Mohon tunggu...
Tebe Tebe
Tebe Tebe Mohon Tunggu... lainnya -

"Hidup itu....Tuhan yang menentukan. Kita yang menjalaninya. Dan orang lain yang mengomentari (kepo)." (tebe)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjaga Bintang

22 Agustus 2012   11:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:27 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Ayolah, nduk tidur sudah malam. Nanti kamu kesiangan lagi ke sekolahnya.”

”Tapi mbok aku ndak bisa tidur kalau belum bisa melihat bintang-bintang itu. Aku takut bintang-bintang itu meninggalkan aku.”

”Ya, sudah kamu tidur saja! Mbok yang menjaga bintang-bintang itu.”

”Terima kasih ya Mbok! Aku makin sayang Mbok...Mmmuahhh...”

”Uh, dasar anak nakal. Cepat tidur nanti kesiangan lagi ke sekolah.”

Dengan pura-pura memincingkan mata dari balik batal guling kesayangan, sebelum tidur kulihat Mbok begitu setia menjaga bintang-bintang itu dari balik jendela kamar. Kutahu mata tua Mbok sudah mulai tak tertahan lagi untuk menahan kantuknya. Dan aku hanya bisa menatapnya dari balik batal guling kesayangan. Aku tergugu.Tak bisa berucap. Walau pun kuberucap nanti malah aku yang dijewer mbok. Nanti aku dikira pembohong besar. Emoh ah aku ndak mau itu! Mbok...Mbok...Terima kasih sudahmenjaga bintang-bintangku itu.

Dua puluh tahun sudah kenangan itu menari-nari di benak Arini.

Kini Arini dikembalikan oleh kenangan itu. Hingga kenangan itu membuat ia semakin cinta pada orang yang sudah seminggu lebih menunggu RUANG MELATI KELAS; A1. Tak lain penunggu ruangan itu. Adalah perempuan tua yang selalu menemani Arini kecil kala tidur. Dan juga sebagai orang yang selalu menjaga bintang-bintangnya saat ia tertidur lelap terbawa mimpi. Mbok Karti, begitu nama perempuan itu yang sedang terlelap manja. Lebih tepatnya seorang pembantu yang sangat setia serta berjasa kepada ibu-bapaknya. Apalagi Mbok Karti sudah dianggap sebagai orang yang dituakan di rumah itu. Dan betapa terharunyajika ia mengulangi kenangannya itu.

”Permisi, maafjam kunjungan besuknya sudah usai, Mbak. Maaf Mbak bisa ditinggal agar pasiennya bisa istirahat dengan baik.” tiba-tiba seorang perawat berhidung bangir, bermata bulat dan berwajah ayu memberi pemberitahuan kepada Arini. Dan Arini pun terkejut hingga lamunan masa kecilnya hilang sekejap lantaran teguran dari seorang perawat cantik secara tiba-tiba mengagetkan dirinya.

”Tuh, kan Mbak Arini sudah Bagas bilang kalau jam kunjungan besuknya sudah usai. Ayo, kita balik saja kasihan Pak Sabeni menunggu kita sejak tadi di mobil seorang diri,” ucap Bagas sepupu Arini yang masih duduk dibangku kuliah itu memberitahukan sambil menuntun Arini di atas kursi roda menuju halaman rumah sakit yang luas dan dirimbuni pepohonan. Dan di bawah pohon Pak Sabeni seorang supir pribadi sedang menunggu kedatangan mereka.

Arini dan Bagas akhirnya meninggalkan perempuan itu seorang diri di ruangan serba putih. Hanya kebisuan yang tampak saat mereka meninggalkan tempat itu.

Kursi roda itu sekarang menjadi teman setia Arini.

Mungkin jika tidak ada Mbok Karti mungkin ia tak akan ada di kursi roda itu. Karena folio menyerang kaki kecilnya yang lucu saat masa kecilnya dulu. Apalagi saat itu ia terjatuh dari kursi roda saat menuruni anak tangga dengan tidak sengaja seorang diri. Dan saat itulah Mbok Karti menolong dirinya agar tidak jatuh lebih jauh dari anak tangga. Jadilah ia sebagai pelindung nyawa Arini. Lagi-lagi Arini berhutang nyawakepada Mbok Karti.

”Mbok Karti terima kasih sudah menyelamatkan aku, Mbok. Aku janji akan merawat Mbok sebisaku,” gumam Arini membathin.

Jaga bintang-bintang itu.

Kini perempuan yang ditunggu-tunggu kehadirannya akhirnya bisa siuman kembali. Dan Arini begitu bahagia mendengarnya saat diberitahukan oleh seorang perawat saat ia akan menjenguk perempuan itu kembali. Namun kali ini ia ditemani Pak Sabeni.

”Yang benar Sus apa mbok saya sudah siuman?” tanya Arini tak percaya saat ia berada di ruang tunggu. Menunggu jam besuk tiba.

”Iya, Mbak! Sekarang Mbak boleh melihatnya sekarang,” jawab perawat yang pernah Arini temui dengan ramah.

Sesampai di pintu ruangan serba itu Arini langsung mencium tangan keriput Mbok Karti berkali-kali hingga setetes air kecil berbentuk kristal jatuh di pelupuk mata Arini. Arini benar terharu.

”Sudahlah nduk ndak usah menangis dan sedih. Sekarang mbok sudah tidak sakit lagi. Namun Mbok minta satu dari kamu ya,” tukas Mbok Karti memberitahukan Arini.

”Iya, mbok, Arini siap menjalaninya!” seru Arini langsung mengiyakan.

”Mbok minta Arini setiap malam jaga Nibiru, Asta, Karma, Letto, Kosmo, Lago dan Marbel,” ucap Mbok Karti kepada Arini. Lagi-lagi Arini bingung dengan nama-nama itu. Hingga akhirnya Arini memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Mbok Karti.

”Oya, kalau Arini boleh tahu siapakah nama-nama yang Mbok sebut itu.”

Sejenak hening ruangan itu.

Dan tak berapa lama Mbok Karti pun menjelaskan kepada Arini.

”Sini nduk Mbok Karti bisikan....”

Hahahaha....tiba-tiba suara kebahagiaan membahana di ruangan itu.

Mbok...Mbok bisa saja memberi nama bintang-bintang itu agar aku bisa selalu mengingatnya dan menjaganya. Arini lagi-lagi hanya membisu ketika melihat Mbok Karti sudah pulih kembali.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun