Mohon tunggu...
Nur Hadi
Nur Hadi Mohon Tunggu... -

Penulis. Telah menghasilkan ratusan cerpen yang tersebar di pelbagai media nasional dan daerah. Di samping juga menulis esai (sastra & budaya) serta resensi buku

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Menertawakan Komunisme dengan Elegan

28 Oktober 2014   19:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:25 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14144727062033242602

Menertawakan Komunisme dengan Elegan



Judul Buku : The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window andDissappeared

Penulis: Jonas Jonasson

Penerjemah: Marcalais Fransisca

Penerbit: Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka). Diterbitkan pertama kali oleh Piratförlaget, Swedia, 2013

Cetakan: Pertama, Mei 2014

Tebal: 508 halaman

ISBN: 978-602-291-018-3

Bagaimana jika komunisme kita pandang dari sudut yang lain, dari sisi yang tak tampak mengerikan, namun sebagai teman duduk bersama untuk menertawakan kehidupan? Ditulis oleh seorang yang (tampaknya) pernah merasa lelah dengan phobia orang-orang akan komunisme, JJ (Jonas Jonasson) yang pernah menjadi seorang wartawan dan kemudian sukses mendirikan perusahaan konsultan media dan produksi televisi tampaknya ingin mengajak dunia untuk coba ‘tertawa’ bersama komunisme. Dengan tokoh utama Allan Karlson yang tingkat kecerdasannya setara dengan tokoh ‘Forrest Gump’, Anda akan diajak berkelana menguntit geliat komunisme mulai dari Spanyol, Polandia, Uni Soviet, Tiongkok, Perancis, Indonesia, sampai dengan kegatalan Amerika yang sangat ingin menghilangkan komunisme dari muka dunia.

Petualangan seru itu dimulai dari kebosanannya sebagai lansia yang tinggal di Rumah Lansia. Ia hanya punya waktu satu jam sebelum pesta ulang tahun keseratus tahunnya dimulai. Wali Kota akan hadir, Pers akan meliput, seluruh penghuni Rumah Lansia juga akan ikut merayakan, termasuk Direktur Alice yang selalu ingin ‘membunuhnya’ dengan aneka peraturan. Justru yang berulang tahunlah yang tak berniat dengan pesta itu, memutuskan keluar lewat jendela, dan lari dari semuanya. Petualangannya dimulai ketika ia tanpa sengaja ‘membawa lari’ sebuah koper milik salah seorang anggota geng penjahat ‘Never Again’ yang ternyata berisi uang lima puluh juta krona (hal. 8). Ia yang semula hanya berniat melarikan diri dari parayaan umur keseratus tahun, malah justru kembali membuka pintu masa lalunya yang tak terduga. Allan memainkan peran kunci di balik berbagai peristiwa penting pada abad kedua puluh.

Allan begitu lihai ‘menyusup’ dalam sejarah, hingga bagi Anda yang paham pasti akan langsung tertawa. JJ begitu lihai menyisipkan fiksi dalam fakta sekaligus berusaha menertawakan tokoh-tokohnya melalui Allan. Anda mungkin juga akan merasakan kejengkelan seperti yang dirasakan Jaksa Ranelid saat menguntit kasus pembunuhan yang dicurigai Allan lah biangkeroknya dengan sikap Allan yang cuek dengan pergolakan politik di sekitarnya.

Yang menjadi kelemahan novel ini adalah bahwa semua petualangan itu seolah berjalan dengan keberuntungan-keberuntungan yang seharusnya mustahil terjadi. Seperti yang pernah diucapkan mendiang ibu Allan bahwa segala sesuatu berjalan seperti apa adanya, dan apa pun yang akan terjadi, pasti terjadi. Namun ini pun sebenarnya teratasi dengan penokohan Allan yang kuat, dengan gaya lugu namun kadang terkesan cerdas.*

(Diresensi oleh Nur Hadi, penulis yang tinggal di Desa Banyuputih, Kalinyamatan, Jepara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun