Risalah 365 Doa dan Zikir Sehari-Hari
Judul Buku:365 Doa & Zikir
Penulis:Deden Syarif Hidayat
Penerbit:Penerbit Mizania
Cetakan:Edisi II, Cetakan Pertama,Februari 2014
Tebal:311 halaman
ISBN:978-602-1337-03-5
Doa bukanlah bentuk keputusasaan atau bahkan apologia manusia dalam menghadapi persoalan kehidupan. Doa merupakan jalan pembangkit kekuatan dalam jiwa. Dengan berdoa diharapkan kita dapat keluar dari segala carut-marut kehidupan dan membuka pintu-pintu solusi permasalahan, terutama ketika menghadapi persoalan yang begitu berat, pelik, dan tak mampu diatasi lagi oleh tangan manusia (hal. 8). Itulah mengapa Nabi bahkan Tuhan sendiri begitu menganjurkan manusia untuk berdoa. Dengan maknanya yang berarti permohonan, atau terkadang pujian, dalam Islam doa memiliki urgensi agung di mana setiap napas serta gerak langkah kita seharusnya diiringi dengan doa-doa. Selain perwujudan ibadah, perwujudan cinta dan kedekatan kepada Allah Swt., doa bisa menjelma senjata bagi orang beriman dalam mencari kebaikan, dan menolak kemudharatan dalam hidupnya. Doa juga menjadi senjata bagi orang-orang yang terzalimi, kesempatan berlindung bagi mereka yang terdera putus asa dan hilang harapan (hal. 41).
Namun, kita juga dianjurkan memenuhi tata aturan dalam berdoa sebagai perwujudan etika; mengawali doa dengan sanjungan, mengucapkan kalimah thayyibah, membaca shalawat kepada Nabi Saw., barengi doa dengan ikhtiar (terwujud dalam sabar dan tawakal) dan amal saleh, dibarengi dengan permohonan agar doa dikabulkan, serta memanfaatkan waktu-waktu terbaik pengabulan doa (saat sujud dalam salat, tengah malam dan setelah salat fardhu, sepertiga akhir malam, saat gerhana, hari Jum’at, waktu buka puasa, antara azan dan iqamah, ketika kondisi pribadi sedang lapang, saat bersin, ketika wukuf di Arafah, serta ketika dalam keadaan benar-benar terjepit). Etika itu selayaknya masih harus ditambahi dengan hal-hal sebagai berikut: Pertama, berbaik sangka dan berdoa dengan penuh keyakinan dan kekhusyukan. Kedua, berdoa dengan penuh kerendahan diri, kelembutan, tidak melampaui batas, disertai dengan perasaan takut dan penuh rasa harap. Ketiga, berdoa tidak dilakukan ketika mendapatkan kesusahan saja. Keempat, berdoa selayaknya tidak disertai dengan menyekutukan Allah. Kelima, tidak meminta disegerakan atau memaksakan kehendak untuk diijabah (dikabulkan), tidak berdoa untuk perbuatan dosa, dan tidak memutuskan tali silaturahim. Keenam, menjaga perut kita dari makanan dan minuman haram, baik dari cara mendapatkannya maupun dari zat-zat yang terkandung dalam makanan itu sendiri. Ketujuh, doa selayaknya memberikan pengaruh dan manfaat bagi kehidupan.
Dalam QS Al Mu’min; 60 Allah Swt. berfirman, “Berdoalah kepadaku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.” Jaminan ini menunjukkan bahwa selayaknya kita tak perlu ragu untuk berdoa. Dalam beberapa hadits, Nabi mengungkap bahwa realisasi pengabulan doa bisa bermacam-macam: Pertama, dikabulkan sesuai dengan keinginan kita. Kedua, dikabulkan, tetapi ditunda dan ditangguhkan pada waktu yang lain. Ketiga, dikabulkan dalam bentuk simpanan amal saleh di akhirat. Keempat, dikabulkan dalam bentuk penyelamatan diri kita dari kecelakaan, kejelekan, atau keburukan yang sebanding dengan pahala doa kita. Dan kelima, dikabulkan dalam bentuk pengampunan dosa yang sebanding dengan doa kita (hal 61).
Nah, buku risalah doa ini hadir dengan membawa prinsip-prinsip manfaat yang terurai di atas. Terbagi dalam beberapa sub bab, dari doa-doa keseharian hingga doa khusus semisal doa-doa dalam rangkaian ibadah haji. Buku ini memuat 365 doa dan zikir yang diambil dari Al Quran dan kitab-kitab hadits tepercaya, yang mencakup segala hajat dan kebutuhan hidup seorang muslim.*
(Diresensi oleh Nur Hadi, penulisyang tinggal di Desa Banyuputih, Kalinyamatan, Jepara)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H