Data Global-Webindex Januari 2020 lalu tunjukan ada 160 juta pengguna aktif medsos di Indonesia dari 175 juta pengguna internet di Indonesia. Total penduduk kita sendiri 273 juta saat ini. Data ini tunjukan bahwa Youtube digunakan terbanyak dengan 140 juta, kemudian WhatsApp (134 juta), Facebook (131 juta), Instagram (126 juta), Twitter (89 juta), Line (80 juta), Facebook Messenger (80 juta), LinkedIn (56 juta), Pinterest (54 juta) dan WeChat (46 juta).
Humas harus paham semua platform channel di atas. Sejak pandemi ini hampir semua brand bisa jadi korporasi putuskan untuk berinvestasi lebih besar dalam pemasaran digital karena di situlah sebagian besar konsumen berada.
Humas pun demikian. Banyak korporasi dan brand menaruh minat lebih besar mengirimkan konten via digital platform dengan biaya lebih rendah daripada sebelum normalitas baru. Kuncinya ada di konten dan komunikasi. Mengetahui kapan, di mana, platform channel dan bagaimana berkomunikasi sangat penting. Ini peluang besar bagi Humas untuk berubah strategi tersebut.
ADAPT
Adapt adalah kata kerja yang berarti berubah untuk situasi atau tujuan baru. Adaptasi, menyesuaikan dengan hal dan cara-cara baru atas apa yang telah kita adopsi.
Pada tahun 1995, Clayton Chistensen, seorang professor dari Harvard menuliskan konsep Disrupsi pertama kali. Beliau gunakan kata disrupsi untuk menggambarkan bagaimana para new comers memberikan solusi permasalahan industri bukan dari perspektif market leaders tetapi mereka kembangkan bisnis model-proses yang sepenuhnya baru. Para new comers itu beradaptasi dan berinovasi dan tentu saja mendisrupsi market.
Di era Normalitas Baru, teknologi dan platform digital memicu kreativitas sehingga menantang Humas untuk mencari solusi baru, merintis jalan baru, cara kerja baru, menyediakan produk-layanan dengan cara baru, agar ada diferensiasi bagi brand dan korporasinya.
Dengan mengadopsi teknologi, kualitas konten positif, inspiratif, kreatif dan edukatif serta memahami segmentasi target audiens menjadi aspek penting Humas. Oleh karenanya, agar cepat beradaptasi, Humas butuh lebih banyak talenta sektor komunikasi berbasis digital saat ini. Yang pasti, Humas tidak bisa gunakan solusi One Size Fits All dalam di era normalitas baru.
ADEPT
Adept sebagai kata sifat memiliki arti menjadi trampil, ahli atau mahir dalam bidangnya. Alvin Toffler, seorang Futuris, pernah mengatakan bahwa,"mereka yang disebut buta huruf (illiterate) di abad ke-21 bukanlah orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis, namun mereka yang tidak bisa belajar (learn), menanggalkan pelajaran sebelumnya (un-learn), dan belajar kembali (re-learn)."
Normalitas baru ini menjadikan Humas untuk un-learn dan belajar lagi re-learn. Setelah mengadopsi dan beradaptasi, Humas perlu ber-investasi di knowledge. Agar adept menjadi ahli, luangkan waktu untuk membangun pondasi skill set yang kuat, belajar kembali, menambah skill set baru, membaca buku agar menjadi Humas yang profesional di Era Normalitas Baru ini!
Saatnya Humas meng-Adopsi New Strategy untuk bergerak maju, ber-Adaptasi dengan situasi lingkungan baru serta semakin Ahli (Adept) dan kreatif agar brand dan bisnis mereka bisa terus sustainable!
Adopt, Adapt, Adept! adalah Mantra Humas di Era Normalitas Baru.