Mohon tunggu...
yoga perdana
yoga perdana Mohon Tunggu... -

belajar menulis dan memahami tulisan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Warung Malam

30 Agustus 2010   18:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:35 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Minum secangkir kopi di warung, entah kenapa kegiatan ini menjadi menarik sejak aku duduk di bangku kuliah. Tepatnya 5 tahun yang lalu I being addicted with a cup of coffee, seperti benar-benar kadar kafein bisa mengurangi segala penat dan membuatku lebih rileks. Tak tahu itu hanya pendapatku saja atau ada berapa persen orang didunia ini merasakan hal yang sama denganku meski aku pernah membaca dan mendengar manfaat minum kopi tidak berlebihan dari ahli kesehatan. But what the hell about that!!!Aku sekarang duduk dimeja kecilku dengan secangkir kopi hitam dan sebungkus rokok siap siap saji di sebuah warung malam di tepi jalan. Entah tahu darimana aku tentang warung ini,aku juga tidak tahu kopinya enak atau tidak,nyaman atau tidak suasananya,murah atau tidak yang aku tahu hanya berjalan mencari warung setiap malam seusai bekerja dan menaruh pantatku, mengistirahatkan kakiku, menghisap rokok dan meminum kopi sampai benar-benar rileks. Makanya kenapa menamakan semua warung yang kukunjungi “Warung Malam”. 30 menit berlalu disini dan aku tetap penat, pusing tak tahu apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan segala penat dan kejenuhan ini karena hampir tiap hari aku seperti ini. Namun tiba-tiba ada yang berubah sekejap, ada seorang gadis yang datang memakai jemper kotak-kotak dan celan jeans, ditelinganya terpasang earphone yang menambahkan kesan asyik dan santai. Dia datang menerobos para lelaki yang entah tak peduli dan asyik dengan obrolan mereka atau wanita seperti itu sering mereka lihat di warung ini pada larut malam. Dia duduk membelakangiku dan asyik minum secangkir cappuccino I think,karena aroma minumannya sampai ke hidungku. Sebuah buku novel tebal melekat di kedua tangannya dan mulai ia buka satu per satu halamannya. Meski dari belakang dia tampak good looking, bahkan dari wajahnya saat sekilas aku memandang waktu wanita ini masuk warung she’s so beautiful!!!tapi aku tak akan membandingkannya seperti seorang bidadari karena sampai saat ini aku belum pernah melihat wajah bidadari yang kata cerita-cerita sangat cantik. Aku teringat kata-kata seorang teman lama, jika ada wanita cantik dihadapanmu do something or never any second chance. Setelah takjub oleh wanita dihadapanku aku memilih do nothing, karena seumur-umur aku tak pernah berkenalan dengan wanita secara langsung. Masuk kategori pemalulah diriku ini,aku putuskan untuk segera pulang penasaran daripada harus membunuh rasa maluku dihadapan wanita yang sama sekali tak kukenal.

Malam menunjukkan pukul 22.00 WIB dan aku duduk menaruh pantatku, mengistirahatkan kakiku, menghisap rokok dan meminum kopi tapi sekarang tak hanya mencari ketenangan saja. Namun juga wanita dengan jemper kotak-kotak, celan jeans dan earphone di telinga. Akhirnya dia datang tapi sekarang dia tak memakai jemper lagi, jaket ketat dengan sayal dilehernya. Mungkin udara dikota ini yang mulai tambah dingin. Dia masih setia dengan earphone ditelinga dan sebuah novel, sayang dari tempatku duduk tak begitu jelas tentang novel yang ia baca atau lagu yang ia dengar. Setidaknya jika aku mengetahui salah satunya itu bisa jadi awal bahan perbincangan saat aku berkenalan, itu sedikit teori yang sering aku lihat di film-film drama romantis jika mengajak kenalan. Malam ini sedikit bermakna bagiku karena dia tak lagi duduk membelakangiku tapi didepanku meski ada jarak satu meja. Apa yang kurasakan sungguh luar biasa, bagaimana aku berdebar-debar saat menatap wajah cantiknya namun malah membunuh hasrat untuk semakin mengenalnya karena keanggunannya seakan mementahkan manusia yang buluk dan berkeringat ini. Sekejap dia melihat ke tempatku berada, namun hanya sekejap lalu dia kembali pada novelnya. Sangat berarti bagiku setidaknya wajahku diriku patut untuk dipandang wanita secantik dia. Malam kedua begitu membuatku lemas dihajar oleh tatapan matanya, penampilannya dan cara dia memandang tapi tetap saja aku masih pulang dengan rasa penasaran tanpa tanganku ini kuulurkan kepadanya, tapi tak apalah namanya juga pengagum.

Malam ketiga begitu semangat aku menyusuri jalan agar sampai ke warung dimana aku duduk menaruh pantatku, mengistirahatkan kakiku, menghisap rokok dan meminum kopi menunggu gadis impianku itu. Namun ada sedikit yang mengganjalku tiba-tiba begitu banyak pertanyaan melintas kecuali namanya karena untuk kenalan atau bertanya ke orang lain siapa gadis itu aku tak berani.

Mengapa gadis secantik dia malam-malam begini keluyuran dan akhirnya berhenti di sebuah warung yang notabene banyak lelaki disitu?? Apakah dia pulang bekerja dan warung malam itu berada dalam rute pulangnya atau dia menunggu jemputan??Mengapa dia selalu sendiri dan menyibukkan diri sendiri dengan mendengar musik serta membaca novel di tengah hiruk pikuk para lelaki?? Apakah dia tidak punya teman yang menemaninya atau kekasih??karena setiap aku melihatnya dia terlihat sendiri dan cuek akan sekitarnya. Ada satu lagi yang sedikit aneh, kenapa para pria di warung itu tak ada yang menghiraukan kehadirannya di tempat itu?? Apakah hanya aku saja yang melihatnya sebagai wanita dan dia cantik??

Huuffhh..banyak sekali pertanyaan di otakku, tapi tak peduli dengan itu semua karena malam ini akan jadi malam yang bersejarah bagiku dan malam penghabisan. Aku akan membunuh rasa maluku, aku tak mau hanya sebagai pengagum, aku ingin mengenalnya dan ngobrolo dengannya agar semua pertanyaanku terjawab. Pemilik warung terlihat sudah terlihat akrab dengan wajahku dan langsung nyeletuk

“Kopi hitam kan mas??”

“Iya pak,gulanya jangan terlalu banyak pak”, jawabku

“Dari mana mas?? Kok baru lihat beberapa hari ini tapi sebelum-sebelumnya jarang lihat mas disini??" tanyanya santai

“Saya pulang kerja pak, saya sering cari-cari warung kopi malam gini buat nyantai”, Jawabku sok akrab. Tentu saja aku tidak memberitahunya alasanku ngopi disini selama beberapa hari ini hanya untuk melihat gadis cantik.

“Oooh gitu to…ditunggu kopinya mas”, Sahutnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun