, aku membelikan gaun ini untukmu karena aku rasa kamu pantas memakainya. Aku yakin, kamu pasti terlihat sangat cantik dengan gaun ini. Boleh kan kalau aku ingin mengenalmu lebih dekat? Kalau kamu mengizinkan, besok malam aku tunggu di Restoran Ceria jam8 malam ya. Aku sangat berharap kamu datang dengan memakai gaun itu. Salam Kenal
Fans
Rasanya tak karuan perasaanku saat itu, senang, bingung campur jadi satu. Sungguh bangganya aku jika aku dapat makan malam dengan dia. Tapi aku sungguh sangat takut jika dia berniat jahat kepadaku. Langsung kutepis rasa takutku itu, aku yakin dia lelaki baik-baik, aku akan menemuinya besok sesuai dengan isi suratnya.
~~~ o ~~~
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Tapi aku masih mondar mandir didepan kaca. Jam semakin mendekati pukul 8 malam, tapi rasa takut dan ragu-ragu mulai muncul kembali. Aku takut jika dia melihat penampilanku tak seperti yang dia bayangkan, dia akan kecewa dan tak mau mengenalku lagi. Sudah pukul 19.40, akhirnya kuberanikan diri berangkat dengan gaun merah pemberiannya dengan dandanan seadanya.
“hai bunga” sapa seorang laki-laki dari belakangku dan aku yakin dia Fans. Aku balikkan badanku, dan tebakanku benar. Dia sangat tampan malam ini, lebih tampan dari penampilannya saat pertemuan pertamaku. “hei, kok malah bengong” katanya menepuk pundakku, aku sangat malu padanya. “ayo masuk, aku sudah pesan tempat duduk untuk kita” katanya lagi dengan ramah. Aku tak menyangka bisa masuk ke restoran semahal ini, dan dengan seseorang yang baru saja aku kenal.
“kamu cantik” ucap fans tiba-tiba, namun aku pura-pura tak mendengarnya. Dia berdiri, menyeret tempat duduk yang tadinya didepanku, dipindahkannya disampingku. Kini dia lebih dekat denganku, lalu perlahan dia dekatkan bibirnya ditelingaku “kamu cantik sekali malam ini bunga” Aku hanya terdiam malu tak bisa berkata apa-apa lagi. “terima kasih” Cuma itu yang dapat keluar dari mulutku. Malam itu benar-benar malam yang istimewa untukku, seperti mimpi rasanya diajak makan malam dengan seorang pemuda yang sangat kaya. Saat itu aku terobsesi sekali ingin memilikinya. Sampai akhirnya impianku itu terwujud ketika dia ucapkan kata cintanya untukku saat pertemuanku dengannya untuk yang kesekian kalinya ditempat pertama kali aku dan dia di Restoran mahal lainnya. “Sejak pertama pertemuan kita di toko waktu itu, aku sudah merasakan kalau aku suka kamu, mungkin kamu heran karena waktu itu aku juga sedang bersama dengan kekasihku. Tapi sungguh bunga, sebenarnya sudah tak ada lagi cinta untuknya jauh sebelum pertemuan kita” ucapnya dengan memegang tanganku. Dia diam sejenak, lalu tertunduk. “Ada lagi yang ingin kamu sampaikan untukku?” ucapku mencoba memecah keheningan karena diamnya. Dia menganggat kepalanya, mendekatkan bibirnya di keningku dan mengecupnya. Sungguh, itu kecupan yang hangat sekali. “Maukah kamu jadi kekasihku bunga?” Aku terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Menurutmu, setelah kedekatan kita selama ini apa aku akan menolakmu?” Diapun tersenyum dan memelukku. Sejak saat itu dia selalu membajiri aku dengan uang. Dan aku suka itu.
~~~ o ~~~
Semakin lama, aku merasa Fans sudah berbeda. Dia tak lagi perhatian padaku, tak pernah menelponku bahkan tak pernah menanyakan kabarku. Aku sudah mencoba datang ke apartemennya, mendatangi setiap tempat yang biasanya dia disitu entah dengan wanita manapun, selama ini aku tak peduli itu. Aku datang ke bank, mengecek rekeningku. Aku sempat berfikir dia sudah tak mencintaiku dan memblokir semua rekening yang dibuatkannya untukku. Tapi ternyata aku salah, dia tetap rutin mentransfer sejumlah uang padaku. Aku tak pernah seperti ini, biasanya aku tak pernah sekhawatir ini. Dia tau aku lebih mencintai uang nya, dia tau aku tak pernah cemburu setiap melihatnya bersama perempuan lain. Tapi yang aku tak mengerti, dia tak pernah memutuskan hubungannya, bahkan dia terus menerus membanjiriku dengan uangnya. Yang aku tau, dia suka bermain wanita diluar sana, itupun aku sering memergokinya, tidak ada rasa cemburu sama sekali, yang aku pikirkan hanya uang dan uang. Dia tetap manis, tetap perhatian dan tetap menyayangiku walaupun aku tau diluar sana banyak juga wanita yang dia sayangi.
~~~ o ~~~
2 bulan sudah tak pernah ada kabar darinya. Aku hanya tau dia tetap rutin mentransfer aku uang. Biasanya setelah dia transfer, aku akan langsung mengambilnya tanpa menyisakan sedikitpun dan aku pakai untuk berbelanja. Tapi sekarang uang yang dia transfer aku biarkan tanpa sedikitpun aku mengambilnya. Yang aku pikirkan sekarang hanya dia. Ya, mungkin aku mulai lebih mencintainya dari pada uangnya.
Malam ini aku ingin jalan-jalan, menghilangkan semua kegalauan di hatiku. Aku ingin datang ke tempat dimana aku dan Fans pertama kali makan malam berdua. Aku duduk di tempat dimana dulu Fans menggeser tempat duduknya untuk lebih dekat denganku, memesan minuman yang sama seperti waktu itu. Aku ingin mengulangnya kembali. Aku tertunduk lesu, air mataku mulai menetes membasahi meja restoran. Tak peduli semua orang memperhatikanku. Aku rindu, sangat rindu dengan Fans. Aku coba bersihkan air mataku dengan tisu, aku lihat disekeliling. Deg, jantungku seakan berhenti saat itu. Aku melihat Fans, tapi dia bersama wanita lain di meja paling pojok. Mereka bermesraan. Hatiku sungguh sangat sakit, ingin sekali aku berteriak memanggil namanya.
Aku tak pernah seperti ini sebelumnya, rasa sakit melihat Fans dengan wanita lain baru aku rasakan sekarang setelah hubunganku dengannya berjalan 2 tahun. Aku mencoba menenangkan sendiri perasaanku, mencoba tegar, tapi air mata ini tak dapat bertoleransi. Sesaat kemudian Fans memandangku ketika wanita itu entah ke toilet atau ke mana, mata kami bertemu, cukup lama mata kami saling beradu, sampai akhirnya aku tak sanggup lagi memandang mata itu. Aku berlari, tak tau kemana kaki membawaku. Aku sudah tak kuat lagi, malam semakin larut. Petir dan hujan deras mengiringi kesedihanku, penyesalanku di masalalu. Aku kehilangan Fans, disaat aku benar-benar mencintainya. Sekarang aku tak butuh lagi semua uang nya, tak buth lagi semua kekayaan nya. Aku hanya ingin menangis dan menumpahkan semuanya. Aku sudah lelah berlari, aku terjatuh di tengah jalan dan hampir menabrak sebuah mobil. Aku tak berdiri dari tengah jalan itu, aku terdiam dan hanya menangis. Aku tau seseorang dalam mobil itu keluar dan berjalan ke arahku, tapi aku tak peduli walaupun dia akan marah-marah padaku. “Bunga” ucapnya memanggil namaku dan memegang rambutku. Tangisku berhenti, menatap wajah itu, yang baru saja aku temui di restoran bersama seorang wanita. “Maaf Fans, maaf. Aku sangat bersalah kepadamu, Aku tak pernah mencintaimu dengan tulus. Aku tak pernah memperhatikanmu” Aku terdiam sejenak, tertunduk dan memandangnya kembali. “Kamu marah padaku Fans? Hukum aku sekarang Fans, hukum aku. Aku kesepian tanpa kamu, tak ada yang menelponku lagi dan tak ada yang memperhatikanku lagi selain kamu. Akuu……” Jari telunjuk fans menghentikan bibirku. “Kamu kenapa bunga? Bukankah selama ini kamu sudah cukup puas dengan uang yang aku transfer untukmu? Bukankah selama ini kamu mencintaiku karena itu bunga? Aku menyayangimu bunga, karena itu aku ingin membahagiakan kamu. Aku berikan apa yang membuatmu senang. Walaupun kamu tak pernah mencintaiku lebih dari uangku” “itu dulu Fans, sebelum kamu tinggalkan aku. Aku sadar aku salah Fans, kini hartamu sudah tak membahagiakan aku lagi, uangmu sudah tak berguna lagi untuk kebahagiaanku. Aku butuh kamu Fans.” Ucapku tertatih sambil air mataku yang menetes bersama air hujan yang tak kunjung berhenti. Fans memelukku, menghangatkan tubuhku. “Ayo pulang” dia memapahku menuju mobilnya, dan berlalu ke apartemennya. Sesampainya disana, aku tetap terdiam, tak tau lagi apa yang harus aku katakan. Dia menyuruhku mandi dan berganti pakaian. “udah mandi bunga?” tanyanya dengan senyum. Aku hanya mengangguk dan duduk disampingnya. “ masih dingin ya” tanpa menunggu jawabanku, dia memelukku, dengan hangat sekali, dan aku menikmatinya. “Aku mencintaimu bunga, aku sangat mencintaimu. Jangan pernah berfikir selama ini aku menduakanmu” aku melepaskan pelukannya, memandang matanya, tak mengerti dengan apa yang baru saja dia ucapkan. “selama ini aku tak pernah menduakanmu bunga, aku sangat menyayangimu. Aku hanya ingin membuatmu cemburu, tapi selama 2 tahun ini kamu tak pernah marah jika aku bersama wanita lain. Aku iri bunga, aku iri dengan uangku yang dapat membuatmu tak mencintaiku. Aku meninggalkanmu 2bulan yang lalu karena aku ingin melihat seberapa kamu mencintaiku. Jika kamu mencintai uangku, aku akan merelakanmu bahagia dengan uangku.Dan wanita di restoran tadi, dia kakak sepupuku, dia baru pulang dari Amerika bunga.” “Kamu jahat Fans” ucapku sambil memukul pundaknya, dan dia langsung memelukku lagi. “Tapi aku lihat kamu tak mengambil uangmu 1 rupiah pun Bunga, kenapa?” Aku mengangkat kepalaku, mencoba mencari keteduhan didalam matanya. “Karena sekarang aku lebih mencintaimu daripada uangmu Fans”.jawabku, lalu mengecup pipinya. “Sungguh bunga?” Tanyanya sambil terus memelukku “Iya Fans, tapi……..” “Tapi apa? Apa kamu masih belum yakin dengan kesungguhanku? “Bukan itu, tapi.. aku masih boleh pakai uangmu kan? Hihihihihihihi..” Ucapku sambil bercanda. “Dasar gadisku yang cantik, bandel ya………….” Ucapnya lalu mencubit hidungku. “Aku cinta kamu bunga” tanpa mendengar jawabku, dia memelukku lebih erat lagi, aku tau tanpa aku menjawabnya, dia sudah tau jawabanku.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H