Seorang mahasiswi berinisial BN mengalami pelecehan seksual saat berada dalam kereta api Sembrani tujuan Surabaya Pasar Turi. BN menjelaskan saat dia tertidur, penumpang pria yang duduk di sebelahnya mulai meraba tangan BN dan berusaha mengarahkan tangannya ke arah kelaminnya.
Dalam penjelasannya, BN mengaku tidak berani berteriak dan hanya menangis di dalam selimut. Dia juga sempat menghubungi beberapa teman termasuk pacarnya namun tidak ada yang merespon. Akhirnya ia mengunggah twit dan beruntung salah satu temannya membaca twit tersebut dan langsung menelepon BN. Saat itulah dia baru berani untuk pergi dari kursinya dan mencari petugas untuk melapor.
Mendapati laporan tersebut, petugas KAI lantas bergerak cepat untuk menangkap pelaku. Setelah itu pelaku dan melakukan mediasi dengan perantara pihak KAI yakni kondektur serta Polsuska. Mediasi tersebut menghasilkan keputusan bahwa perkara ini akan diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak dilanjutkan ke jalur hukum.
Pada kenyataannya kasus ini tidak sepenuhnya selesai. BN terus memojokkan pihak Polsuska yang dia nilai memberikan pernyataan kurang pantas terkait pakaian yang dikenakannya saat kejadian. Cuitan tersebut berhasil meraih simpati ribuan orang serta media massa.
Atas pernyataan Polsuska tersebut, pihak PT KAI berjanji akan melakukan pengecekan dan bila memang terbukti melakukan kesalahan maka petugas yang bersangkutan akan di evaluasi dan diberi pembinaan untuk mencegah kejadian serupa.
Terlepas dari hal itu, ada beberapa poin yang terasa mengganjal. Pertama, saat BN mulai diraba tangannya seharusnya ia langsung merespon untuk menghentikan pelecehan tersebut. Toh di dalam kereta ada puluhan penumpang lainnya yang otomatis akan membela BN bila ia dilecehkan.
Kedua, BN bahkan sempat menghubungi beberapa teman dan pacarnya untuk meminta pertolongan. Seharusnya ia meminta pertolongan penumpang lain atau langsung menghubungi nomor kondektur yang tertera di setiap kereta bila ia merasa ketakutan. Berdasarkan pengalaman pribadi, respon kondektur sangat cepat bila kita menghubungi langsung ke nomornya.
Ketiga, saat pelecehan berlangsung BN masih sempat mengunggah twit melalui akun twitter nya dan barulah ia berani beranjak setelah mendapat telepon dari temannya yang membaca twit tersebut. Tentunya butuh waktu yang tidak singkat untuk mengunggah twit tersebut serta mendapat respon dari temannya. Artinya saat itulah ia terus membiarkan pelecehan terhadap dirinya berlangsung.
Selain itu, bila BN merasa tidak terima dengan kejadian ini maka pihak PT KAI telah mempersilahkan untuk membawa kasus ini ke ranah hukum namun ia memilih berdamai.
Akibat cuitan BN, banyak netizen yang menyalahkan sistem keamanan kereta api. Mereka mulai mencari celah-celah kecil untuk menyalahkan PT KAI (Persero) dan membuat opini seolah PT KAI lah yang bersalah dalam insiden ini. Padahal jika ditelusuri PT KAI telah memberikan fasilitas untuk mencegah tindak kriminal di dalam kereta seperti menyediakan CCTV di setiap kereta, menyediakan kereta khusus perempuan serta petugas keamanan saat perjalanan.