Kali pertama, Jogja Public Relations Days (JPRD) ke-4 hadir dengan konsep kamping di Desa Kembang Arum Sleman pada akhir Oktober 2019 lalu. Berbeda dengan kompetisi public relations (PR) biasanya, perhelatan bertajuk Mewangi Lokalitas Indonesia ini justru digelar di alam bebas dengan balutan petualangan.
"JPRD keempat ini kami kemas dengan konsep kamping di desa untuk mengenalkan nilai-nilai lokal dari daerah setempat, dengan begitu peserta lomba dapat langsung paham tentang bagaimana karakter sosial budayanya, sehingga kala mereka merancang program yang berhubungan dengan unsur lokal daerah dapat lebih strategis lagi," ujar Ketua Panitia JPRD ke-4 Wahyu Alga Ramadhan atau yang kerap disapa Aga.
Aga menambahkan, konsep kamping sendiri hadir juga untuk menghilangkan jiwa kompetisi antar peserta yang terlalu berlebihan. Baginya, persaingan ketat hanya perlu ditunjukkan di depan juri saat penilaian saja. Selebihnya itu, dalam mengikuti segala rangkaian acara peserta harus lebih membaur dan menjadi satu layaknya kawan erat.
Menurut Aga, pemilihan lokasi desa Kembang Arum didasari atas potensi dan kecantikan alamnya yang luar biasa. Sehingga hal ini perlu diperkenalkan kepada masyarakat, terlebih peserta yang datang sendiri dari beragam kota di Indonesia.
"Di Desa Kembang Arum unsur sosial budayanya kental sekali, banyak wawasan baru yang dapat dikulik dari sini. Terlebih lagi pesona alamnya juga sangat luar biasa indah, sehingga di JPRD ini selain lomba para peserta sekaligus liburan menikmati alam sejenak setelah setiap harinya selalu dengan hiruk pikuk perkotaan,"paparnya.
Ketua PERHUMAS Muda Yogyakarta (PMY) Satriyo Wicaksono menyampaikan, tajuk Mewangi Lokalitas Indonesia dipilih sebagai bentuk mengingatkan kembali kepada mahasiswa untuk selalu mengangkat dan melestarikan warisan budaya Indonesia. Sebab, melalui kompetisi ini para peserta dituntut untuk merancang sebuah program yang mengedepankan nilai-nilai lokal namun dapat tembus hingga kancah internasional.
Di sini peserta diminta untuk membuat suatu program yang fokus utama atau dasarnya adalah nilai-nilai dan kultur daerah, jadi mereka mengangkat nilai lokal untuk tembus sampai internasional sehingga pada akhirnya dunia terus melihat Indonesia itu masih tetap kental dengan kebudayaannya.
Barulah setelah itu dilanjutkan Sasana Priyambada (kompetisi individu) dengan dewan juri Mufid Salim selaku perwakilan Badan Pengurus Cabang (BPC) PERHUMAS Yogyakarta dan  Ayu Helena Cornelia selaku Director and Founder Cornellia & Co. Sedangkan Sasana PRatispardha (kompetisi kelompok) yang digelar setelahnya dinilai oleh perwakilan Badan Pengurus Pusat (BPP) PERHUMAS Indonesia Benny Siga Butarbutar dan Mufid Salim kembali.Â