Salah satu kecemasan yang mungkin dirasakan oleh humas adalah kemungkinan penggantian pekerjaan manusia oleh AI. Dengan kemampuan AI yang semakin canggih dalam melakukan tugas-tugas yang bersifat repetitif dan analitis, ada kekhawatiran bahwa pekerjaan humas yang sifatnya rutin dan berulang dapat digantikan oleh sistem otomatisasi AI. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian dan kekhawatiran tentang masa depan karir humas.
Tidak hanya khawatir dengan akan digantikannya posisi manusia dalam mengerjakan pekerjaan humas, tetapi juga terdapat keraguan apakah AI dapat benar-benar dipercaya dalam melakukan tugas humas yang membutuhkan sentuhan humanis. Gregory (dalam "Eminent Professor, 2018) khawatir jika manusia digantikan oleh mesin dengan menanyakan perihal etika, mengenai "The impact of AI and the robotization of the PR and communication professions" dengan menanyakan "What do they mean when the robots take over? Do we have a code of conduct for robots? How do we teach them ethical behaviour?". Namun, sebuah studi Chartered Institute of PR menemukan bahwa 59 persen keterampilan hubungan masyarakat "bukan kandidat untuk AI" (Valin, 2018).
Dapat menjadi sebuah perdebatan mengenai kekhawatiran otomatisasi oleh robot bahwa setidaknya untuk bidang kehumasan, AI belum memiliki dampak yang signifikan untuk menggantikan posisi manusia sebagai seorang humas. Dibandingkan dengan profesi lainnya yang memiliki dampak lebih besar dengan adanya AI. Seorang yang bekerja di bidang humas memerlukan emosi manusia supaya dapat memengaruhi dan memahami klien yang tidak dapat ditawarkan oleh AI. Terlepas dari itu, AI memiliki peranan yang dapat membantu strategi seorang humas untuk menjalankan strategi siber PR.
Meskipun AI tidak dapat menggantikan peranan seorang humas sepenuhnya, tetapi AI memberikan peluang yang besar sebagai tools pembantu seorang humas dalam menjalankan strategi kehumasan. Menurut Rafyanti (2023) dalam pemaparannya pada Kuliah Umum PR101 di Universitas Ahmad Dahlan, AI dapat dimanfaatkan untuk mendukung tiga aspek dalam kehumasan yaitu automation, acceleration, dan accuracy. Alat AI seperti Power BI, Chat GPT, Hootsuite, dan lainnya membuat pekerjaan seorang humas yang repetitif menjadi lebih mudah karena tersedianya fitur otomatisasi untuk mengerjakannya.
Selain itu, tools AI menawarkan akselerasi yang lebih cepat dan lengkap dalam menampilkan data insight dari media yang digunakan oleh humas. Data yang disajikan tersebut dapat digunakan sebagai pengukur yang lebih akurat sebagai sumber pacuan humas dalam menentukan keputusan dalam merancang strategi seperti apa yang perlu humas lakukan. Dari pemaparan tersebut, AI memiliki peranan dan peluang yang besar untuk membantu menentukan strategi humas dengan lebih cepat, efektif, dan akurat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H