Dulu ketika di Jogja, saya pernah tinggal di suatu kampung di daerah Jalan Kaliurang. Tak jauh dari tempat saya, tinggallah keluarga Pak Dadang, dengan Pak Dadang yang asli Bandung tulen (tapi sudah lama tinggal di Jogja) sebagai kepala keluarganya. Istri Pak Dadang bernama Ibu Sumiyatun, asli Jogja. Tapi penduduk kampung ini lebih mengenalnya dengan panggilan Bu Dadang. Konon Bu Dadang ini lebih terkenal dibandingkan dengan Pak Dadang itu sendiri. Hal ini disebabkan karena sang istri lebih aktif bersosialisasi dalam berbagai kegiatan kampung. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan. Anak pertamanya perempuan, namanya Nining. Anak keduanya laki-laki, namanya Nanang. Anak ketiganya laki-laki lagi, namanya Nunung. Dan yang terakhir adalah perempuan, namanya Neneng. Setelah itu kabarnya Pak Dadang segera memerintahkan istrinya untuk segera KB agar tidak bisa punya anak lagi. Bu Dadang pun bingung dan bertanya kepada suaminya.
Bu Dadang: Kenopo tho Pak kok ndadak ngongkon KB barang? Kenapa sih Pak pakai acara nyuruh KB segala?
Pak Dadang:Â Ieuuu.. Ibuk. Anak kita mah wis papat. Nining, Nanang, Nunung karo Neneng. Lha stok nama kita mah tinggal siji saiki. Bapak mah ora gelem nama anak kita mengko Nonong. Waduh Ibuk. Anak kita sudah empat. Nining, Nanang, Nunung dan Neneng. Lalu stok nama kita yang tersisa tinggal satu sekarang. Bapak tidak mau nama anak kita nanti Nonong.
Bu Dadang: Owalah Paaaak. Mung goro-goro si Nonong tho. (Bu Dadang tertawa terbahak-bahak).Owalah Paaaak. Cuma karena si Nonong ya.
*Bagi yang belum tau Nonong:
Nonong di Jogja umumnya disamaartikan dengan kening yang menonjol kedepan, seperti ikan Louhan.
