Penulis : Fina Arimbi
finaarimbi232@gmail.com
Teknologi kecerdasan buatan atau yang lebih dikenal dengan sebutan AI (Artifical Intelligence) kian marak dipergunakan, pasalnya dengan hadirnya AI di segala bidang kehidupan yang bersangkutan dengan teknologi informasi dan komunikasi akan lebih dipermudah dan lebih efisien, tanpa perlu mengerahkan tenaga,waktu,maupun ide yang berlebihan dan membutuhkan waktu yang lama.
Teknologi kecerdasan atau AI ini tentunya memiliki banyak kelebihan yang sudah tidak diragukan, seperti dapat bekerja sesuai dengan fungsi kognitif yang berkaitan dengan pikiran manusia dalam pemahaman berbagai bahasa, berkaitan pula dengan aktivitas yang menggunakan fisik seperti otomatisasi robot maupun alat manufaktur. Sehingga bagi sebagian masyarakat mulai berpindah dari yang semula banyak mengandalkan Sumber Daya Manusia yang ada, kini sebagian dari mereka memilih AI sebagai alternatif penggantinya.
 Â
Dilihat dari sisi positif dengan beberapa manfaat dari teknologi kecerdasan buatan ini, tentunya ada juga beberapa dampak negatif yang ditimbulkan. Salah satunya adalah beberapa orang akan terancam melalui profesi yang sedang mereka tekuni, dikarenakan beberapa perusahaan sudah mulai menerapkan AI dalam beberapa divisi yang membutuhkan. Salah satu profesi yang dapat turut terancam adalah profesi seorang Humas atau Public Relations(PR) yang juga berhubungan erat dengan teknologi komunikasi dan informasi. AI dapat membantu beberapa pekerjaan dalam profesi Humas seperti membuat transkrip dari rekaman audio dan video,membantu mengontrol reputasi brand tertentu melalui online, memantau adanya jaringan,interaksi,maupun trend dalam media sosial,dll.
Namun, perlu diketahui bahwasanya tidak semua yang dikerjakan AI akan menghilangkan tugas atau kegiatan  asli sebagaimana mestinya dari seorang Humas atau PR. Dikarenakan, adanya beberapa keterbatasan yang tidak bisa dilakukan oleh AI dalam pekerjaan ini. Dilansir dari https://indonesiapr.id/ AI masih tidak bisa merancang startegi komunikasi yang komprehensif untuk client. Selain itu AI juga tidak memiliki kemampuan untuk mambangun dan membina komunikasi secara personal, baik dengan jurnalis maupun dengan influencer agar mereka bisa membantu kita (praktisi PR) dalam menyampaikan dan menyebarkan pesan dari sebuah brand, atau pesan dari client. Mungkin saja AI bisa membantu memprediksi krisis yang akan terjadi dalam sebuah campaign, tapi AI tidak dapat menanggulangi dan mengelola krisis tersebut.
 Hadirnya AI dalam dunia kehumasan bukan merupakan suatu ancaman melainkan AI dapat membantu beberapa pekerja atau praktisi dalam bekerja menjadi lebih efisien. Kehadiran AI sebagai tantangan yang harus dihadapi dengan tetap mengasah kemampuan diri menjadi lebih baik dengan proses yang lebih matang.Teknologi memang kian berkembang, namun Sumber Daya Manusia tidak akan dilupakan dan tetap akan dipergunakan. Sehingga, hal tersebut dapat terealisasi jika dari dalam diri pribadi manusianya tetap ingin berproses dan belajar, contohnya dapat memperdalam soft skills yang dimiliki seperti yang berkaitan dengan kreativitas, manajemen waktu, berpikir kritis, public speaking, dll guna menunjang profesi yang ditekuni masa sekarang dan di masa mendatang terutama jika anda memiliki ketertarikan dalam bidang profesi Humas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H