Mohon tunggu...
Peri Farouk
Peri Farouk Mohon Tunggu... -

PERI FAROUK. Penyuka Neuro Linguistic Programming dan Peoplenology, yang dipadukan dengan khasanah Sufisme dan Zen. Profilnya sebagai web-social activist serta perspektif dan berbagai pengamatannya telah dipublikasi berbagai media, antara lain: KickAndy MetroTV, Inspirasi Pagi MetroTV, Metro Realitas, Dialog Khusus TVRI, Debat TVOne, Inspirasi Selebriti TVN, RRI, Trijaya FM, HardRock FM, Sonora , Tabloid Nova, dan lain-lain. Pernah bekerja sebagai konsultan di Worldbank, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero), tenaga ahli di Magister Hukum Universitas Gadjah Mada dan Komisi Penyiaran Indonesia. Pernah mengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada. Juga aktif sebagai advisor di PT Grahamandiri Management Terpadu (GMT Groups), serta researcher dan reviewer di beberapa organisasi nasional maupun internasional. Berbagai tulisannya telah dipublikasi di media massa, jurnal, buku, dan ebook dengan skala nasional maupun internasional. Memiliki program sms dan klip-audio inspirasional, serta talkshow radio di Produa 96 FM RRI Bandung, dan Motivational Speaker di Kilas Indonesia Pagi MNC News TV Channel 84 Indovison, VisionTV & OkeTV. Kontak undangan konsultasi, ceramah dan pelatihan: email@perifarouk.com 0819.08.343.927 021.3666.8061

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Legacy

18 Juli 2011   05:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Keharuman melekatpada tangan yang memberi bunga
~ Proverbia


Khalifah Harun berencana membangun sebuah istana yang akan menandai kebesaran pemerintahannya. Disamping tanah lapang yang dipilihnya, berdiri sebuah gubuk sederhana. Khalifah mengutus menterinya untuk menawar pemilik gubuk –seorang tukang tenun yang tua renta- agar menjual tanahnya untuk diratakan. Sang menteri beberapa kali membujuk, namun gagal.

Sekembali bertemu khalifah, menteri mengusulkan untuk menggusur saja si orang tua itu dari tempat tinggalnya.

“Jangan,” jawab Harun ar Rasyid. “Ini akan menjadi wasiat bagi rakyatku. Saat mereka melihat istana itu, mereka akan berkata: khalifah yang agung. Dan ketika mereka melihat gubuk itu, mereka akan berkata: khalifah yang adil, sebab ia menghormati kehendak yang lain.”

Sungguh suatu keindahan: kebesaran yang membesarkan yang lain. Padahal pengalaman membuktikan banyak kebesaran yang coba-coba mengerdilkan lingkungan. Bahkan meniadakan keberadaan yang kecil-kecil. Mari kita simak fakta populer berikut:

Meski sama-sama orang terkaya dunia, Waren Buffet berbeda dibanding Bill Gates. William Henry Gates III, boss Microsoft itu digambarkan musuh-musuhnya laksana Vampire yang siap menyedot darah kelangsungan hidup perusahaan saingannya. Bahkan perusahaan-perusahaan perangkat lunak kelas gurem tamat riwayatnya, ketika ide-ide programnya ditiru habis dan masuk menjadi fitur-fitur program Windows atau Office. Berhadapan dengan gugatan Netscape –pengusung browser internet, Microsoft pernah diputus sebagai perusahaan yang melakukan persaingan tidak sehat dan monopoli. Saat itu pengadilan memerintahkan Microsoft dipecah menjadi dua, yang menyebabkan juga paket Internet Explorer terpisah sementara dari platform Windows. Bill Gates secara pribadi menjadi tokoh besar yang tak kalah banyak pembencinya, sehingga sering tak terduga dilempari sampah atau telur busuk di beberapa kesempatan.

Randall E Stross menyingkat penilaian orang dalam buku The Microsoft Way:

“On the one hand, we can accept a characterization of Gates as the antichrist, Microsoft as the evil empire, its software as junk, and the company’s success as rooted in deceptions, outright lies, legal trickery, and brute-force marketing.”

Warren Buffet lain. Warga negara Amerika yang telah menjadi wajib pajak sejak usia 13 tahun ini, dikatakan para pengamat sulit untuk dicari sisi buruknya. Dia tak punya catatan pelanggaran, apalagi penggambaran haus darah seperti Drakula. Dia tak pernah menonjolkan diri dan terkesan sombong, meski tiga milyar dollar ia gelontorkan setiap tahun sebagai pembayaran pajaknya. Komentarnya tentang pajak bahkan sangat afirmatif, dengan mengatakan: sistem pajak adalah sistem mulia, di mana orang bisa menderma kepada yang kurang beruntung, di mana orang bisa mengembalikan bagian yang menjadi hak masyarakatnya.

Ketenarannya ia pakai untuk memperbesar sedekah. Untuk dirinya sendiri ia memilih kesederhanaan, rumah tanpa pagar dengan 3 buah kamar, dan menyetir sendiri mobilnya sambil sesekali drive-through demi fastfood makan siangnya. Setiap tahun orang dari berbagai belahan dunia memasang harga jutaan dollar melelang kesempatan untuk bisa makan malam dan berbincang dengan Warren Buffet. Dan ia menyumbangkan uang lelang itu ke bermacam lembaga sosial. Untuk menyumbang Bill & Mellinda Gates Foundation, Warren merogoh kantongnya sendiri sebanyak 37 milyar dollar. Bayangkan, sama sekali jauh dari pamrih, mengingat dengan uang sejumlah itu siapapun bisa digdaya membangun yayasan sosial dengan besar-besar memancang namanya sendiri.

Warren Buffet juga tokoh yang banyak mengakuisisi, tapi juga lain. Alih-alih berperan sebagai raksasa yang menyingkirkan, ia lebih memilih menjadi sahabat pemilik awalnya, dan terus menghormati kepemimpinan dan manajemennya. Paling terkenal ia bisa bertahan menyerahkan kekuasaan pengelolaan supermarket material kepada Mrs. B, janda emosional berusia 95 tahun yang berjalan dengan kursi roda elektrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun