Mohon tunggu...
Peri Saputra
Peri Saputra Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Guru Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan akan Mati Suri Tanpa Literasi

31 Maret 2022   23:14 Diperbarui: 1 April 2022   00:58 2143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah dalam hal inilah peran saya sebagai seorang guru sangat menentukan, saya mulai membawa koleksi buku-buku saya yang ada di rumah seperti Novel, Kumpulan Cerpen, hingga buku-buku populer yang menarik bagi peserta didik.

Buku-buku yang saya bawa tentu saja disela-sela waktu mengajar saya baca, tentu saja proses saya membaca ini secara rutin dilakukan sehingga peserta didik saya mulai melirik ditengah-tengah mengerjakan tugas mereka. Pada akhirnya siswa saya walaupun tidak seluruhnya mulai meminjam buku yang saya bawa ke sekolah. Kemudian apabila mereka selesai membaca mereka akan menanyakan kembali apakah Bapak ada koleksi buku yang lain lagi.

Kedua, setiap siswa yang terlambat masuk saat jam pelajaran bahasa Indonesia yang saya ampuh, bagi mereka akan saya suguhkan dengan buku, majalah, koran, Quran, mereka saya suruh memilih dan saya wajibkan membaca beberapa paragraf saja kemudian mereka saya wajibkan untuk menceritakan kembali apa yang mereka baca tadi. Tentu saja hal ini sangat mengasyikkan disamping untuk menghindari marah kepada peserta didik yang terlambat. Saya juga akan memperoleh informasi dari hasil yang mereka baca.

Selanjutnya yang ketiga, secara tidak sengaja saya dan istri mempuyai sebuah RA (Raudhatul Athfal) yang beralamat di Jalan Majapahit Lr. Kamandanu Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. Setiap pagi mulai dari hari Senin sampai hari Kamis, jam 7.00 Wib setiap anak diwajibkan untuk privat membaca mereka langsung didampingi oleh orang tua.

Setiap guru kelas di RA kami memiliki kewajiban setiap pagi mereka harus melakukan privat membaca, dan hasilnya sangat luar biasa peserta didik cepat dalam proses membaca sehingga belum genap dalam satu semester mereka sudah lancar membaca. Melihat hal ini sayapun sangat termotivasi bahwa untuk menghidupkan kembali denyut nadi literasi disetiap sekolah-sekolah yang ada dipelosok negeri tidaklah susah, karena dengan modal keikhlasan dan kemauan serta kebersamaan literasi disekolah-sekolah akan hidup kembali.

Dari beberapa langkah yang penulis lakukan di atas, dapat ditarik benang merah bahwa budaya literasi di sekolah dapat dihidupkan kembali dengan contoh atau tauladan dari orang dekat mereka salah satunya adalah guru mereka sendiri.

Suatu hal yang sangat mustahil jika kita para guru dituntut untuk mengajak anak kita gemar membaca, sementara kita tidak pernah mau membaca, tidak mau mengubah kebiasaan lama yaitu hanya mentransfer ilmu-ilmu yang sudah usang kepada siswa kita tanpa merefres pengetahuan baru dan tidak mau menyisihkan uang untuk membeli buku. Maka jangan harap budaya literasi itu akan berhasil jika orang yang seharusnya beridiri paling depan tapi pada kenyataannya tidak bisa memberikan contoh atau tauladan bagi anak-anak kita sendiri.

Sebagai seorang guru sudah sepatutnya kita memberikan inspirasi bagi anak didik kita, ubahla rasa malas menjadi gemar membaca, hukuman menjadi menyenangkan dan mengasyikkan dengan memberikan tugas membaca, pada akhirnya anak didik kita akan mulai terbiasa dan mengikuti irama yang diberikan oleh kita untuk mendekati buku dan menyayangi buku.

Kalau anak didik kita sudah diberikan waktu untuk bertatap muka dan berilaturahim dengan buku maka lama kelamaan mereka akan menyukai dan menyenangi sehingga tujuan untuk menghidupkan kembali gerakan literasi akan kembali hidup.

Segala sesuatu akan dimulai pada usia dini, kebiasaan pada usia untuk membentuk pola atau pondasi yang kokoh yaitu pada saat usia TK. Oleh sebab itu kepada orang tua hendaknya dapat memberikan waktu dan ruang bagi anak-anak kita untuk memilih sekolah atau tempat mereka menimba ilmu.

Karena anak kita saat ini dipersiapkan bukan untuk waktu sekarang tetapi untuk waktu Indonesia Emas atau investasi jangka panjang. Karena anak dan pendidikan kita akan berhadapan situasi dengan derasnya pengaruh-pengaruh globalisasi yang akan menjerumuskan anak-anak kita jika tidak memiliki pondasi yang kuat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun