Sedikit miris memang melihat berita-berita di televisi, atau di koran tentang penculikan anak. Yang baru saja terjadi di Bekasi contohnya. Dua orang anak yang masih balita diculik oleh pembantunya sendiri dan dibawa kabur. Pembantu tersebut baru bekerja beberapa hari.
Sebenarnya siapa yang salah ini? Pembantunya? Anaknya? Orangtuanya?
Dilihat dari kacamata pembantu sih bisa saja dia ngeles, "wong saya ada kesempatan saat itu kenapa tidak dimanfaatkan?. Rumah kosong, bapak ibu majikan pergi. Toh si anak juga bakal percaya mo tak ajak kemana2, saya pembantunya. Salah sendiri pergi-pergi terus. "
Dari kacamata orangtua 'Ya pembantunya yang salah. Bisa-bisanya dia menghianati kepercayaan saya untuk menjaga anak-anak'.
Wooo... Tenang dulu semua..
Kalo menurut pembelaan orang tua si anak selaku majikannya pembantu boleh dibilang itu benar. Saya yang bayar kamu buat jaga anak saya. Ya itu sudah jadi tanggungjawabmu jaga anak saya. Saya gak mau tau pokoknya anak saya harus disiapin makan, dijagain selama saya di kantor (pergi), dimandiin, dll.
Tapi kalau dilihat dari sudut pandang pembantu yang mengatakan 'Ya salah bapak ibu donk, kok anak sendiri dikasih2 ke saya. Suka-suka saya mau bawa anak itu pergi. Toh di rumah gak ada siapa-siap. Itu juga benar.
Mungkin Ibu sebagai perempuan masa kiniterlalu dininabobokan dengan aktivitas di luar rumah, seperti kerja. Tapi pasti ada yang ngeles Wooo lha itu tuntutan e mbak. Buat apa saya sekolah tinggi-tinggi kalau nggak kerja. Sayang donk.
Memang benar, ibu dituntut pintar dalam segala hal. Tapi bukan berarti ia harus menjadi pencari nafkah utama dalam sebuah keluarga (selama masih ada suami). Tugas utama wanita adalah mendidik generasi penerusnya dan memberinya kasih sayang. Kalau terlalu sibuk di luar, apa gak kuatir kalau anaknya diculik orang bahkan orang kepercayaan sekalipun.
Lha terus gimana ini. Saya pengen atau harus kerja tapi saya juga kuatir sama anak-anak yang masih kecil. Menurut saya, kerja boleh saja, asal tidak menghabiskan seluruh waktu sang ibu yang seharusnya menjadi hak anak. Tapi jika kondisi sudah tidak memerlukan Ibu bekerja sebaiknya tidak usah bekerja. Terdengar kolot memang. Tapi begitulah kodrat. Kalau diingat-ingat betapa bahagianya kita sebagai anak jika pulang sekolah ada ibu yang menyiapkan makan dan siap mendengarkan keluh kesah kita selama di sekolah. Ibu pun tidak akan kawatir anaknya sudah diberi makan atau belum, sudah mandi atau belum, sudah belajar atau belum, dll.
-no offense buat wanita karir, hanya pendapat seorang perempuan biasa-