[caption id="attachment_392935" align="aligncenter" width="520" caption="Bambang Bimbang di Jumat Keramat KPK (sumber foto : detik.com)"][/caption]
Hari jumat, selalu menjadi waktu angker buat KPK. Jumat 22 Februari 2013, drama Anas jadi tersangka dengan tuduhan gratifikasi dan “kasus lain-lain”. Malam jumat sebelum Anas jadi tersangka, Buya Syafi’I Ma’arif (mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah) mendapat SMS, bahwa dua komisioner termasuk Bambang, dipanggil ke Istana. Mereka diminta segerah mentersangkakan Anas oleh penguasa saat itu.Konon isi SMS itu, dua komisioner ini diintervensi---ditekan ! Jumat angker !
Bambang termasuk salah satu dewan komisioner KPK, yang masih menimbang apakah Anas patut jadi tersangka, dan juga Busro Muqadas. Menimbang, kasus Anas gemuk dengan kolesterol politik. Dalam SMS ke Buya Syafi’i, isinya Bambang ditekan dengan ancaman kasus saksi palsu pada pilkada Kota Waringin Barat di MK akan diusut, bila ia tak ikut mendukung Anas jadi tersangka. Walhasil suara Bambang dan Muqaddas di jumat keramat itu, langsung mentersangkakan Anas.
Keberadaan “Bambang” membuat banyak orang “bimbang”. Ia juga sempat digadang, menjadi faktor penyumbat, lambannya pengusutan kasus skandal Century. Pasalnya, sebelum jadi anggota komisioner KPK, Bambang adalah penasehat hukum lembaga penjamin Simpanan (LPS) yang memberikan bailout ke bank Century hingga merugikan uang negara Rp, 6,7 triliun.
Dari kasus barter status hukum Anas hingga ke Century, meletakkan Bambang dengan sepak terjangnya di KPK dalam kooptasi politik yang kental. Ia seakan mewakili polemik “keputusan hukum dengan barter politik”. Abraham Samad pun setali tiga uang dengan Bambang. Nafsu kekuasaan dua-duanya saling memburu. Samad yang berambisi jadi Wakil presiden Jokowi dan Jaksa Agung, serta Bambang yang bernafsu, melindungi juragan tower Kuningan (ARB). Terlebih Samad yang pernah membocorkan sprindik Anas ke media publik.
Dus Bambang yang ditangkap Polisi hari ini, adalah peristiwa perselingkuhan hukum dan politik yang masih dianggap lumrah di republik ini. Toh penangkapan BW pun setali tiga uang dengan drama politisasi hukum mentersangkakan BG. Begitu pun drama mentersangkakan Anas yang sarat pesanan politik. Dramatik !
Maka ketika Bambang Wijayanto jadi tersangka oleh polisi, kita tak perlu mendidih, dan menganggap BG dan rekan lainnya di KPK seperti malaikat nan bersih. Di negeri ini ada 250 juta jiwa berdasarkan sensus BPS. Begitu banyak putra bangsa yang masih cerdas, bersih dan berintegritas moral. Maka tak sulit menggantikan BW kalau dia bobrok. Bambang bersih atau kotor, itu urusan polisi. Publik tinggal mengawal proses hukumnya, bila BW hanyala korban dendamisme politik; dari cicak vs buaya jilid II atau apapun itu analoginya. Save KPK dari kriminlisasi atau agitasi apapun itu boleh, tapi tidak untuk orang-orang kotor yang bersarang di KPK. Entah itu Samad atau BW !
Maka soal “Bambang ini, kita tak perlu Bimbang”. Toh mungkin BW juga pernah melakoni hal serupu, memainkan drama politik dengan sknario hukum. Tarulah BW sudah punya firasat hendak dikriminalisasikan polisi, tapi ia lembek, rapuh dan tak berani melawan, begitupun Samad yang biasanya terbakar, kini melo—dramatik. Ia begitu berempati pada sahabatnya BW, tapi tetaplah drama, palsu !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H