Mohon tunggu...
Tebe Tebe
Tebe Tebe Mohon Tunggu... lainnya -

"Hidup itu....Tuhan yang menentukan. Kita yang menjalaninya. Dan orang lain yang mengomentari (kepo)." (tebe)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menjadi Relawan Muda di Kampung

9 Desember 2013   12:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:08 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi Relawan Muda  di Kampung

Ini adalah pengalaman saya yang paling berkesan sekali dan masih teringat selalu. Apalagi kalau bukan menjadi relawan muda di kampung. Terlebih dimana saya tinggal ada namanya kelompok/organisasi Karang Taruna. Kelompok/organisasi dimana kumpulnya anak-anak muda kampung dalam melakukan kegiatan/aktivitas yang positif atau bermanfa'at dan berguna baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Dan salah satunya sayalah yang bergabung dalam kelompok/organisasi itu bernama Karang Taruna di Kampung Rajai, Jakarta, di kampung saya tinggal. Tugas atau pengalaman yang saya sangat terkesan sekali dan masih teringat selalu ketika saat itu Serambi Mekkah dilanda gempa-tsunami. Aceh ditimpah musibah gempa bumi berkekuatan 9,5 SR dan tsunami pada hari Minggu, 24 Desember 2004. Gempa bumi yang terjadi pada pukul. 07:58:53 WIB  yang berpusat di garis bujur 3.16 derajat N 95.854 derajat E dengan kedalaman 10 kilometer  telah menghempas negara-negara sekitar Samudera Hindia  yang menewaskan sekitar 230.000 jiwa , dan jutaan bangunan hancur.

Tetapi dalam hal ini saya hanya sebagai relawan muda di kampung dalam ikatan Karang Taruna yang bertugas mengumpulkan pakaian layak pakai, makanan mentah (indomie instan dan makan bayi) serta uang dari warga dengan cara memberikan selembaran atau mengumumkan di mushala agar mudah diketahui oleh semua warga kampung. Kalau kelompok/oragnisasi kepemudaan di kampung mereka, lagi membutuhkan dan menghimbau meminta bantuan untuk saudara-saudara di Aceh yang terkena musibah gempa dan tsunami saat itu.

Semua dari bantuan berupa pakaian layak pakai, makanan mentah dan uang kami kumpulkan di selasar atau teras mushalla. Selasar atau teras mushalla itu kami jadikan  tempat (base camp) untuk kemudahan para warga memberi bantuan dan sumbangan  agar mudah dijangkau dan disambangi oleh para warga kampung. Ternyata apa yang kami lakukan (baca: Karang Taruna), para relawan yang terdiri pengurus dan anggota Karang Taruna itu sambut positif dan baik oleh RT maupun RW setempat. Hingga akhirnya seminggu acara itu kami lakukan cukup membuahkan hasil.

Ya, kami (baca: Karang Taruna) di kampung saya itu bisa menghasil cukup lumayan menghasilkan. Saya tidak tahu jumlah yang terkumpul saat itu. Baik, pengumpulan pakaian layak pakai sebanyak berapa kilo gram, uang berapa rupiah saya tidak tahu. Maklum sudah 9 tahun berlalu ketika musibah yang mengenaskan itu terjadi. Tetapi bagi saya sebagi relawan muda Karang Taruna di kampung saya  terutama adalah hal yang sangat mengesankan sekali serta ingat sampai saat ini.

Itulah yang saya lakukan bersama kelompok/organisasi di kampung saya bernama Karang Taruna. Bukankah yang namanya hidup saling bersosialisasi. Saling membutuhkan dan membantu. Agar menjalin sebuah interaksi sesama manusia yang saling bantu dan membutuhkan. Semoga hal itu bisa kami lakukan secara lanjut sebagai kelompok/organisasi Karang Taruna. Semoga. []09122013

-Berkomentarlah dengan bijak! Setelah itu voted-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun