Mohon tunggu...
Al Chofid
Al Chofid Mohon Tunggu... -

belajar membuat blog..!! biyar gaul.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cemas Akan Datangnya Malam

11 Oktober 2014   15:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:28 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambungan cerita dari Malam yang Menakutkan http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2014/09/29/malam-yang-menakutkan-677275.html Setelah mengalami malam yang cukup melelahkan dan membuat diriku menjadi cemas akan adanya kejadian serupa muncul kembali. Aku berusaha untuk membiasakan diri agar kuat menghadapi peristiwa serupa dan berusaha agar tetap tinggal di asrama. Semua teman-teman juga memiliki perasaan yang sama. Ketika suasana di asrama sudah kembali menjadi tenang seperti biasanya barulah kami bisa kembali melakukan aktifitas yang seharusnya biasa kami lakukan.

Setelah melakukan rutinitas setiap hari seperti sekolah, sepulang sekolah bermain sepak bola, dsb. Kami merasa senang karena sudha bisa menjalani rutinitas seperti biasa dan tidak ada peristiwa serupa muncul kembali di tengah malam. Ketika malam tiba dan waktu sudah menunjukkan pukul 23:00 tibalah saatnyalah bagi kami untuk istirahat. Ketika semua lampu yang ada di setiap ruang sudah dimatikan dan para penghuni asrama sudah mulai tertidur lelap dalam petang yang sunyi dan damai, tak disangka-sangka panggilan alam mendatangiku di tengah malam yang tenang saat itu. Yakni terbangun dengan sendirinya di tengah malam hanya untuk mengunjungi kamar mandi hanya untuk buang air kecil saja. Saat setelah dari kamar mandi saya ingin sekali langsung bergegas masuk kedalam kamar dan melanjutkan kembali tidur nyenyak yang sempat terganggu karena adanya panggilan alam. Sebelum kembali masuk ke dalam kamar saya tersadar akan ada sesuatu yang berbeda dari pintu kamar, yang sebelumnya saya tinggalkan dengan kondisi tertutup kemudian terlihat seperti ada orang lain yang membukan dan masuk kedalam kamar. Awalnya saya kira ada sebuah pencuri masuk kedalam kamar, karena tidak ingin mengagetkan sang pencuri kemudian saya mengendap-endap masuk kedalam kamar untuk mencari tau benarkah adanya pencuri yang masuk kedalam kamar. Setelah mengendap-endap dalam gelap dan sekilas melihat tidak ada seorangpun yang berdiri atupun jongkok menghadap lemari, seketika itu pula saya beranggapan ah mungkin itu cuman hayalan saya saja.

Ketika hendak saya berbaring kembali di tempat tidur yang saya tinggalkan, saya heran mengapa penghuni kamar bertambah satu orang, tanpa saya risaukan akan hal sepele tersebut langsung saja saya tidur kembali. Disaat saya tidur saya merasa terganggu dengan adanya suara yang aneh dan belum pernah saya dengar sebelumnya. Ketika saya sadar dan melihatnya, sungguh terkejut akan adanya peristiwa yang tidak senonoh sedang terjadi menimpa teman saya yang bernama Rendi. Peristiwa yang sedang terjadi tersebut jika diartikan dengan istilah yang biasa dijumpai di asrama ataupun pesantren adalah “Sempet” atau bisa dibilang dengan bahasa yang lagi populer saati ini adalah pedofilia.

Rendi memang berawakan ideal dimana dia memiliki kulit putih dan wajah yang tampan dan baik hati, namun tidak semua kelebihan yang dimilikinya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri. Justru terkadang juga bisa berdampak negatif seperti apa yang saya lihat saat ini, hendak menegur akan perbuatan yang sedang terjadi tersebut adalah suatu perbuatan yang salah dan sangat memalukan. Namun apa daya rasa takut yang saya alami saat itu telah menguasai diri saya, dan rasa takut akan peristiwa tersebut juga dapat menimpa saya ketika saya sedang tertidur. Sungguh sangat disesalkan ketika sebuah tempat menuntut ilmu justru disalah gunakan oleh orang-orang yang kurang sehat akalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun