Mohon tunggu...
Ferry Fadillah
Ferry Fadillah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sosio-Relijius. Humanis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Cari Muka Itu Baik?

9 November 2011   06:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:53 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia memiliki sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Sifat ini terbentuk oleh pola pikir, lingkungan sosial, dan lingkungan alam. Namun, sifat bukanlah sebuah unsur yang statis, ia begitu dinamis, dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, atau bahkan mengalami perubahan sirkuler yakni kembali kebentuk semula setelah berubah beberapa kali. Perubahan ini adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat disangkal, karena sifatnya yang alami, tidak dapat ditawar-tawar. Hal ini disebut alami jika manusia mengalami proses berfikir tentang konsep dirinya lalu mendekonstruksi konsep diri tersebut ke arah yang lebih baik ataupun lebih buruk. Yang menjadi masalah adalah jika perubahan sifat terjadi dikarenakan dasar kepentingan material bukan karena keinginan atau hasrat untuk mengubah konsep diri

Di antara kita, dari berbagai lingkungan yang berbeda tentu pernah atau bahkan sering bertemu teman yang begitu acuh, cuek, angkuh ketika bergaul dengan kita tapi dengan cepat berubah menjadi ramah, hangat, rendah hati jika bergaul dengan orang yang secara administrasi maupun sosial lebih tinggi tingkatannya dari kita. Anggaplah orang itu-yang lebih tinggi dari kita- memegang peranan penting dalam pencapaian karir teman kita sehingga sukses tidaknya teman kita ditentukan oleh pengaruhnya di institusi atau lingkungan kita. Yang seperti itulah dalam bahasa sederhana disebut cari muka?

Saya banyak bertemu orang dari latar belakang yang berbeda, mulai dari birokrat, aktivis hingga pedagang, kebanyakan dari mereka mengajarkan cari muka kepada lawan bicara mereka dengan klaim bahwa itulah satu-satunya cara bagi mereka untuk keluar dari titik kedudukan tertentu ke titik kedudukan yang lebih tinggi. Melihat realitas sosial seperti ini, lantas yang menjadi pertanyaan di benak saya adalah, apakah cari muka itu baik ?

Subjek yang menjadi korban cari muka biasanya akan menjadi subjektif dalam memandang segala kebijakan atau keputusan yang menyangkut si pencari muka, sehingga pada akhirnya hal ini berdampak kepada sistem promosi(dalam sebuah institusi) yang berdasarkan kepada kedekatan atau kekerabatan bukan berdasarkan kinerja. Pernah anda menyaksikan fenomena ini ? Mungkin ia mungkin tidak, terkadang kita menolak hal ini dan menggunjing dengan kata-kata kasar namun tanpa disadari kita pernah juka melakukan cari muka. Sifatnya begitu halus, tidak diketahui pemiliknya sendiri, apakah ia cari muka atau sekedar ramah. Kembali ke masalah baik dan buruk, apakah cari muka itu baik ? Sejauh ini, saya belum bisa menyimpulkan, kalau pun baik, itu bagi siapa ? kalau pun buruk itu bagi siapa ? yang jelas, harapan saya ke depan adalah, agar kita lebih selektif dalam menilai orang, hilangkan sejenak perasaan-perasaan, gunakan analisis berdasarkan data dan fakta bukan sekedar pernyataan ‘kayanya dia orang yang tepat deh untuk posisi ini, dia ramah banget sama saya, enak diajak ngobrol, diajak pimpongan juga seru’

Ferry Fadillah Selatan Pulau Dewata, Sehari Sebelum Hari Pahlawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun